Kemarin malam, seorang kawan menyapa saya via Y!M dengan nada panik sesaat sesudah Y!M saya aktifkan.
“Mas, dah saya tunggu dari tadi. Saya ada masalah super pelik!”
“He?”
Okay, saya memang sering jadi tempat curhat dan konsultasi, di dunia nyata maupun maya, tapi jarang yang setergesa ini. Belum juga saya bertanya…
“Saudara perempuan saya dipaksa nikah!”
Ugh, okay, this is shit…
“Siapa yang paksa menikah?”
Refleks investigasi saya langsung bereaksi dengan mengumpulkan informasi.
“Ibunya. Keluarga menilai calon mantu yang dipilih mereka itu baik, padahal saudari saya tahu bagaimana brengseknya orang itu!”
“Umur berapa si cewek?”
“21, mas. Pernikahan ala Siti Nurbaya ternyata masih ada ya~”
Ya, masih ada. Saya membatin. Pikiran saya melayang ke kasus-kasus sikap-otoriter-orangtua serupa yang pernah saya temui pada teman dan kenalan. Mereka yang dinikahkan paksa untuk memuaskan hasrat orangtua, dan ada juga yang tuk mbayar hutang. Atau pada tingkat yang lebih rendah, mereka-mereka yang tidak direstui melanjutkan hidup dengan pasangan pilihannya. Orangtua pasti tau yang terbaik? Sebodoh itukah kita?
Seperti membaca pikiran saya, kawan itupun bertanya:
“Terpaksa menuruti kehendak orang tua yang seperti itu atas nama berbakti pada orang tua, apa pandangan mas?”
Entah kenapa saya jadi tertohok dengan pertanyaan yang lingkupnya sebenarnya sangat luas itu. Di mana perjodohan hanyalah satu variabel kecil didalamnya.
“Menurut saya sih, salah total. Orangtua harusnya mendukung anak menemukan hidupnya sendiri, dan bukannya mengarahkan hidup anak tuk menjadi pelengkap/sumber kebahagiaan ortu. Menyenangkan orang tua itu wajib sih, cuma kalo sampai harus mengorbankan diri sendiri…”
Saya mulai sulit bicara filosofis seperti ini. Saya belum jadi orangtua, tetapi juga masih merasa sangat tak puas dengan sejarah hidup yang pernah saya alami sebagai anak. Sulit menjawab obyektif…
“Beberapa minggu lagi dia akan dijodohkan, dan tadi dia ngontak saya: ‘Daripada dijodohkan dan menikah dengan laki-laki brengsek itu, lebih baik mbak bunuh diri!’. Saya kaget sekali. Saya bingung bisa bantu apa untuknya…”
Saya juga kaget, tentu saja. (berencana) memilih mati daripada dijodohkan itu putus asa sekali. Tapi apa solusinya? Satu hal yang selalu buat saya marah pada diri sendiri adalah ketika tidak mampu menolong saat ingin menolong.
“Ah, maaf saya sudah menyeret-nyeret mas. Saya cuma menduga, siapa atau mas ada solusi. Tak adapun tak apa.” Sang kawan melanjutkan.
Menolong…. Solusi…. Tunggu dulu!
“Ya, saya ada solusi. Tapi rada ekstrim. Cewek itu ada pacarnya? Atau orang yang disukainya gitu?
“Tak ada. Dia tak suka pacaran. Maksud mas minta dibawa lari?
“Belum sampai situ. Sekarang, seberapa besar peluangnya tuk lolos dari perjodohan ini dengan cara apapun?”
“Tak ada. Semua pihak keluarga melihat laki-laki ini baik”
“Menurutmu sendiri tentang laki-laki itu?”
“Saya tak tau, mas. Kami tinggal lain pulau. Dan ini mendadak sekali beritanya”
“Berapa lama lagi sisa waktunya sebelum perjodohan?”
“Satu atau dua minggu lagi, dan sepertinya sulit digagalkan.”
Okay, data yang cukup tuk memilih solusi. Ada tiga pihak yang terlibat di sini. Keluarga si cewek, sang jodoh, dan si cewek sendiri. Dua pihak yang pertama jelas tak bisa diakses (diperintah, dipersuasi, dieliminasi, whatever…), apalagi oleh kawan saya ini. Yang bisa diakses cuma bisa si cewek yang “sebatang kara”. Berontak tak mungkin. Kabur? Itu juga berat. Maka pilihan yang tersisa dengan berat hati saya sampaikan.
“Yang bisa saya pikirkan adalah: in those 1 or 2 weeks, she must lose her virginity to somebody else, someone she decide on her own. Kalo memang harus menikah dengan lelaki yang tidak dicintainya, jangan sampai laki-laki itu mendapatkan semuanya dari saudarimu itu!”
Lama kawan saya tertegun, dan hanya mengetikkan beberapa karakter titik-titik pada jendela chatting tuk meyampaikannya. Saya paham itu, tentu…
Setelah beberapa saat dia membalas:
“Oke, saya mendapat cukup masukan. Saya sakit kepala mendengarnya, tapi ini baik untuk dipertimbangkan. Pasti saya pertimbangkan. Terimakasih, mas…”
“Sama-sama..”
Tuk kali ini, saya yakin sekali pada solusi yang saya berikan. Yakin bahwa tak ada win-win solution pada masalah ini, sehingga lose-lose solution adalah ide terbaik. Apa pembaca juga yakin?
PS: Ini kisah nyata, & masih ada waktu sebelum perjodohan benar-benar terjadi. Kalo ada ide yang lebih jenius silahkan disampaikan, siapa tau bisa memecahkan masalah dan bisa dijadikan preseden jika ada kasus-kasus pelik seperti ini lagi. Tentu saja sebelum si cewek positif belah duren dengan lelaki pilihannya… 😉
Saya selalu ingin bisa seperti Kurosaki Ichigo dkk di Bleach, yang menyelamatkan Kuchiki Rukia (dan sekarang Orihime Inoue), juga Monkey D. Ruffy di One Piece yang menyelamatkan Nico Robin. Keduanya menyerbu, bertarung habis-habisan, dan menang. Betul-betul cara idaman menyelamatkan cewek.
hah?! kok sama ya seperti yang dialami teman-teman saya 😯
kemarin saja ada tiga orang yang curhat soal ginian… 😕
.
ah, yang di Ennies Lobby itu? 😀
yah, Luffy juga kan dibantu kawan-kawannya, mengalahkan anggota Cipher Pol
Dan tentu saja susah mencari pria idaman dalam 1-2 minggu. 😕
Emangnya orang tua wanita tersebut itu sekeras kepala apa sih? Ga bisa diajak diplomasi sama sekali ya?
Solusi saya #1: Pura-pura stres, lalu pura-pura gila. Dan mintalah cewek itu berakting gila dengan total; sedikit ngiris2 tangan atau mutilasi diri tak mengapa.
Solusi saya #2: Berbuatlah kriminal. Dia ketahuan, diadili, dan masuk penjara, tapi setidaknya bebas dari laki-laki itu.
Solusi lainnya kalau kepikiran akan menyusul. 😕
me? i’m outta there. peduli setan, yg penting pergi. mo brenang brenang deh.
hey… catshade? YO, BISCUIT!
@ Catshade
bener2 dari sisi ilmu psikologi nih 😕
btw, saya kok melihatnya (solusi 2), seperti bukan solusi. Seperti gali lubang tutup lubang gitu, dan eksesnya tidak tanggung2; dipenjara! Bukannya sama-sama nyiksa tuh 😕
furthermore, your 1st solution, seperti gimana gitu ya, ini bukan akting kan (ya? mas jensen? kisah nyata). susah deh sepertinya, kalau yang bersangkutan tak ahli memerankan role orang yang kurang waras 😕
.
problematis bener…
*garuk-garuk dagu*
bersembunyi sambil memantu informasi sikap ortu. mongsok solusinya melepas keperawanan…
ck ck edan gitu.
tp extreme banget solusi jensen.
kalo gw milih lari. mo dikutuk jadi batu jug silahkan. tapi gw pose nya sambil ngasih jari tengah. hahaha..tapi serius. kalo diplomasi bukan lagi option, ya its either u berontak atau diem dan hidup dengan fakta bahwah lu akan miserable for the rest of your life.
@ frozen (1)
(salah satu) Stereotype orangtua di negara ini? 😕
Nah, itu. Andai mungkin pasti kawan saya juga dah pimpin pasukan bebasin saudarinya. Tapi mosok mo ngalahin ortu si cewek? 😐
*dilematis*
@ lambrtz
Padahal imbalannya menggiurkan lho. Keperawanan si cewek! yang penting si cewek bisa senang sesaat sebelum “berbakti pada orangtua”. Harusnya gak ada yang nolak. 🙂
Yang mau ngajak diplomasi siapa? Wong semua keluarga setuju. 😐
@ Catshade
Solusimu serem… 😯
Knapa gak sekalian aja jodohnya atau ortunya yang diiris? 😛
@ The Bitch
Mo durhaka ya durhaka deh. Stuju! Moga aja ceweknya brani. 😀
@ Frozen (2)
Keterlaluan banget kalo saya dicurhati kasus bohongan! 😛
Makanya kuposting. Siapa tau ada komen pencerahan datang. 😉
@ sitijenang
Maunya, menjebak calon jodohnya dengan skandal seks? (sewa PSK, rekam pake HP diam2, sebarluaskan…) Sulit ah. 😕
@ Irene
Mestinya sih…
Apa harus ada UU Anti Perjodohan ya? 🙄
*istilah belah duren lucu juga 🙂 ,
eh tapi duren kan bau! waduh kok malah ngomong ini sih*kalau untuk bayar utang sih ya dilihat kembali apakah sang anak rela mengorbankan dirinya untuk mengantikan beban orang tua itu. kalau iya, penderitaan apapun tak masalah!
jadi perempuan harus kuat seperti Nyai Ontosoroh. kalau pendamping hidup anda ‘bukan manusia’ ya harus bisa menjaga diri dari dia, menjaga bukan berarti menjauh. atau jauh bukan berarti diukur dengan jarak. kalaupun suami sendiri kalau memang brengsek juga harus disiasati. saya memandang suatu masalah kasus per kasus, berbakti ya berbakti, nikah ya nikah, ibadah ya ibadah, brengsek ya brengsek, maisng-masing diberi imbalan yang sesuai. meskipun orangnya brengsek kalau mau membantu kita…?? meskipun anak brengsek kalau ngerti ma orang tua..?? ah, tap ya terserah deh..
katanya mbah Pram, manusia harus adil sudah sejak dalam pkiran, apalagi dalam perbuatan *halah*
atau kalau punya uang tuk bayar utang ortu ya di bayar saja, meski utang teman. gali lubang tutup lubang gak apa, yang penting gak masuh mulut singa!
*tapi sepertinya cewek yang akan dijodohkan tak berdaya melawan, jadi yah..selamat tertindas, dan pesan lagi tuk mbak ceweknya, jangan berharap keadilan dari seorang brengsek!
sekian, terimakasih
eh, tapi sebelumnya numpang tanya, setelah komentar sepanjang ini saya merasa kehilangan sesuatu. bagi yang merasa menemukan mohon segera dikembaliken. hormat saya!
saya kehilangan akal sehatupacara belah durennya apa mirip upacara ritual illuminati dalam novel da vinci code itu yah? eh, atau illuminati itu dalam novel iblis dan malaikat ya, kok lupa saya..
paling tidak masih ada satu pihak yang tau kalo hal itu adalah sebuah kesalahan. jadi, tinggal pergi dua minggu, siapa tau boleh balik lagi. lain
lagi kalau sang gadis sudah di doktrin sejak bayi untuk selalu nurut orang tuanya apapun keputusan bodoh yang mereka ambil. apakah ini juga termasuk pemaksaan?
oh shit…
Opsi yang kepikiran :
1. Nggak perlu se-ekstrim kehilangan keperawanan (beneran). Sebuah pengakuan bohong pada sang calon suami(paksaan), “Mas, tapi saya sudah nggak perawan lagi” itu cukup. Lain lagi kalau sang suami jujur menjawab, “Saya juga, berarti kita cocok” (doh!) Opsi lain mengaku kena penyakit Raja Singa atau HIV AIDS (pokok harus STD – Sexually Transimtted Disease).
2. Seperti kata Irene. Diam berarti setuju, tidak melawan berarti menerima. Semakin keras perlawanan maka akan semakin menunjukkan keseriusan. Siapa tahu ortu memang (hanya) menganggap enteng keengganan sang cewek sebagai, “cold feet” biasa. Lari memang opsi yang baik untuk menunjukkan keseriusan. Seminggu – sebulan mungkin cukup. Efek lebih besar jika sang anak ternyata biasanya nurut.
3. Membongkar kebusukan sang cowok. Lengkap dengan foto dan video. Emang bisa dalam 2 minggu?
4. Cari orang yang dihormati untuk bicara sama ortu. Keluarga? Kalau semua keluarga setuju, bisa beralih ke pihak luar, Pendeta, Ustadz, Pak Polisi, atau teman keluarga yang dihormati.
5. Keempat cara di atas tidak mutually exclusive, artinya bisa dilakukan bersamaan. Maksudnya, sambil negosiasi berlangsung oleh orang yang dihormati, si cewek lari ke tempat lain setelah mengaku nggak perawan ke cowok itu ataupun ke keluarga, di sisi lain temannya menguntit cowok itu.
Itu dulu deh… Prinsip dasar problem solving-ku sih, “mulut, tangan, kaki” Diomongin dulu, kalau nggak mempan ditangani, kalau nggak mempan dilangkahi. 😛
Semoga menemukan solusi yang baik.
Sok psikolog :
Biasanya, saat orang tertekan, pikiran bawah sadarnya muncul. Sebuah pola yang dia percayai muncul. Dalam statemen ini terlihat bahwa Jensen memang mesum. 😛
*dilempar bom*
sarankan yang di atas saya, batalkan/tarik kembali saran anda
kalo memang benar-benar brengsek sih, kalau saya… ini kalau saya…
minggat dari rumah dan minta perlindungan ke pihak lain, kalau perlu ke komnas HAM…..
YOU’RE ROCK!
.
tapi kalau saya amati penggal2 dialog kawan mas di atas, sepertinya dia serius 😕
.
.
.
@ dnial
THIS! THIS! THIS!!™
😆
*lho, trade marknya nggak jalan* 😕
Masih ada ya orang tua seperti itu…
Minta pembunuh bayaran bunuh calonnya saja 😛
*lah, sekarang trade marknya muncul beneran* 😕
ada campur tangan admin blog inikah:-?
ini sebetulnya hasil akhir yg diharapkan apa ya? hutang lunaskah? mestinya orang yg tau latar belakang keluarga & cewek itulah yg paham.
oh.. karena curhat ini toh YM aku dicuekin hehehehe. anyway, that’s one of good idea, tapi agak extreme. emang tuh mbak masih virgin ? hare gene susah kali dapet cewek virgin hehehe.
kalo pendapat gw, udah terima aja nikahnya… trus kalau memang gak kuat ngejalanin pernikahan, minta cerai aja.
ini bukan karena dijodohin buat bayar hutang kan? ortu gw dijodohin kok, tapi ok-ok aja rumah tangganya, malah salut sama mereka.
jadi belum tentu dijodohkan itu selalu buruk.
saran saya…pura2 bunuh diri aja!

saran catshade oke itu..ada case sodara saya yang gitu, and it works. tentunya kalo orang tuanya masih punya hati ga tega liat anaknya jadi “gila”.
Btw, yang di jodohin baik ga orgnya?
cakep ga?
pinter ga?
tajir ga?
kalo iya, ya sudahlah…kali aja emang jodhnya…belom di coba kan lagian?
*sempet kepikiran minta di jodohin saja ma org tua malahan*
udah encoba hamil atau pura-pura hamil belum ituh cewek ?
“she must lose her virginity to somebody else”
huh gk setuju bgt aq
“Dia tak suka pacaran”
so, kenapa gk dicoba dgn yg dijodohin, toh dia lg gk pacaran, jgn terlalu memandang perjodohal itu malapetaka
okelah…sini, sini, sini bawa sini! 😈
ah, pura2 aja bilang kalo memang udah ga perawan. atau khawatir ada yang mau ngetes saking nggak percayanya? diamput tenan nek iku…
eh, mbaknya temenku malah sempet kabur dari rumah gara2 kasus model ginian, lho. dan ternyata cara itu cukup ampuh 😉
@ hikarianna
lha kan si cewek udah tau kalo cowoknya brengsek. makanya dia ndak mau dijodohin. piye tho?
setuju sama hikarianna
walaupun menikah tidak boleh atas dasar paksaan, tapi solusi untuk melepas keperawanan oleh orng lain itu bukan menyelesaikan masalah, malah menambah masalah.
saran saya? tetep usahakan komunikasi yang baik dengan orangtua.
udah sisa berapa hari?
aktifkan agen2 tidur yg ada di sekitar ‘cowok brengsek’ tadi. kumpulkan data2 kebrengsekannya.. disertai bukti2 foto (yg ada d hp), sms2 (colong aja hpnya dulu), semua bukti yang mungkin ada di kamarnya. dan sisanya biar roy suryo yang ngatur.
tapi kalau sudah deadline data2nya kurang lengkap, umpankan perek terseksi (yah paling juga modal 200rb) untuknya, sebelumnya siapkan kamera hidden (pernah dengar glodok?) di kamar tempat doi bakal maen. hal ini ga jahat, kalo memang doi brengsek ya dimakanlah tu cewek (hmm…kalau cara ngetesnya seperti ini semua lelaki bisa jadi brengsek yah)
bikin copy bukti2 tersebut menjadi 2 buah. kirim 1 ke koran gossip yang paling terkenal di kota asal tu cowok, dan yang satu kirim ke saya =P~ (tenang, semua yg ada disini nanti saya bikinin copy nya)
ingat, pembicaraan ini tidak pernah terjadi.
yg harus diperhatikan agar misi berjalan sesuai dengan yang diharapkan :
1. loyalitas agen tidur anda harus dipastikan kepada anda, bukan kepada dia.
2. pastikan masing2 agen anda kunci dan sebisa mungkin bergerak dalam bentuk sel yg tidak saling kenal , paling banyak 2 orang tiap sel.
3. brief dengan serius agen2 anda, sebelum dan sesudah misi. sentuh tombol panas empatis mereka. ngerti kan caranya menyentuh tombol panas tiap orang?
jika mau bikin tape dengan perek :
1. si perek tidak perlu tahu misi anda
2. brief si perek untuk bisa memancing doi sebutin namanya saat direkam
3. edit hasil rekaman.. pastikan dengan menggunakan tools editing wajah si perek disamarkan SECARA senatural mungkin (engineer saya bisa bikin seperti wajah yang selalu tertimpa bayangan/backlight)
4. buat beberapa foto juga dari si perek dengan doi.
ingat, pembicaraan ini tidak pernah ada
@deepthroat : sepertinya anda ahli dalam urusan ini.. penulis script sinetron yak hahhha
Sayangnya ya, untuk sebagian besar “kita”.
Lebih bodoh lagi, kalau sudah tau orangtua belum pasti tau yang terbaik, tapi tetap saja masih mengharapkan sandang-pangan-papan dari mereka. Konsekuensinya, aspirasi merdeka jadi tidak valid, karena manakala seorang anak yang masih “butuh” lalu menuntut tanggung jawab dan tugas hakiki orang tua :
maka dengan mudahnya akan dijawab oleh si orang tua :
Kebebasan dan kemerdekaan itu bukan hak yang melekat, namun adalah hak yang harus direbut. You have to earn freedom, not ask for it.
Tipe protagonis sinetron? Perempuan menye2 yang gak bisa apa2?
Yang model begini memang layak terinjak dan teraniaya.
Kalo segala gak mungkin, segala berat, ya telan saja itu pil pahit. Kalo beruntung, bisa jadi itu putaw. Orang yang memilih untuk jadi korban, memilih untuk tidak berbuat apa-apa dan hanya mengharapkan belas kasihan, tidak layak diselamatkan.
God helps those who help themselves.
Tidak.
Dari win-win kok loncat ke lose-lose.
Lha win-lose dikemanakaaaan? Helloooo??
Kenapa harus korbankan semua pihak kalo masih ada satu (bahkan dua) pihak yang bisa dikorbankan?
Tinggalkan orang tua. Jadi TKI kek, tukang cuci piring kek, jaga toko kek, pembokat kek, apa kek. Mau bebas merdeka? MANDIRIlah.
Gak sanggup? Ya sudah dia saja yang korbankan dirinya, jadi pihak yang kalah demi kemenangan orang tua dan calon suami.
Itu ending yang layak buat orang yang malas berjuang dan mengorbankan kasih sayang platonik demi kemerdekaan hakiki.
Ah, akhirnya ada juga post yang komedik di blog ini.
*hembus nikotin*
Btw, kalo memang belah duren itu solusi terbaik, sebenarnya gak perlu nyari orang lagi. Robek aja sendiri pake jari. Beres.
Senengane kok repot. 😎
Kabur aja dach kalau gw, dari pada sengsara di kemudian hari
bner,, kabur ajah,,
Nah, sudah lebih banyak masukan. Mungkin saja bakal ada yang dianggap lebih bagus oleh kawan saya tuk disampaikan ke saudarinya daripada masukan saya sendiri (atau berharap saja si cewek tau2 ngenet trus nyasar kesini). 😛
Komen balasan saya samasekali tidak ditujukan tuk mempengaruhi opini apapun ya?
@ peristiwa
Pernah baca artikel ntah dimana yang pake istilah itu. Saya niru. 😛
Itu kasus kenalan saya lho, bukan kasus diatas. Kerelaannya saya tak tau, karena saya juga cuma diceritain temannya.
Hmmm…. Ini patut digarisbawahi juga…
Nah, angkat tangan juga.
BTW saya blum baca itu novel2 Dan Brown, jadi blank soal ritual belah duren disitu. 😀
@ om4gus
Ah, welkam om! 😀
Hmm… IMO itu opininya bisa macam2 tergantung banyak variabel om, gak bisa jawab saya. 🙂
@ edy
Yo! Fuckin’ shit…
@ dnial
Deretan solusi yang menarik. Smoga ada yang pas dan bisa diaplikasikan. 😀
Sialan! 👿 😆
@ sunsettowner
Semua komen dibaca kok sama yang kawan yang minta masukan. Lagian dia belum bilang kalo saran saya sudah disampaikan ke si cewek. Tenang saja. 😉
@ itikkecil
Kita doakan berani kabur
@ frozen
Heh, sumbang saran dong! Malah ikut2 ngatain saya mesum! 👿
@ Ardianto
Mengeliminasi si calon sebenarnya sudah kuanggap ide yang berat direalisasikan. Tapi ya liat saja.
@ sitijenang
Eeh, perkara hutang itu kasus lain yang saya sertakan sebagai contoh perjodohan, tapi bukan kasus yang sedang kita bicarakan ini. 😀
Hasil akhir? Ntahlah. Biasanya sih perjodohan itu tuk mempererat hubungan (ntah apa) kedua orang tua pasangan; kadang juga perjanjian; sering juga sekedar tradisi dalam suatu masyarakat. Dan lain-lain…
@ hawe69
Waduuuh, maaf.. maaf.. m(_ _)m
Saya tak punya info itu (& tak mau tanya juga). Itu asumsi berdasarkan info kalo si mbak “tak suka pacaran”.
Hmm… 😐
AFAIK bukan.
Betul sih. tapi ini masalahnya kan si cewek dah gak suka calonnya dari pertama. Kalo calonnya diganti mungkin aja mau.
@ grace
Sungguh? Wah, berarti memang hebat si kucing itu… 😀
*berbalik memuji*
Kata si cewek ke sang kawan sih, cowok itu brengsek.. (ada ditulis diatas koq)
Gak ada resiko bakal gak direstui, ya?
@ plain love
Sejauh diceritain sih belum, cel. Tapi kalo musti hamil kan tu cewek musti punya pacar dulu kan? Masa hamil dari temen? 😕
@ hikarianna
Just feel free, mbak. Makasih dah join 🙂
joesatch yang legendaris
Nah, datang ini sang legenda!
Kalo sama kamu sih, saya percaya si cewek bakal merem-melek puas & minta nambah. Masalahnya setau saya si cewek jauh dari Jogja, eh… 😛
Saranmu kabur juga ya? Sip2
@ isma
Namanya saja solusi sama-sama rugi. 😛
@ deepthroat
Eeh, ini kuposting 2 hari sesudah si kawan curhat. & gak ada apdet apapun sampai komen ini kuketik.
Anyway, kawan saya juga membaca komen anda. Saya mewakilinya ngucapin makasih. Selebihnya kita serahkan pada kawan saya.
@ Fritzter
Eh, dateng juga… 😀
Opinimu tentang relasi ortu-anak, no komen deh!
Soal si cewek:
Nah, yang kukasi juga cuma painkiller kan? 😛
Hm? Terpaksa nikah saat perawan itu kan kuanggap win tuk pihak ortu/jodoh saja, sementara berontak & kabur (batal nikah whatever) kuanggap win tuk si cewek saja (dan infonya: “gak bisa”). Jadi saya skip langsung ke double lose.
Lagian banyak ide win-lose dari blogger lain disini kan?
Kalo dia bisa mandiri (sebagai modal berontak) dalam waktu 2 minggu kurang ya baguslah. Dalam benak saya “ending yang layak” seperti katamu itu juga tak terhindarkan, makanya saya cuma sarankan “pelarian sesaat” ketimbang ide-ide lebih rasional seperti dari blogger2 lain disini. 😉
Tujuan belah duren adalah menjadikan si brengsek sebagai bukan-yang-pertama. Idemu gak memenuhi tujuan.
@ Yudhi Abe | kahfinyster
Kabur juga? Sip, nanti yang punya masalah yang mutusin. 🙂
Bukan itu, masalahnya biasanya kalo yang nyodorin calon ibu saya, mantap-mantap! saya dan beliau setipe sih 😛
Masalahnya, beliau itu ndak mau jodohin saya..katanya saya ga ada yang bisa di banggain, mangkanya ibu saya bakal malu kalo jodohin saya..
*benar2 ibu yang kejam*
Waktu orang-orang dipaksa di jodohin sama orang tuanya, saya malah maksa-maksa orang tua saya buat di jodohin ma mereka
hohohho….solusinya, soooooo jensen banget, gt loh 😆
kok ga heran ya…
kl kuperhatikan, sptnya hubungan antara temenmu dan saudarinya itu cukup dekat ya. sebaiknya, temenmu itu mendampingi saudarinya, walau ga bisa hadir. at least kasi dukungan moril lwt teknologi, hp kek.
si cewe kan bisa dikasi ide utk meminta didampingi oleh orang yg cukup disegani ortunya tp juga mau membantu si cewe, misal gurunya ato siapa kek.
Oi, buat tipe mainstream macam gitu itu mah pain-generator.
Masih jarang ada perempuan Indonesia yang secara fisik bisa menikmati seks pertamanya. That’s a fact.
Apalagi kalo tujuannya cuma mengamankan keperawanan.
Lho fingering juga menjadikan dia sebagai bukan-yang-pertama.
Siapa lagi yang lebih layak jadi yang pertama selain si cewek sendiri? 🙄
Apalagi untuk tipe “tak suka pacaran”. Ini malah win-win lho.
@ grace
Saya takjub pada ceritamu, sungguh! 😯
Sejauh saya kenal grace, kamu terlalu bagus tuk ditolak. Karena itu saya harap grace bisa nemu sendiri pacarmu, seseorang yang mampu melihat (& membanggakan) apa yang tidak mampu dilihat (& dibanggakan) oleh Ibunda. 😉
@ restlessangel
Saya juga gak heran kok kalo kamu ngerti.
*siul-siul*
@ Fritzter
Heh? (o_0)”\
Kecuali cowoknya selevel Joesatch atau kamu, IMO…
Well, secara teknis memang perawannya ilang, tapi secara hukum dia masih perawan kalo cuma pake jari, bahkan dildo sekalipun.
Senggama. Harga mati. 😉
At least when I masturbate I made love with the person I love the most.
— Woody Allen
HAIL FINGER AND DILDO!!!
emang cuma cowok aja yg bisa ‘menipu’ kelaminnya?!
The Bitch
Okay.. okay… Hail Fleshlight either… 😉
Kalo konfrontasi sama kamu saya nyerah deh…
Ini gimana kabarnya? Sudah lebih dari 2 minggu kan?
@ lambrtz
Euh, saya tidak dikabari lagi sama sekali tuh, ntah tentang saran mana yang disampaikan, atau tentang jadi tidaknya perjodohan. Tak ada kabar apapun. 🙂
& karena saya juga tidak penasaran sama sekali, jadi gak berniat tanya apdet.
Biar sajalah…
Harap saja temen yang curhat kasus ini baca komenmu diatas. 😉
Skr gimana kabarnya itu perempuan?
^
Seperti reply saya buat lambrtz tepat diatas komen mbak itu, saya gak dikabari lagi apdet kasus itu, dan tidak juga menanyakannya. 😉