Membaca Shaman King

Pernah baca manga Shaman King? Tahun berapa? Beberapa tahun yang lalu? Ha, baguslah, soalnya saya baru baca!
Yang punya rentalpun sampai menyangka saya pengen nostalgia dengan baca ulang, padahal baca perdana. Meskipun begitu, saya tak merasa terlalu ketinggalan karena komik ini belum tamat dan masih berlanjut sampai sekarang. 😉
Ya, seperti biasa, ini adalah manga sewaan dari rental langganan, suatu kebiasaan yang membuat saya pernah “ditegur” celo dengan: “Support the author!!!” 😆
Ternyata menyewa manga dari rental itu tidak mendukung pengarangnya ya? Lalu bagaimana dengan perpustakaan? Sementara ini manga orisinil lho, bela-belain kusewa walaupun banyak halamannya diguntingi oleh penyewa sebelumnya. 👿 Akhirnya harus sesekali nengok scanlation juga tuk lihat gambar yang hilang, padahal saya berencana baru buka scanlation setelah edisi resmi (vol. 32) habis terbaca. 😐

Menyewa komik selalu jadi pilihan karena terjangkau dengan kantong saya yang pas-pasan, hanya Rp. 1.800/volume. Bahkan antara nyewa seri 2-9 dengan seri 10-17 yang sedang dibaca ini aja perlu jeda seminggu tuk nyisihkan duit. Pendapatan lagi seret dua bulanan ini.
Tentu saja kalo punya pos dana tuk bacaan, mau juga sih dibeliin komik atau buku-buku berkelas seperti kawan-kawan itu, walaupun prioritasnya adalah majalah yang lebih cepat hilang dari pasaran. Sebenarnya, dengan alasan lebih hemat, pengen juga nyewa buku di Perpustakaan Provinsi, sayangnya saya muak dengan birokrasinya yang berbelit.

BTT, saya tak ingin ngulas apa-apa tentang Shaman King, ini cuma cerita shonen standar tentang turnamen spesial, mirip Gash Bell atau The Law of Ueki. Selebihnya saya jadi tahu bahwa poster Shaman King bonus majalah Animonster yang sudah bertahun-tahun nempel di dinding kamar itu bergambar siapa saja & jadi lebih mengerti kenapa teman saya Grace disama-samain dengan Anna Kyoyama.

*digebuk grace*

Tapi ada dua kutipan yang saya catat dari komik ini, keduanya dari volume 12:

“Ya… karena orang mudah dikuasai perasaan. Terhadap teman sekalipun… manusia bisa bertengkar karena perasaan. Perasaan bisa menciptakan teman dan musuh bagi manusia.”

~Ryunosuke Umemiya, chapter 101.

“Karena tidak memiliki bentuk… pikiran itu begitu lemah. Seberapa kuatnya manusia… sangat sulit bagi mereka untuk menjaga pikirannya tidak terguncang.”

~Yohmei Asakura, chapter 102.
Bukan kata-kata yang terlalu rumit, tapi saya suka.

BtW, akhir-akhir ini apa yang sedang masbro & mbaksis baca? 😀