Beberapa hari kemarin saya mendapati sebuah tag dari seorang teman di akun FB saya yang mengundang saya tuk membaca sebuah post (notes) berjudul “Lelaki dan PSK”. Tulisan tersebut bisa dibaca arsipnya disini, silahkan disimak dahulu sebagai pendahuluan. Seperti yang bisa dibaca disitu, itu bukan tulisan yang rumit, jadi, beberapa kawan yang kena tag (termasuk saya) bergantian menuliskan komentar, ntah mengomentari tulisannya, sekedar absen, atau malah bercanda, dan…. satu komentar hebat kemudian menjadikan tempat itu sebagai diskusi politik tentang negara tercinta kita ini, terutama antara Buya Alex dan masbro GuhPraset.
Atas ijin sang empunya postingan, dan pemikiran saya untuk mengarsipkan diskusi (yang IMO) menarik ini ke blog pribadi tempat yang lebih mudah diakses umum, serta supaya tidak semakin OOT disitu , maka saya meng-copas diskusi tersebut disini:
~Buya Alex;
Jeng Isma juga bisa menuduh Pancasila yg sakti dan NKRI yg harga mati kalo mau, sama absurdnya dgn tuhan itu π
~Saya;
^
NKRI yang harga mati itu absurd.
Amen to that, my bro!! π
~GuhPraset;
@Alex & @JenSen,
mungkin sudah waktunya kita (terutama saya) berhenti menelan setiap buntelan ide dengan mentah-mentah.
Pancasila dan ide NKRI itu sebaiknya tidak diterima karena dikatakan sakti, distempel ibu pertiwi atau hanya karena banyak orang meneriakkannya, apalagi karena ditodong senjata.
Begitu juga dengan ide tentang Tuhan, tentang Syariat maupun khilafah, tidak sepantasnya diterima hanya karena distempel Islam, diancam dosa atau diimingi vagina basah di surga.
Harus dibongkar dan dikritisi isinya satu-satu, harus diakui kalau memang ada yang sudah kadaluarsa dan layak buang.
Gimana saudara Alex dan JenSen, bersediakah menolong membuka pikiran saya, dan sekian banyak anak-anak bangsa yang lain?
Mungkin bisa dimulai dari penjelasan tentang absurdnya NKRI, atau mungkin Pancasila.
Terimakasih.
*siap2 daftar kursus berpikir*
~Buya Alex;
@ GuhPraset
Oh… kalo aku pribadi tdk bisa menolong. Fanatisme religius dan fanatisme nasionalis itu seperti dua sisi mata uang. Kalo satu negara ada agama mayoritas, dan tiba2 ada drama pihak asing sedang mendikte atau menjajah, maka keluarlah slogan “hizbul wathan minal iman”, yg artinya: Cinta tanah air sebagian dari iman (kalo perlu katakan itu sabda Nabi padahal slogan arabia). Perkara tanah air itu sendiri dikuasai orang2 yang justru imannya cuma pada uang dan selangkangan, itu dinafikan π
Yaaa… misalnya lokalisasi itu: org2 yg religius dan atas nama agama menangkap lonte2, membakar lokalisasi, dasarnya sama saja dgn nasionalis2 HUT RI kemarin itu, sama macam SBY bicara kemerdekaan, pemberantasan kemiskinan di upacara bendera. Pancasila – seperti ayat2 ngaji – memang ada di lokalisasi? Membeli bendera Merah Putih memangnya lebih penting daripada para lonte ngecek vagina yg mungkin terancam penis kena sipilis ke dokter spesialis? Bullshit! π
~GuhPraset;
@Alex,
menolong dari pandangan sempit akibat fanatisme memang anda tak akan bisa Lex, siapapun manusia ga bisa. Konon cuma Tuhan yang bisa membuka hati. Bukan itu yang saya minta bantuan.
Kebetulan, mungkin karena tuhan juga, atau mungkin karena kemauan sendiri, hati saya lagi terbuka ini, beberapa hari terakhir saya mulai bertanya-tanya, jangan-jangan saya menganggap pancasila dan nkri sebagai pilihan terbaik juga hanya karena membuta saja manut sekitar, tidak karena mengerti alasannya, tapi hanya karena fanatik. Akhirnya diri tertutup dari melihat kemungkinan-kemungkinan lain. Nah, sekarang dibuka.
Makanya itu, saat anda dan Jensen mengatakan ide NKRI dan Pancasila itu absurd, saya langsung menduga, beliau-beliau pasti punya gambaran tentang pilihan lain yang lebih baik. Makanya itu saya minta pencerahan.
~CY
[…]
Btw, kata2 absurd itu dlm rangka satir apa cemana Lex, Jensen??
~Buya Alex
@ CY
[…]
Itu opini murni. Aku selalu ketawa liat org mengklaim segala sesuatu. Ingat kuotasi Buddha yang kusuka itu? Kata Buddha:
“Do not believe in anything simply because you have heard it. Do not believe in anything simply because it is spoken and rumored by many. Do not believe in anything because it is found written in your religious books. Do not believe in anything merely on the authority of your teachers and elders. Do not believe in traditions because they have been handed down for many generations. But after observation and analysis, when you find anything that agrees with reason and is conducive to the good and benefit of one and all, then accept it and live up to it.”
I love itu. Remind me of what John Lennon ever said π
“I believe in God, but not as one thing, not as an old man in the sky. I believe that what people call God is something in all of us. I believe that what Jesus and Mohammed and Buddha and all the rest said was right. It’s just that the translations have gone wrong.”
NKRI harga mati? Bah! Sejarah menjadi catatan, tak ada yg abadi di bawah matahari. Negara kesatuan yg sudah final? USSR tercerai-berai, dan cuma negara ini salah satu dari sedikit pemerintahan kuno yg sentralistik. Federal ditolak, otonomi dipertanyakan, konflik separatis selalu ditekan dgn alasan “Pancasila dan NKRI harga mati”, sementara akar masalah, persis sama seperti akar jembut di selangkangan para lonte: Kemiskinan dan ketidak-adilan hidup π
~CY
@Alex
Mengenai sesuatu paham/ideologi/agama itu dijadikan dalih mengacungkan laras. Paham/ideologi/agama yg sesempurna apapun tetap bisa dijadikan dalih Lex. Kalau ada ideologi yg bebas dalih, maka ideologi tersebut bakal tidak punya pertahanan diri. Ini saya Ehi Passiko dari sejarah lho..
Nah, yg tersedia bagi kita cuman memilih dan memilah mana ideologi yg lebih baik utk diterapkan di negara yg multi etnis dan budaya. Bukan memilih ideologi yg bebas dalih mengacungkan laras senapan. Krn dunia ini tak ada yg sempurna, dunia ini fana.
~GuhPraset
@Alex, kalimat saran “Jangan lakukan pada org lain apa yg kamu tak suka org lakukan padamu” memang indah sekali, tapi jangan dong itu diaplikasikan secara membabibuta. Apalagi terhadap hal-hal krusial macam “dasar negara” macam pancasila yang mitosnya sakti ituh. Kalau memang didalamnya tersembunyi ajaran-ajaran keji dan anda mengetahuinya, ya masa mau terus didiamkan? Mendiamkan kezaliman konon sama saja terlibat bung.
Memang aksi mengkritisi pancasila dapat menyakiti beberapa orang, apalagi yang fanatik buta seperti saya… tapi apalah artinya kepedihan hati orang fanatik dibanding kengerian yang akan diwariskan pada generasi selanjutna? Masa seorang alex akan membiarkan begitu saja ajaran keji terus berkembang dan meracuni anak-anak manusia?
@Alex, lanjutan nih, Banyak orang berdalih, “Ah, ajarannya sih bener, penerapannya saja dilapangan yang ga becus”. Mungkin, Lex, orang-orang ini, baik yang menggunakan pancasila, maupun yang jadi korban pancasila, sama-sama ga sadar kalau ada ajaran-ajaran keji terselip dalam pancasila, ajaran yang selalu memicu kekejian dan kebinatangan mereka.
Karena itu Lex, ayo jangan ragu, kita kritisi saja itu pancasila, kupas biar ketahuan semua busuk-busuknya. Setelah itu kita lakukan hal yang sama pada semua ideologi, ajaran-ajaran dan apapun yang sejak kecil dijejalkan paksa kedalam kepala-kepala kita.
nambah, terkait mbah Buddha yang dikuot sama Alex, entah kebetulan yang aneh, atau memang atraction factor, semalem saya jg nulis soal itu disini.
~Saya
@ Guh
Wah, sudah diborong alex semua diskusinya. =D>
Walaupun sudah saatnya direvisi ulang, tapi sebenarnya saya masih suka Pancasila, setidaknya sebagai paham nasionalistik. Maunya sih negara ini sekuler π
Soal NKRI harga mati, saya pernah protes sedikit disini:
~Buya Alex (via SMS π )
@ Jensen
Pada dasarnya aku sama denganmu: Pancasila bagus sebagai perekat zamrud khatulistiwa ini, masalahnya adalah manusia. Aku juga cinta Indonesia, negara mana yang kaya budaya seperti kita punya? NKRI itu udah jadi berhala. Kita bisa jadi federasi kalo mau. Konsep kesatuan kan cuma definisi pusat saja. Negara ini, dengan dalih NKRI & demokrasi Pancasila, sama arogansi pusatnya macam Komunis China, jadi demokrasi Pencaksilat.
***
Yah, sejauh ini itu komen penutupnya. Akan saya apdet lagi kalo diskusinya berlanjut. Jelas bahwa saya keseret-seret hanya karena ikut menyetujui pernyataan Alex diatas. π
Saya sendiri sebenarnya tidak mau terlalu muluk-muluk soal politik negara ini, ada banyak teman yang lebih ahli untuk itu. Yang penting selama pemerintahannya masih nasionalis & bisa melindungi yang minoritas, cukuplah itu. Selama negara ini masih sepadat ini, yang namanya kemiskinan sepertinya akan terus ada deh. Kalau cita-cita idealnya sih, negara ini federal, sekuler, dan bisa mengakui negara Israel. π
Kemarin (tadi) malam sebelum tidur (kira-kira 2.30am), saya mendiskusikan “diskusi” diatas dengan dua teman teman baik; lambrtz dan gentole lewat jalur YM. Masbro gentole kemudian memberikan pandangannya sendiri tentang diskusi itu yang juga saya postingkan disini dengan beberapa editan:
gentole: itu debatnya alex sama wadehel?
saya: iya π
gentole: keder banyak banget yang dibahas
saya: ini postulatnya kan sederhana saja. tuhan=NKRI=pancasila=absurd. setidaknya menurut alex π
gentole: sebenernya aku gak bisa menangkap jalan pikiran alex kecuali nihilismenya dia. Kalo menurut aku sih sekarang itu dah zamannya politik tanpa ideologi. Negara itu dibangun oleh konsensus. Jadi yah sebenarnya tak terlalu penting juga pancasila. Kalo menurutku sih begitu. Maksud saya pancasila tuh gak ada sisi praktisnya, toh dalam pertimbangan MK yang dipake konstitusi, bukan ideologi negara.
Ideologi itu seperti agama, bagus buat pajangan tapi gak mesti dianggap terlalu serius apalagi diaplikasikan mentah2.
Liat aja cina dan vietnam, ngaku komunis tapi kebijakan perekonomiannya udah miring kesana kemari
Kalo kata zizek, negara itu sekarang tak butuh politik. Jadi katanya ini zaman paska-politik. Yang in charge bukan lagi politisi, melainkan teknokrat. Singapore contoh paling baik, sebuah negara makmur yang tidak punya politik, yang ada cuma manajemen.
***
Wew, benar-benar pencerahan seorang filsuf.
BTW, menanggapi ‘sikutan’ gentole soal nihilisme dia, Buya Alex berkata begini:
“Ya, gentole benar. Aku cenderung nihilis, kalo dalam system pemerintahan maunya anarkis: no system at all.” π
Buya lalu melanjutkan: “Tapi gini: apapun, kita hidup dalam keberagaman, itu yang harus diterima, jika ada ketidakpuasan di daerah jangan langsung “atas nama Pancasila + NKRI yang harga mati”, tapi masalah tetap berakar lebat macam jembut. Homogenisasi jangan, kalo dipaksakan jadi najis. Seperti syariat sepihak saja.” π
***
Huff, jadi panjang~~
Jadi, dengan ini diskusi saya bawa ke blogsfer, sekedar arsip dan pencerahan pribadi, tapi juga untuk teman-teman yang lain. Just feel free kalau ada yang mau menanggapi. π
Hah sayang sekali waktu itu saya udah ngantuk, ga bisa komen. π
*yang lebih panjang menyusul*
Keduax, BTW
Daripada ngobrol yang absurd, rasanya lebih baik bekerja keras untuk negeri ini atau untuk dunia, paling tidak memberi kontribusi kepada sesama meski hanya sebutir pasir…sebagai guru, sebagai buruh atau petani atau sebagai apapun hehehe…
Daripada nyampah, saya komeni ini dulu.
Federasi. Terus terang saya ga begitu ngerti apa pengaruhnya, apa kelebihan dan kekurangannya dibandingin Kesatuan, makanya yang saya propagandakan di postingan sebelumnya adalah Kesatuan, karena sistemnya saat ini seperti itu. Dengan Kesatuan kita bisa sentralisasi, bisa juga desentraslisas.
Dan sepertinya ga berhasil semua
Sekuler. Ini mah harus, ga perlu penjelasan lebih lanjut kan? π
Pengakuan terhadap Israel. Peduli amat mah. Sebagai warganegara, saya ga begitu peduli pemerintah mau mengakui negara-negara ini.
BTW, konsep ideal saya mereka dijadiin satu negara aja, Istina atau Palesrael. Perdamaian toh lebih bagus, dan ide Jewish nationalism maupun Arabic nationalism itu sama-sama konyol. π Tapi kalo ga bisa ya udah 2 negara aja. π
***
Jujur saja saya ini ga ngerti kenapa bumi ini harus dibagi-bagi menjadi negara-negara, dengan masing-masing rakyatnya fanatik terhadap negaranya masing-masing dan terkadang memusuhi negara lain. Musuh utama kita itu satu: waktu. Sebelum bumi ini hancur kita harus sudah membangun koloni di tempat lain. π
*Gyah jadinya OOT π *
Sik tentang NKRI nanti takpikir dulu. π
NKRI? Hmm.. kira2 apa yang ada di benak patih Gajah Mada ya?
@Singal
Tidak pak, menurut saya baik ngobrolin yang absurd maupun bertindak nyata itu harus ada, dilakukan secara paralel. Mereka tidak mutually exclusive. π
Dan bahkan ngobrolin yang absurd itu juga termasuk bertindak nyata, IMNSHO. π
***
@jensen99
Tolong yang “Pengakuan terhadap Israel” dibold dong, makasih.
Gyah kacau, sudahlah, yang penting bisa ditangkap idenya. π
(buset jadi kaya ngejunk gini π )
Semua memang terdengar dan terlihat absurd. Jadi ingat apa yang pernah dikatakan GusDur(?) bahwa indonesia adalah negara yg bukan-bukan. Sekuler? Bukan. Pancasila? Bukan. Relijius? Bukan, dst. Mungkin sekarang Indonesia masih berusaha menemukan irama dan warna yang cocok, pas.. (entah sampai kapan). Tetap optimis saja..
setidaknya itu yg kita bisa. Makanya.. Untuk 2014, perlu semangat dan pemikiran seperti kalian itu untuk masuk ke senayan atau ke pemerintahan.. πBang Jensen, sebelum “@Alex, lanjutan nih…” ada yang kelewat. Menurut saya isinya lumayan penting *narsis*. Sebaiknya jangan ditinggal.
@Zephyr n All, soal negara yang bukan-bukan…
Bangsa ini memang aneh, lain dari yang lain. Hindu masuk, oke. Buddha masuk oke. Kristen Islam ikutan masuk tetep oke. Saat sekuler, atheis, liberal, homo, zionis masuk juga dan tidak langsung dibantai, masih tetep oke (mungkin karena agama-agama yang duluan bertahta dalam kepala manusia indonesia tidak berhasil mengubah bangsa ini jadi fanatik dan menutup diri).
Sifat “bangsa yang bukan-bukan” ini memang sangat reseptif, elastis, menyerap semuanya. Begitu banyak budaya dari masing-masing daerah juga jadi campur aduk. Semua saling serap, campur aduk macam cairan aneh dalam lab yang sering meletup letup… “Kutukan” Binneka tunggal ika? Entah, tapi Indonesia ya begitu itu. Rasanya, “irama” yang dimaksud Zephyr ga akan ketemu kalau kita mencarinya dengan mencontek apalagi memaksakan irama dari bangsa lain. Boleh mendengar kebijakan dari Zizek atau Fresco atau melirik Singapur (negara kecil, tanpa sekian ribu pulau dan masalah agama dan budaya yang dipaksakannya) tapi ga bakal sukses juga kalo nyontek begitu saja. Kita ini “bangsa yang tidak-tidak”, harus menemukan iramanya sendiri. Menurut anda gimana?
@Singal, mengatai diskusi macam ini sebagai “utterly or obviously senseless, illogical, or untrue” adalah cara yang bagus menghentikan anak-anak liar yang diskusinya mulai mengarah ke hal-hal yang menggelisahkan. Mungkin anda benar juga.
@Lambrtz, Setuju. Federasi, Sekuler, Pancasila, Kesatuan dan apapun… saat itu dipilih, atau diusulkan, sebaiknya memang sambil mengerti apa kelebihannya. Gitu juga waktu memilih Pancasila dan mempertahankannya juga seharusnya sambil memahami apa alasannya, tidak menjerit “ini HARGA MATI” hanya karena malas berpikir.
Tapi, slogan harga mati ini, kalau memang sukses bikin banyak orang jadi males mikir dan sefanatik (sebagian) orang beragama, kayaknya menguntungkan juga buat orang-orang yang ingin menunggangi pancasila untuk kepentingan mereka sendiri ya.
*maap kalo panjang ngelantur, biar keliatan keren dan aktip aja inih*
*digeret lambrtz ke sini, padahal bingung mo komen apa* π
tapi sepertinya kesimpulan (sementara) ada di “pencerahan” bung gentole dan tanggapan sang buya di paragraf kedua dari bawah π
btw,
saya penasaran apakah bentuk NKRI itu bisa dibilang sebagai bentuk homogenisasi? π
. Toh sepertinya di jaman otonomi daerah ini gubernur (kepala Dati I) tidak memiliki wewenang apapun atas Kabupaten/Kota (Dati II) di bawahnya karena para Bupati/Walikota (atau Sekda? π ) lebih berkuasa atas rakyatnya.. π
*
kalau saya pribadi,
belumtidak bermasalah dengan ideologi Pancasila maupun bentuk NKRI itu sendiri. Toh sepengetahuan saya bentuk Pancasila justru yang menjamin kebhinnekaan bangsa kita kan? π . Mengenai bentuk NKRI, saya tunggu penjelasan lambrtz dulu aja*btw saya rada rabun politik maupun pemerintahan, harap maklum kalo ada yg salah2
@ lambrtz :
IMHO, awalnya tentu saja demi kepentingan bersama yaitu hak atas lahan. Manusia saling berkelompok untuk bersama-sama menempati suatu lahan dan mencari penghidupan di atasnya. Ketika ada penghuni lahan lain yang usil menjarah lahan mereka, otomatis mereka menjadi benci kepada sang “penjarah” itu. Maka oleh sang pemimpin ide
fanatisisme“nasionalisme” dicetuskan untuk menggalang warganya untuk bersama-sama menghadapi penjarah.Kalau mencermati perkembangan negara di masa lampau, pembentukan negara terjadi relatif cepat, terutama negara2 kota di pinggir pantai yang aktivitas perekonomiannya ramai karena menjadi persinggahan banyak orang π
[/OT]
just my Rp 2,-
*kembali nge-layout Dayun dan Siak*
*ketinggalan, cuma nanggepin dikit*
@ guh :
efek samping kalo berada di melting pot berbagai kebudayaan, masbro ^^
dari barat (India, Arab, Eropa) dan timur (China) ^^
BTW tag perawan itu datangnya dari mana? π
(biasa, yang panjang menyusul
)
NKRI ide yang menarik, Pancasila juga. Apa ada yang salah? Non. Yang salah itu menggaji ribuan guru dengan sia-sia buat ngajar PPKN. Kenapa tidak dialihkan aja jadi instruktur upacara bendera atau sekalian jadi dosen Administrasi Negara? Kan begitu lebih efektif dan efisien?
*nongton diskusi sambil makan kacang disco*
@ lambrtz
Sebenarnya dari post pendahuluannya sih (‘Lelaki dan PSK’ itu).
@ Guh
Waduh, salah saya itu! π― Mohon maaf sebesar2nya, m(_ _)m soalnya yang dikupipes dan diedit lumayan banyak, & ngerjainnya sambil smsan sama Mina dan Alex.
BTW sudah saya perbaiki. π
@ teman2 yang lain
Komen balasan yang menyangkut topiknya nanti nyusul. Setrikaan lagi numpuk! π
Pencerahan saya dari Mark Twain: http://dnial.wordpress.com/2009/08/17/594/
*promosi!* π
@ Singal
Ini blogsfer pak. Disini emang tempatnya ngobrolin apa aja selama gak melanggar UU. π
Saya pengangguran! πΏ
Sebagai blogger gak dihitung? Bapak bisa baca diskusi ini kan karena saya berkontribusi mempostingnya. πΏ
@ lambrtz
Untuk seseorang yang gak ngerti kenapa permukaan bumi terbagi2 atas negara2, ya susah njelasinnya. π
Pengaruh:
-Desentralisasi yang lebih total.
-DPD betul2 menjadi senat, berpengaruh dalam pemerintahan.
-Meredam separatisme.
Kelebihan:
-Daerah punya konstitusi sendiri.
-Daerah punya otonomi yang luas, dan bagi hasil pusat-daerah lebih adil.
-Mengakomodir kebanggaan & identitas daerah. Jogja bisa dipimpin Sultan, bukan gubernur yang dijabat sultan, misalnya.
-Selebihnya Wiki saja.
Kekurangan:
-err… π
Saya peduli:
1] Menunjukkan kalo RI betul2 ‘bebas aktif’. Malaysia lebih merugikan RI daripada Israel.
2] Memajukan TNI. Supaya kerjasama militer bisa lebih mudah dilakukan dan tidak perlu lagi melewati pihak ketiga atau operasi terselubung yang boros biaya. Israel tidak menjual barang dengan persyaratan. Ada uang ada barang, dan pasti canggih.
3] Minoritas Kristen di RI bisa ziarah ke tanah suci mereka semudah umat muslim umrah, tidak perlu muter ke eropa.
IMO Israel saja, dengan orang Israel sebagai warga negara kelas satu. π
Ide Palestina nationalism itu yang IMO konyol. Tanah British mandate itu sudah dibagi dua tuk Arab (jadi Yordania) dan Israel, kenapa bagiannya Israel harus dibagi dua lagi (jadi Israel dan Palestina)? Bendera Yordania dan Palestina saja 90% sama. π
Saya tetap dibumi saja. π
@ Zephyr
Imperialisme atas daerah nusantara.
Iya, benar. Negara ini konsepnya gak jelas, makanya mau dibawa maju juga bingung arahnya kemana.
@ Guh
Yang jadi masalah pada kemajemukan negara ini adalah, adanya mayoritas dan minoritas pada setiap unsurnya. Akibatnya ada warna-warna yang jadi pengen mendominasi karena kebetulan dominan. Padahal homogenisasi itu najisβ’. Apa melting-potnya rusak karena dipaksa bekerja terlalu keras ya? π
Memang S’por terlalu kecil tuk bisa dibandingkan dengan RI, dan RRC yang besar tapi maju itu juga punya masalah dengan kelompok minoritas, tapi yaa.. seharusnya negara kita bisa lebih baik lagi dari ini.
/masih brpikir tuk mengatasi Jawasentrisme
//pengennya sih yang mayoritas itu orang Hindu Bali saja.
Ah, ya, soal Pancasila, biarlah diteriakkan harga mati untuk menghadapi Komunisme dan Khilafah saja, tapi nanti diantara kaum nasionalis bisalah kita apungkan ide untuk merevisinya menjadi lebih aptudet.
@ Arm
Masalahnya IMO ada di
jawasentrissentralisasinya itu.Saya rasa “Bhinneka Tunggal Ika” saja dah cukup, gak perlu pake 5 sila itu lagi. π
Tumpang tindih ini yang sudah harus diperbaiki. Sekarang sudah jamak bupati ngurus apa2 langsung ke pusat dan melangkahi gubernur. Di Papua sini bahkan ada kelompok2 bupati2 yang sudah siap membentuk Propinsi sendiri.
@ Vicky Laurentina
Melihat bahwa rakyat Indonesia sampai ada yang bisa jadi pembom bunuh diri, segala proyek PMP, P4, PPKN dsb itu memang benar2 gak guna. Herannya di Universitas pun tetap saja ada mata kuliah Pancasila yang gak jelas dosennya ngomong apa. π¦
@ Sukma
Ngemil terakhir sebelum puasa ya?
@ dnial
Sudah komen. π
*tarik nafas*
*mumpung bisa konek internyet*
e btw, saya buta politik dan tata pemerintahan. pancasila? ya saya hafal kelima sila-nya. e tapi bentuk NKRI ini bagi saya pribadi adalah suatu bentuk keindahan tersendiri, karena NKRI ini termasuk luwar biasa kalo bisa bertahan, mengingat NKRI dibangun di atas keberagaman. intinya, apakah yang menyatukan keberagaman dan perbedaan itu? itupun saya ndak tau.
e tapi sebagai orang yang rabun masalah seperti ini, hal inilah yang sering membuat saya kagum sendiri, masbrur. kita bersatu atas sekian banyak perbedaan latar belakang, asal muasal hingga kebudayaan, dan nyatanya masih bertahan hingga sekarang.
*e jadi pengen nulis soal keaneka ragaman suku bangsa indonesia*
e koq rasanya komen saya ndak nyambung ya? yawdah lah
PPBD kah? hihihihi saya kok setuju itu PBD, biar sorong jadi ibukota provinsi π
sama aja seperti membungkam teriakan M cuman dengan bilang “pokoknya NKRI harga mati” tanpa menyelesaikan masalah yang ada…
ahhh saya senam otak disini jadinya. menyenangkan sangat.
*blogwalking lagi*
Btw, kalau soal bentuk negara maupun ideologi yang cocok buat negara tercintah ini saya ga kepikiran apa-apa, pengetahuan saya tentang politik itu dangkal sih :P.
Tapi mengenai “NKRI harga mati” ya saya setuju, kita seakan-akan saklek hanya pada satu pilihan dan menutup mata dari kemungkinan lain yang bisa jadi menyelesaikan permasalahan yg ada sekarang.
Kalau ada yg bilang kita harus mempertahankan apa yang telah diperjuangkan para pejuang kemerdekaan, toh esensinya yg utama dipertahankan sampai sekarang adalah “Kemerdekaannya” IMHO. Jikalau konsep negara yang sekarang dipandang kurang bisa diterapkan dalam dunia yang semakin cepat berubah, tak ada salahnya memikirkan jalan lain supaya negara tercintah ini masih bisa survive. IMO, negara yang lebih adaptif itulah yang bisa survive mempertahankan keberlangsungan
spesiesnyaeksistensinya.*
ngomongngetik doangan sih gampang :roll:*Aaah… gimana ya?? Susah juga…. Boleh2 aja dan sah2 saja sih jikalau ada wacana kalau NKRI itu bukan harga mati. Tetapi apakah penggantinya dijamin lebih baik dari konsep NKRI?? Jangan2 nanti maunya maju sekular seperti AS, salah2 malah jadi seperti Papua Nugini atau Fiji atau negara2 Amerika Latin, ogah lah yaw! Huehehe…. Setidak2nya walau negara kita “acak kadut” paling tidak dari segi dimensi besar. Memang sih lebih baik besar dan maju atau mungkin lebih baik kecil tapi maju. Tetapi nantinya kalau udah kecil tidak maju pulak, tambah diinjak2 negara lain saja.
Ya udah deh, yang penting di sini orang2 mulai saling mendengarkan dan berusaha untuk mengasah ketrampilan dirinya dalam arti luas, dengan SDM yang berkualitas mudah2an kita bisa disegani dunia… Dan tidak perlu terlalu mengurusi hal2 yang “kurang perlu” seperti orang frustasi aja..
Eh Mas J, itu link blog saya udah ganti jadi yang di blogdetik, yang kayass udah ditutup sementara. soalnya punya banyak blog bikin pusing, jadi dipatenkan yang baru aja.
ga penting
saya sendiri sebetulnya tidak terlalu fanatik terhadap NKRI, tapi tetep cinta indonesia, karena di sinilah sya hidup dan ingin yang terbaik buat indonesia. selama disini masih ada pemerintahan, ya mari bersama -sama membangungnya menjadi lebih nyaman lagi untuk ditinggali. rasa nasionalisme saya sedikit aja sepertinya, (klo dibuat kuis sebesar apa rasa nasionalisme anda kayakya seru..
)
klo pancasila, sy dulu hapal sila dan butir2nya (wajib apal sih). tapi skrg udah pada lupa. dan bagi saya pancasila sebagai ideologi jg tidak fanatik. memang mengandung banyak hal positif, tapi sepertinya masih sebatas jargon. saya juga lebih menyetujui adanya pengganti untuk pancasila π
Aku mau komen dari kemarin2 baru ini bisa. Laptop pingsan kena virus.
Jadi ya begitu, sepakatnya kita, Jensen. Seperti yg agama mayoritas musti tdk menafika yg minoritas, negara juga begitu, jgn nafika yg di daerah2. Kita sama2 punya hak hidup di planet ini. Memaksa yg lain tunduk begitu saja pada kebijakan mrk yg bawa agama dgn nama Tuhan di atas kepala sama sperti mrk yg maksa daerah2 tunduk pada maunya mentang2 Garuda Pancasila ngangkang di atas kepalanya. UUPA kami masi ditahan Senayan sialan itu.. π
Tertarik dengan opini, Perkara tanah air itu sendiri dikuasai orang2 yang justru imannya cuma pada uang dan selangkangan
Benar adanya. Dan orang2 itu benar2 gak peduli sama negara ini. Bakalan bicara kalau hal itu menganggu stabilitas keuangan pribadinya. (siapapun orangnya itu lah yang merasa saja)
NKRI..? Pancasila?
Terlepas dari baik buruknya, gue rasa Pancasila masih sejalan dgn dinamika saat ini.
Siyal!! Telat sekali rupanya awak datang kesini, terpaksa memahami dulu itu yang absurd-absurd, baru memikirkan komentar yang pantas. Kalau memang tidak pantas berkomentar, ya sudah, mengaji saja…
Intinya begini sebenarnya, kalau 80 persen uang yang ada di negara ini beredarnya di Jakarta, 89 persen di pulau jawa. Lalu apa pula yang disebut Indonesia itu? Apa guna pancasila? dan kemana NKRI itu sekarang?
@ Kurotsuchi
Persamaan & keterikatan geografis, politik, sejarah, bahasa, tujuan (dulunya) dan todongan senjata. π
Betul, pada gambar besarnya kita bersatu. Tapi jangan lupa bahwa kalo diteliti sebenarnya potensi konfliknya besar sekali dan selama ini tidak terselesaikan dengan baik, hanya terus2an diredam saja. Kita tidak boleh menutup mata hanya karena terlalu bangga pada persatuan itu. Gesekan-gesekan itu nyata adanya, dan bukan hal remeh. π
@ Ocha Rahamitu
Sebenarnya maksud saya itu (usulan) Propinsi Papua Tengah dan (usulan) Propinsi Papua Selatan. IMO mereka sebenarnya lebih layak jadi propinsi dibanding PBD. π
Buat apa cha? Sebagai kota yang paling dekat dengan Makassar dan Jawa, Sorong sudah jadi kota besar dan maju tanpa perlu jadi ibukota propinsi. Lagian penamaan ‘Barat Daya’ itu ngitungnya gimana ya? Secara geografis rasanya Sorong itu di Barat Laut Papua deh. π
Ya, RI harus bisa membuktikan bahwa mereka juga terdiri dari orang Papua, bukan cuma tanah Papua. π
@ Sukma
Begitulah. Yang lebih menyebalkan lagi adalah seringkali sikap zakelijk itu tidak pada tempatnya. Sekelompok orang Jawa di pulau Jawa yang berteriak ‘NKRI harga mati’ terhadap permasalahan Aceh, misalnya, tentunya sangat menggelikan. π
Mengurusi negara yang super majemuk itu tidak gampang, perlu kebijaksanaan yang luar bisa supaya jangan negara ini menjadi milik kelompok tertentu saja, tapi bisa dinikmati semua warganya. Tiap suku bisa menjadi tuan di tanahnya sendiri, tiap keyakinan bisa memanggil tuhannya dimana saja mereka berkumpul, dsb.. π
@ Yari NK
Tidak ada yang tau karena belum pernah dicoba, bang. Dan tiap pendukung untuk alternatif pengganti selalu mengklaim bahwa alternatif mereka yang terbaik. Tapi untuk saya dan beberapa teman-teman blogger yang saya tau, konsep federal-sekuler adalah yang paling tepat buat negara serumit Indonesia. π
Mudah2an juga, bang. Supaya jangan SDM kita diingat dunia hanya sebagai TKI saja. π
@ emina
Amiiin… Semoga saja semua juga berpikir seperti itu, karena orang Indonesia itu cenderung reseh, maunya ngurusi orang lain seenaknya sendiri. Anak bangsanya membela negara di Miss Universe aja tiap tahun ada saja yang gerah. Aneh..
BTW link ke kayass itu dibiarin aja deh. Saya masih belum yakin yang di blogdetik bakal umur panjang soalnya.. π
/dilempar genteng
//bletakk… XD
@ Alex
Ah, ya, silahkan komen kapan aja lex.
Nah, ini sudah menyimpulkan sekurangnya 90% dari segala diskusi yang ada ini. Saya yakin kalo masalah-masalah ini tak ada, tak akan juga kita berkoar tentang konsep federal-sekuler
apalagi referendum. Bukan begitu, brader? πTentu saja bro, kalo kalian semiskin Timtim, jangankan UUPA, referendum pun mungkin dah dikasi dari dulu2. π
@ Eka Situmorang – Sir
Nah, ituuuu! Sialnya stabilitas keuangan pribadi mereka itu berbanding lurus dengan kestabilan kemiskinan banyak rakyat jelata… π
@ ManusiaSuper
Waduh, maafkan saya. Kirain masbro dah baca dari kemaren2 tapi males komen, soalnya di stat WP yang baca post ini ratusan orang.
Wilayah kekuasaan Satrio Piningit dari Jawa.
Buat yel2 saat upacara bendera
err… π
Alex itu memang gabungan Nietzsche, Alexander Berkman, dan Ernesto Guevara. π Komplit. Nihilismenya. Anarkismenya. Juga pemberontaknya.
But i love it full. π
Saya lebih setuju dengan pendapat Gentole. Negara itu sekarang sudah non-ideologi lagi seperti dulu. Negara itu berbasis konsensus, yang terpeting bagaimana kesepakatan orang-orang yang tinggal di dalamnya dan bagaimana kesejahteraan mereka bisa dijamin.
Jadi mengusung ideologi negara sebagai pemecahan masalah-masalah di daerah [seperti Papua] itu bukan hanya absurd tapi BULLSHIT.
Tidak ada yang harga mati di negeri ini.
Jadi, mau NKRI, Pancasila, Syariat Islam, Federasi, atau anarkisme sekalian, sama-sama absurd kalau tidak ada konsensus dan tidak ada kesejahteraan.
INTINYA : Kita sepakat, setelah itu mari makan. π
@ goldfriend
Jangan lupa Subcomandante Marcos.
Saya juga suka pendapat Gentole, walopun bingung bagaimana menerapkannya di Indonesia. Masalahnya konsensus diantara rakyat Indonesia biasanya berbasis voting yang pasti berat di kelompok mayoritas, jadi ya… balik lagi ke masalah semula.
Tapi ya gitu, apapun juga absurd kalo tidak ada kesejahteraan. π
Jadi.. mari makan! π
ideologi saya bukan pancasila, tp kemanusiaan dan kerakyatan π
nasionalis, bukan?
^
Bukannya itu sila #2 dan #4 dari Pancasila?
Tentu saja nasionalis, lha wong sesuai gitu! π
jangan2 udah gak apal pancasila nihsumpah. ga penting. macem onani bareng pake bokep di layar tipi. come on, all. get a life.
*nyari KY*
^
Post ini? Emang gak penting kok. Blum ada yang rencana kudeta atau revolusi. π
/mbok ya dateng2 tu nyumbang pencerahan apa kek gitu
//atau bawa martabak+Heineken
@ jensen99 :
Kombinasi yang nggak lazim. Harusnya Carlsberg + Kacang goreng. π
^
Waduh, kalo makanannya tipe yang lama abis macam kacang atau kwaci gitu, acaranya pasti mabuk2an itu! π