Reaksi dari (warga) Malaysia?

syabas

Itu skrinsyut dari komen terakhir di post Don’t fuck with our Pendet! Baru saja dibebaskan dari akismet. Kelihatannya kiriman warga negara-tetangga. Ntah kenapa pake nama syabas…

Membaca komen itu, saya jadi inget tulisan masbro gentole kemarin:

It maybe true that many Malaysians suffer a sort of superiority complex and there’s a lot to be done to protect our migrant workers there; but telling the whole world that Malaysia has stolen many of our cultures is downright childish. I am surprised and also irritated to know that our media have blatantly show their nationalistic point of view in presenting all the “Ganyang Malaysia” stories.

:mrgreen:

Ya, intinya sih, apa memang mereka sering cari masalah, atau orang kita (atau media kita) terlalu bereaksi berlebihan ya? 🙄

52 Tanggapan to “Reaksi dari (warga) Malaysia?”


  1. 1 Indonesia September 5, 2009 pukul 2:30 pm

    combination of both 🙂

  2. 2 hamba ALlah September 5, 2009 pukul 4:33 pm

    FYI. Syabas means Congrats

  3. 3 Frea September 5, 2009 pukul 8:12 pm

    I wish indonesian could stop being so childish and stop easily get provocated by media in the name of nasionalism. Marah boleh, tapi lakukanlah dengan bijak, dan jangan langsung percaya berita yang ada begitu saja. Thanks.

  4. 4 lambrtz September 5, 2009 pukul 9:54 pm

    I vote for both.
    Anyway, saya mau ganti kewarganegaraan saja. 😀
    United Ireland! 😈

    @Frea
    Situ antek Malaysia ya, hah!?!?!?!?! 👿

  5. 5 Ali Sastroamidjojo September 5, 2009 pukul 10:45 pm

    Komentarnya keren juga tuh masbro dari Malaysia. 😀

    Kalo menurut saya sih ketegangan itu memang ada antara dua bangsa; dan itu wajar. Malaysia dan Singapura juga punya persoalan. Ibarat kayu bakar; media tinggal memantik saja. Eh bukn=an memantik ding; tapi bakar-bakaran gitu.

  6. 6 jensen99 September 5, 2009 pukul 10:57 pm

    @ Indonesia

    Begitu.. :mrgreen:

    @ hamba ALlah

    Wah, maafkan ketidaktahuan saya. Makasih banyak informasinya. 😀

    @ Frea

    Apa ada efeknya buat orang Indo (yang sedang belajar) di Malaysia?

    @ lambrtz

    Irlandia tu apa gak terlalu dingin? 😕
    Kalo ganti kewarganegaraan.. hmm… 🙄
    Republic of West Papua! 😈 😆

    @ Ali Sastroamidjojo

    Yo, sayang juga tu orang cuma singgah. Padahal bagus kalo dia bisa ngomong lebih banyak. :mrgreen:

    Ibarat kayu bakar, kayunya dah kering banget dan berlumuran bensin. 😆

  7. 7 sora9n September 5, 2009 pukul 11:18 pm

    Truth be told, reaksi media (dan masyarakat) Indonesia memang rada berlebihan sih. Lah, malah disertai hoax pula: katanya mahasiswa Indo di Malay dicaci-maki dan dipukuli.

    As we know, mbak Grace dan Kgeddoe kuliah di sana. Mereka baik2 aja tuh. Malah kaget mendengar `berita` ybs. 😆

     
    BTT, IMO, ada dua hal yang menunjukkan overreaksi kita (i.e. “orang Indonesia”) dlm kasus kemarin. Pertama, media mainstream terlalu bombastis. Yeah, TVOne & MetroTV sucked big time. Kedua, reaksi masyarakat lewat internet — terutama yang cuap-cuap lewat Fesbuk.

    Saya sendiri gak respek sama politisi kelas fesbuk™ yang heboh kemarin. Seperti yang diindikasikan mas lambrtz, mereka itu kebanyakan cuma modal semangat. Ribut jalan terus, sementara penguasaan masalahnya amat minim. 🙄

    /not that I ever liked Facebook anyway
    //YouTube trolls are still the worst, though

  8. 8 sora9n September 5, 2009 pukul 11:18 pm

    BTW, disclaimer: komen di atas bukan berarti saya mendukung Malaysia ya. 😉

    While I do agree that many Indonesians are overreacting, we still have unfinished businesses about Ambalat and TKI (among others). But that’s another story for this time — so that’s that. 🙂

  9. 9 Kgeddoe September 6, 2009 pukul 2:12 am

    Pokoknya dari semua kontroversi yang ada, kesimpulan saya tetap sama: ganti “Indonesia” dan “Malaysia” dengan “SMA 14” dan “SMK 2” misalnya, dan semuanya langsung falls into place.

    Ini sebenarnya mirip tawuran biasa, hanya saja “solidaritas”-nya disokong dan dijustifikasi oleh nilai-nilai yang ada. Ini cuma tawuran skala besar. Tidak usah dihiasi dengan embel tai kucing macam “nasionalisme.” Ndak pantes. :mrgreen:

    (Tentunya ini berlaku buat kedua kubu.)

  10. 10 Frea September 6, 2009 pukul 2:13 am

    ^ komentar saya semua terwakili oleh komen di atas. Masalah Indonesia-Malaysia memang tetap harus di lanjutkan penyelesaiannya, tapi sebagai warga negara sebaiknya jangan gampang terpancing amarah dan percaya pemberitaan yang seperti bensin, apalagi yang pake hoax segala. Sebab jujur saja, saya melihat di antara kedua warga negara itu, warga indonesia lah yang cenderung lebih “Panasan” dan “overreacting”. Fyi,saya bukan antek malaysia, saya warga indonesia tulen. 🙂

    @jensen :
    Sejauh ini tidak ada pengaruh. Kalaupun ada ya datangnya dari rekan-rekan di Indonesia yang sibuk heboh bertanya ini itu yang nyatanya cuma Hoax. Belum lagi mesti capek menjelaskan kepada orang-orang yang sudah terprovokasi. Untungnya hampir semua mahasiswa indonesia disini merasa ribut-ribut panas ini menyebalkan sebab nyatanya sikap orang malaysia sendiri masih biasa saja. Yang terakhir mungkin di sebabkan oleh pemberitaan mengenai ini tidak sebanyak dan seheboh di indonesia. 😀

  11. 11 Frea September 6, 2009 pukul 2:14 am

    Eh, maksud saya “di atas” itu komennya sora9n 😛

  12. 12 Arm September 6, 2009 pukul 2:23 am

    @ lambrtz :
    ente masih sewot gara2 ga jadi jalan2 ke Malaka ya? 😆

    *numpang lewat :P*

  13. 13 lambrtz September 6, 2009 pukul 2:31 am

    @Frea

    saya bukan antek malaysia, saya warga indonesia tulen.

    Ah, jadi ingat kasus David. :mrgreen:

  14. 14 dana September 6, 2009 pukul 2:38 am

    Syabas!

    Rasanya nasionalisme saya sudah mati lama.

  15. 15 Felicia September 6, 2009 pukul 2:43 am

    Media kita emang agak lebai kalau memberitakan sesuatu…
    Lihat aja waktu reportase penangkapan teroris kemaren itu, seenaknya masang title “Noordin tewas” padahal belum tahu yang ditembak mati di rumah itu siapa…
    Waktu polisi memberi kejelasan bahwa yang tewas itu bukan Noordin, malah disorakin sama wartawan, huuu…
    udah ngga ngerti lagi *geleng2*
    eh, maaf kalau agak OOT…

  16. 16 qdetactive September 6, 2009 pukul 6:25 am

    benar
    jangan terlalu ikutkan amarah diri.
    hal ini boleh diselesaikan
    tak gitu

  17. 17 Kurotsuchi September 6, 2009 pukul 8:51 am

    kadang kita baru ngerasa senarnya ketarik aja udah kegirangan teriak-teriak dapet ikan paus… udah gitu, lumayan reaktif macam cairan kimia berlabel flammable liquid, atau malah kayaq gas bocor… dan media kita memang kadang bombastis, termasuk perkara statemen bahwa yang ditembak mati dulu itu mister em top… setelah terbukti? seolah statemen yang dulu itu ndak pernah ada… tapi kalau perkara pelintiran lagu kebangsaan kita itu saya beneran esmosi :evil:, karena AFAIK, itu beneran (CMIIW)

    e tapi at least, itu bukti bahwa kita masih punya rasa nasionalisme kan?… long life indonesia! 🙂

  18. 18 lambrtz September 6, 2009 pukul 11:41 am

    Ee…kelewatan.

    @Arm
    Iya, tapi mau ga mau mesti batal, soalnya saudara mau ke sini.

    @Kurotsuchi
    Mau ikutan saya bro, cinta Indonesia tanpa menjadi nasionalis? :mrgreen:

  19. 19 Frea September 6, 2009 pukul 3:08 pm

    @kurotshuchi :

    tapi kalau perkara pelintiran lagu kebangsaan kita itu saya beneran esmosi 👿 , karena AFAIK, itu beneran (CMIIW)

    ..Aeuh, jadi inget ini.
    Wktu itu saya pernah juga dengar lagu “Tanah Airku” di putar di sebuah pusat perbelanjaan di Malaysia. Saya dan teman-teman saya kesal mendengarnya, tapi saya mencoba untuk berhusnudzon dulu, bisa jadi seperti kasus lagu “Ibu Pertiwi” itu, atau justru yang bertugas memutar lagu di pusat perbelanjaan itu justru orang indonesia sendiri (yang bekerja disana), soalnya saya tanya ke teman saya yang berkebangsaan Malaysia, dia mengaku tidak tahu lagu “Tanah Airku”. 😀

  20. 20 jensen99 September 6, 2009 pukul 4:04 pm

    @ sora9n

    Yo, seperti komen saya di Harian Kacang Goreng, pers Indonesia seperti berusaha menyulut perang. Ribut-ribut di dunia maya pun dimasukin tivi semua. 👿

    Seperti juga waktu krisis Gaza, sebagian besar orang kita berpendapat bahwa masalah2 seperti ini wajib diselesaikan dengan “tawuran™”. Kalo blum pake aksi fisik sepertinya blum plong. Bahkan mau nyerbu Kedubes Malaysia segala. Sialnya, banyak juga elit atau tokoh masyarakat yang jadi provokator. (klop dengan keinginan media) 😕

    Ribut jalan terus, sementara penguasaan masalahnya amat minim. 🙄

    Ini masalahnya, pendekatan otot dan otak berbanding terbalik… 😐

    @ Kgeddoe

    Nah, ini analogi paling sederhana dan paling pas untuk kasus ini. Bener2 campuran antara esprit de corps dan kelebihan energi yang tak tersalurkan. :mrgreen:
    Apa ini sindrom negara yang penduduknya ratusan juta ya? 🙄

    /mengira2 gimana rasanya kalo semilyar rakyat RRC nantang RI “tawuran”
    //ngayal~

    @ Frea

    Yang terutama kita membutuhkan media massa yang lebih profesional, gak ngotbahi, gak ngompori, gak “bikin berita kalo gak ada berita”. Habis itu yaa, pemerintah yang mesti lebih cepat bereaksi dengan hasil yang lebih jelas juga. Paling tidak di masalah2 lain yang juga berhubungan dengan Malaysia macam pembalakan liar atau penyiksaan TKI.

    @ dana

    Saya malah zionis! 😈
    Etapi kalo berencana nyerbu Arab Saudi mau juga sesekali nasionalis…
    *gajelas*

    @ Felicia

    Saya tidak inget TVOne pernah minta maaf untuk blunder tersebut, dan mereka mengulanginya lagi waktu mengkonfrontasi orang yang salah tuk didebat dengan Jero Wacik waktu kasus tari Pendet itu.

    @ qdetactive

    Yang paling penting adalah mengerti dengan baik tiap kasus yang terjadi, dan menunjukkan reaksi dengan cara yang benar. Menginjak-injak bendera negara lain adalah kebiasaan buruk.

    @ Kurotsuchi

    tapi kalau perkara pelintiran lagu kebangsaan kita itu saya beneran esmosi 👿

    Itu hanyalah aksi2 individu di forum yang kerap dijadikan ajang tawuran dunia maya antara mereka dan kita. Pers saja yang cari sensasi dengan mengangkat kasus itu ke skala nasional lewat teve. Seolah gak cukup ditayangkan, lirik Indonesia Raya modifikasi itu dibacakan pula. Buat pemirsa yang buta? 😛
    Untuk kasus ini sendiri, sudah ada forumer dari Indonesia yang mbales bikin tread menjelekkan lagu kebangsaan Malaysia. Bahkan versi caci-makinya juga ada. Tuk menyingkat waktu, saya kopas saja disini:

    Negaraku tanah vmpahnya mani ku,
    Rakyat mati karena sifilis,
    Sifat plagiat tlah kami dapat,
    Raja kita mati dan di ganyang,
    Sifat pencuri tlah kami dapat,
    Raja kita mati dan di ganyang,

    Sekarang, kenapa media kita tidak mem-blow up hal ini juga supaya adil? Kalau orang Malaysia marah, dengan apa kita menjawab? “Mata ganti mata”? 🙄

    Santai ajalah masbro, dunia forum itu memang gila, samasekali bukan untuk dijadikan bahan siaran teve. 😉

  21. 21 Frea September 6, 2009 pukul 5:28 pm

    @jensen :
    Kalau yang kaya gini?

  22. 22 Eka Situmorang - Sir September 6, 2009 pukul 8:19 pm

    Media berlebihan ?
    Itu mungkin.

    Tapi OMG! gak bisa diam dunk kalo mereka klaim2 macem2…

  23. 23 jensen99 September 6, 2009 pukul 10:25 pm

    @ Frea

    Ya, seperti itu cukuplah. 🙂

    @ Eka Situmorang – Sir

    Yang penting mengerti masalahnya dengan baik, dan tidak berlebihan (e.g. “ganyang malaysia”) 😉

  24. 24 Ando-kun September 6, 2009 pukul 11:26 pm

    Gimana kalau perang aja.
    Lumayan buat para anggota TNI yg kurang kerjaan.
    daripada ngenggebukin bangsa sendiri.
    mendingan cari “musuh” diluaran. :mrgreen:

    *nyanyi kompor meleduk by Benjamin S.*
    ** inget komentar temen yg orang kamboja ttg konflik kamboja-thailand. tentara kamboja minta spy jgn damai dgn thailand, krn mereka bosen berantem sesama mereka sejak jaman Pol Pot. pengen cari musuh diluaran*

  25. 25 Xaliber von Reginhild September 7, 2009 pukul 12:16 am

    *lirik judul blog*

    Bah! Jangan baca! Ini pasti konspirasi Israel untuk menghancurkan nasionalisme Indonesia!!

  26. 26 Adriano Minami September 7, 2009 pukul 12:21 am

    Akibat media massa, setiap orang jadi sebal dengan Malaysia.

    Hebat juga ya 😕 , mengingat orang-orang disini benar2 mudah tersugesti

  27. 27 Zephyr September 7, 2009 pukul 12:25 am

    Setuju dg Ando-kun, perang saja.. Sekalian ngecèk apakah peralatan dan perlengkapan persenjataan kita masih berfungsi dg baik atau tidak, Lagian keberadaan musuh itu perlu untuk tahu seberapa kekuatan dan semangat juang kita. bukan provokator mode on 😎

  28. 28 qdetactive September 7, 2009 pukul 3:48 am

    sudahlah saudara nusantara.
    jangan bergaduh lagi.
    serius kami tidak pernah klaim yang macam-macam.
    segelintir saja yang sampah mahu melaga-laga.
    pikir dengan otak bukan dengan pedang.
    media di sana berjaya membangkitkan semangat nasionalis kamu, tapi dengan akibat yang salah.

  29. 29 Snowie September 7, 2009 pukul 7:04 am

    *bingung mau berekspresi seperti apa*
    Tapi, saya senang melihat ada orang malaysia yg ‘unjuk rasa’ ke sini. 🙂
    Yah, setidaknya itu bisa sedikit memberikan sudut pandang lain ke kita2 ini.

    Semoga aja, kasus ini bkn pengertian dan kepahaman kedua belah pihak meningkat.
    Ya, ribut2 tetangga lah, abis hina2an, bsknya kirim2an Rendang. :mrgreen:

    Saya mah positif aja. 😛

  30. 30 Yari NK September 7, 2009 pukul 12:47 pm

    Ya sudah deh…. biar adil:

    Buat orang Indonesia:

    Marah boleh, tapi jangan berlebihan. Apa yang berlebihan tidak baik untuk siapapun.

    Buat orang Malaysia:

    Belajarlah jangan jadi “maling”, belajarlah bangga dengan negaramu sendiri. Kembangkanlah budayamu sendiri, kreatiflah. Moso dengan ekonomi yang lumayan maju anda tidak kreatif mengembangkan budayanya sendiri seh?? :mrgreen:

  31. 31 Ibeng September 7, 2009 pukul 1:05 pm

    Indonesia mau jadi ape..?
    ketika kita sendiri sudah gak perduli,ada orang laìn yang mempromosikan.
    kita ributnya setengah mati.
    kaya orang makan bubur kepanasan.
    ada yang berkoar-koar kaya jagoan beling.
    ada bagusnya juga si malaysia,
    orang indonesìa yang tadinya tidak perdulì,tiba-tiba merasa indonesiaaa banget.
    lagian cuma budaya ko’..
    kita sendìri sudah meng-aku budaya lain.
    itu teh dangdut,kalo kita jeli darimana teh dangdut aslinya.

  32. 32 jensen99 September 7, 2009 pukul 10:00 pm

    @ Ando-kun | Zephyr

    OK, perang itu opsi yang menarik. Tapi AFAIK doktrin pertahanan Indonesia itu defensif, artinya cuma maju perang kalo diserang dari luar. Jadi kita butuh skenario yang realistis. Misalnya, memancing Malaysia nyerbu duluan lewat perbatasan Kalimantan, lalu setelah kita desak balik ke perbatasan gantian kita yang invasi kesana dengan dalih mencegah serangan balasan. Mungkin bisa juga kita inisiatif serangan amfibi nyebrang selat Malaka atau ngebom Kuala Lumpur, tapi mengingat lemahnya AL dan AU kita, saya lebih favorit perang gerilya di hutan Kalimantan (Dwikora jilid 2). Gimana? 😛

    @ Xaliber von Reginhild

    Hush! Jangan buka kartu! 😈

    @ Adriano Minami

    Gpp sih, sebal itu wajar, tapi gak usah sampai brutal IMO.

    @ qdetactive

    serius kami tidak pernah klaim yang macam-macam.

    Oh ya? Setau saya pernah koq. 😉

    @ Snowie

    Tapi, saya senang melihat ada orang malaysia yg ‘unjuk rasa’ ke sini. 🙂

    Ya, ada sisi baiknya juga. Pertanyaannya: kenapa ke blog saya? :mrgreen:

    @ Yari NK

    Sepertinya sih, ada anggapan bahwa apapun yang masuk ke Malaysia sebelum Indonesia merdeka tidak bisa dianggap sebagai milik Indonesia, walopun itu jelas dibawa masuk oleh suku2 yang berasal dari tempat-yang-sekarang-jadi-bagian-Indonesia. 😉

    @ Ibeng

    Seperti kata temen saya:

    orang Indonesia juga banyak yang ga sadar kalo ada budayanya yang merupakan adaptasi dari bangsa lain.

    Temennya temen malah bilang:

    sebagai bangsa yang doyan ngebajak film dan lagu dari bangsa lain; protes2 dan ngotot soal ‘hak cipta’ budaya terdengar sangat ah…miris.

    😉

  33. 33 Ando-kun September 7, 2009 pukul 10:39 pm

    @jensen
    lha? situ ngaku2 agen mossad koq nggak nyinggung doktrin pre-emptive war? Lagian UUD aja bisa diamandemen sesuai dengan kebutuhan, masa doktrin pertahanan gak bisa di amandemen jadi doktrin penyerangan.

    Tapi usul cari gara2 supaya bisa nyerang jg cukup menarik. Salah satu diantaranya mungkin dengan menuduh Malaysia menyokong dan mendanai para lanun di selat Malaka untuk melakukan aksi terorisme melalui jalur laut ke Indonesia, seperti halnya menuduh Malaysia meng-ekspor Noordin M. Top lewat jalur darat. Kelemahan cara ini adalah dengan secara sengaja menunjukkan betapa lemahnya TNI AL kita seperti yg situ sebut diatas.

    Cara lainnya mungkin dengan mengekspor asap kebakaran hutan dari titik2 strategis seperti sumatera dan kalimantan. Memang butuh pengorbanan besar untuk membakar hutan dan dana untuk membuat teknologi peniup angin agar seluruh asap bisa diterbangkan ke arah Malaysia tanpa mengganggu rakyat Indonesia disekitar hutan yg dibakar. Bagaikan mengasapi gua penuh ular, tentu ularnya bakalan keluar dengan marah dan mata berair (perumpamaan).

    Cara terakhir saya kira paling keren. Latih seluruh babu yang bakalan dikirim jadi TKI ke Malaysia dengan berbagai latihan spionase dan teroris sehingga dapat memperlemah Malaysia dari dalam. Mohon agar Jensen turut ikut menyumbang beberapa skill yg berguna bagi para agen babu ini.

  34. 34 shuz September 7, 2009 pukul 10:43 pm

    For every case you hear about Indonesian maids being abused there are countless cases of Indonesian TKI’s committing criminal activities in Malaysia.

    The fault lies with your Indonesian Embassy in KL for not being proactive. In cases of abuse, the maids can easily make recourse to the Malaysian Courts and seek financial compensation from the abusive employers. Yet, your Embassy refuse to make the necessary effort to protect your own citizens abroad.

    It is really hurtful to see Malaysian flag being set on fire and then we have to live with dumb chants of NEKOLIM and Ganyang Malaysia. Never mind that in reality it was Pak Sukarno that was a puppet for Communist China and the Soviet. Never mind that it Was Pak Suharto that was quietly backed by CIA and MI6 to take over Indonesia. Never mind that you take the easy road of accepting IMF’s cash while we choose to snub IMF and was labelled foolish. Never mind that imperialism was your illegal occupation of East Timor and butchering 200,000 people and God knows how many more were tortured.

    I have only been to Bali and I have so much fond memories on my small token of Indonesia.

    Malaysians in general always look at Indonesia with fondness. Which is why we have allowed Indonesians to become citizens and easing their way to pick up PR in Malaysia. As opposed to tenaga kerja from other countries, we have always given priority to Indonesians primarily because of shared or presumed shared race and common religion.

    You need a serious introspection before heaping the blame on someone else for all the ails of your country.

  35. 35 Ali Sastroamidjojo September 8, 2009 pukul 12:02 am

    @shuz

    The fault lies with your Indonesian Embassy in KL for not being proactive.

    True, but your government shares the blame too for not giving legal protection to foreign maids, since according to the existing labor laws in your country they are not considered as workers that have rights. I am glad that manpower minister plans to revise the laws and will give maids a day off.

    It is really hurtful to see Malaysian flag being set on fire and then we have to live with dumb chants of NEKOLIM and Ganyang Malaysia.

    I know how you feel. I think.

    Never mind that in reality it was Pak Sukarno that was a puppet for Communist China and the Soviet. Never mind that it Was Pak Suharto that was quietly backed by CIA and MI6 to take over Indonesia. Never mind that you take the easy road of accepting IMF’s cash while we choose to snub IMF and was labelled foolish. Never mind that imperialism was your illegal occupation of East Timor and butchering 200,000 people and God knows how many more were tortured.

    So what? Those are history now. We made mistake and had our lesson. We changed, you haven’t. Your government still jailing bloggers? How long will you live under the ISA? Have you ever thought about the rights of the minorities in your country? And do you think the Bumiputra policy is still relevant today?

    You need a serious introspection before heaping the blame on someone else for all the ails of your country.

    Thanks. I hope you’d do the same.

  36. 36 Zephyr September 8, 2009 pukul 12:05 am

    Yeah, perang gerilya terdengar keren, mengingat peralatan perang kita kurang canggih, banyak pesawat AL- AU kita sudah lapuk, baru di nyalain mesin paling sudah jatuh sendiri (kasus pesawat Nomad terbaru) yeah, kita tak usahlah pake taktik ngirim asap, hutan terlalu indah untuk di bakar, lebih baik menggunakan taktik divide et impera menggunakan TKI dan para menteri Malaysia yg masih keturunan indonesia, mengenai strategi.. Agen Mossad tentunya lebih menguasai. niat perang banget ya?

  37. 37 Ali Sastroamidjojo September 8, 2009 pukul 12:21 am

    @shuz

    For every case you hear about Indonesian maids being abused there are countless cases of Indonesian TKI’s committing criminal activities in Malaysia.

    Are you suggesting that it’s okay for Malaysians to abuse Indonesian maids because there are “countless cases” of Indonesians committing crimes in Malaysia? Two wrongs don’t make a right. Abusive Malaysian employers and crooked TKIs should be tried and punished if found guilty.

  38. 38 Ibeng. September 8, 2009 pukul 12:50 am

    Yang berkoar-koar ngajak perang,gayalo kaya’ preman beling.
    tau gak preman beling.

  39. 39 shuz September 8, 2009 pukul 12:56 am

    The Indonesian maids may not be able to seek legal remedy under current labour laws, but under contract laws they are entitled to unpaid salary and under tort they are entitled to financial compensation for emotional distress and physical harm visited upon them.

    All your Embassy in KL need to do is to gather a pool of lawyers to represent TKIs. Some KL lawyers work on contingency basis so there is no necessity to come up with big budget to retain a pool of lawyers. There are also lawyers who do work on pro bono basis.

    In as much as I hate to open old wounds, you guys started with tired chants of “ganyang Malaysia” and NEKOLISM and I am merely reminding Indonesians that we have upon getting Independence always resisted foreign intervention in our policies.

    As far as ISA is concern, every few years the Government of the day is obliged to call for election. For the past 50 over years the Malaysian population have agreed with the current political party’s call for the need to have ISA. Only recently, the issue of ISA is being revisited and that by 2012 or 2013 the Malaysian population will again have the chance to decide whether they feel it is necessary or not. Laws promulgated are the representation of the will of the people. In as much as I take issue on ISA, I have to yield to the will of the majority. Isn’t that what democracy mean ?

    Due to the racial riots in 1969, the Government of the day decided to have affirmative action policy that was supposed to ensure that all races are well represented in every industry.

    Although the social engineering policy have yielded somewhat debatable results, it nonetheless lessen identification of races by their trade and it has successfully caused the poverty rate to be reduced to single digit. We have maintained racial harmony thus far and that in itself speaks volume.

    The political landscape has changed and even Bumiputras are calling for an end to the new economic policy. The new found confidence confounded many politicians. Whether the policy will be maintained or whether structural changes to the policy will be made allowing benefits from the policy to be race blind will depend very much on the will of Malaysians in the next General Election.

  40. 40 Ali Sastroamidjojo September 8, 2009 pukul 2:08 am

    @shuz

    There are many issues concerning Indonesian migrant workers everywhere, not only in Malaysia. The root of the problem is actually in the recruitment process. It’s hard to believe that illiterates are being sent as workers abroad. I’m just hoping that one day Indonesia will stop exporting maids.

    In as much as I hate to open old wounds, you guys started with tired chants of “ganyang Malaysia” and NEKOLISM and I am merely reminding Indonesians that we have upon getting Independence always resisted foreign intervention in our policies.

    We’re sorry for that. 😀 Though it’s actually the deed of a few.

    In as much as I take issue on ISA, I have to yield to the will of the majority. Isn’t that what democracy mean ?

    This is off-topic. But I believe democracy is more than just about respecting what the majority wants. It’s also about ensuring that everybody has the right to speak, and to dissent, without fears of being arrested.

  41. 41 shuz September 8, 2009 pukul 2:37 am

    By the way, I love Pramoedya Ananta Toer’s Keluarga Gerilya. Do you know that his work was required reading for students in Form 6 (ages 16-17) in Malaysia? It has been quite sometime since I last read Keluarga Gerilya and it left such deep impression on the beauty of Indonesian language.

  42. 42 Ali Sastroamidjojo September 8, 2009 pukul 3:37 am

    ^

    No, I don’t know that.

    Btw, I love P. Ramlee’s movies, and Yassin Ahmad’s, especially the Petronas ads. It’s brilliant.

  43. 43 lambrtz September 8, 2009 pukul 4:05 am

    Hey you two are supposed to have an argument, aren’t you? :mrgreen:

    Ah I like it. Why don’t we have things like this more often. 😀

    Semalam di Pulau Pinang…kenangan takkan terlupa…

  44. 44 Snowie September 8, 2009 pukul 8:43 am

    *baca diskusi 2 orang di atas*

    *back to question*

    kenapa ke blog saya?

    Lucky 4 u and hope u can give contribution for gaining understanding for both side.

    Then, through this of u’r writing, means for your nation. 😉

    Well, for me, I don’t have much interest to follow this kind of issue written other than my fellow blogger. :mrgreen:

  45. 45 Ibeng. September 8, 2009 pukul 2:28 pm

    Indonesia idiot katrox..!
    budaya diributin,korupsi lu biarin.
    jangan-jangan isu malaysia,adalah konspirasi para koruptor.
    biar kita pada lupa musuh sebenarnya.
    penghianat bangsa lebih kejam dari penjajah sekalìpun.

  46. 46 Generasi Patah Hati September 8, 2009 pukul 4:56 pm

    Di kostan gak ada tivi nih, jadi saya ketinggalan berita Indonesia malaysia 😆
    wah nasionalisme tingginya cuma pas ada masalah ya mas bro :mrgreen:

  47. 47 Ibeng. September 8, 2009 pukul 7:42 pm

    Indonesia IDIOT katro.

    secara nyata malaysia tidak pernah merusak indonesia.justru sebaliknya,malaysia jadi negara terbesar dalam menampung pengangguran DI indonesia.
    pelaku perusak hutan,ilegal logging bukan darì negara luar.
    ibarat pepatah
    ‘belek di pinggir mata gak kelihatan,bìsul di pantat tetangga di pelototin.
    KONSPIRASì KORUPTOR TINGKAT TINGGI.

  48. 48 Fietria September 8, 2009 pukul 9:13 pm

    Kalau mau perang jangan di kalimantan, karena saya tinggal di kalimantan timur. Sebenarnya malaysia juga banyak membantu orang Indonesia yang tinggal di daerah perbatasan kalimantan dengan malaysia. Di daerah perbatasan masyarakat sangat kesulitan mendapatkan makanan dan kebutuhan sehari-hari bahkan jalur akses perbatasan seperti transportasi darat sangat sulit karena daerahnya terlindung hutan. Mau tak mau akhirnya orang Indonesia datang ke Malaysia buat belanja kebutuhan dan bekerja disana. Tak jarang pemerintah Malaysia memberi bantuan pada rakyat di perbatasan. Lalu mana sikap pemerintah RI? Kalau rakyatnya sudah lari ke malaysia baru deh kalang kabut. Ini bukan karena saya membela malaysia tapi tak semua orang malaysia suka membajak, kita hanya dipanas-panasi pemberitaan di TV. Oh, ya untuk barang yang sejenis seperti susu MILO dan wafer APOLLO dll lebih murah di malaysia.

  49. 49 alin September 9, 2009 pukul 2:10 am

    @Fietria
    Iya, saya juga suka beli jajanan made in malaysia abis enak, murah, halal :mrgreen:

  50. 50 jensen99 September 9, 2009 pukul 2:37 am

    @ Ando-kun | Zephyr

    Wah, doktrin ofensiv gak bisa dipake soalnya gak sesuai dengan anggaran pertahanan yang tersedia. Buat bertahan aja meragukan kok! 😆 Sementara kalo memang ada duit untuk melatih babu, daripada materinya sabotase atau intelijen, lebih baik ketrampilan dan pengetahuan hukum saja. 😉

    Menurut hemat saya, lebih baik perangnya disalurkan ke lapangan hijau saja. Jadi timnas sepakbola kita bertanding melawan timnas Malaysia, sekurangnya sekali di Jakarta, sekali di Kuala Lumpur. Sekali-sekali tarik tambang juga boleh.. :mrgreen:

    @ shuz

    Okay, we have several issues in your comments, but you just discussed them all with my friend Ali Sastro. I hope that’s enough. Just a little bit from me..

    I have only been to Bali and I have so much fond memories on my small token of Indonesia.

    U know, sir, for the people like me, I guess my country will be much more peaceful and comfy if the Balinese (people and culture) are the majority here. 🙄

    In as much as I hate to open old wounds, you guys started with tired chants of “ganyang Malaysia” and NEKOLISM […]

    That old stupid confrontation was our (Soekarno’s) fault. It is a shame that its hostile slogans were still lives on, or worse, re-used by (some of) our medias to boost anti-Malaysia propaganda (not to mention airing the footage of Soekarno pre-war speech). 😐

    @ Ali Sastroamidjojo

    Perhaps it will takes longer for me reply Mr. shuz’s comments if not by your help. ThankU verymuch bro. 😉

    @ Ibeng. (1)

    Ga usah terlalu diseriusi. Itu temen2 saya yang ngusulin perang. :mrgreen:

    @ lambrtz

    You’re right. We should have things like this more often. Will you write something about Malaysia-Indonesia too? 😛

    @ Snowie

    Lucky for me that this post broke 3 busiest day’s stat record consecutively. 😆 But it’s good if the discussion here are really meaningful for both nations (especially ours). 😉

    I don’t have much interest to follow this kind of issue written other than my fellow blogger. :mrgreen:

    Lucky for you to have a handful of crazy smart fellow blogger. 😎
    *dilempar panci*

    @ Ibeng. (2)

    Oh, ini bukan konspirasi kok, untuk beberapa hal, kita emang ada masalah dengan Malaysia. Saya gak ikutan komen soal korupsi, itu sulit, gak segampang membakar bendera Malaysia. 😉

    @ Generasi Patah Hati

    Kalo sudah berurusan dengan negara lain, katanya right or wrong is my coutry. 😉

    @ Ibeng. (3)

    secara nyata malaysia tidak pernah merusak indonesia. […]

    Ada benernya juga sih… 🙄

    pelaku perusak hutan,ilegal logging bukan darì negara luar.

    Banyak cukong kayu yang beroperasi di Indonesia, terutama di Papua dan Kalimantan, berasal dari Malaysia, walaupun tentu saja mereka bisa beroperasi karena (seringkali) didukung aparat, pejabat dan masyarakat lokal. 😉

    @ Fietria

    Kalau mau perang jangan di kalimantan, karena saya tinggal di kalimantan timur.

    Kebetulan sekali, wilayah Kalimantan Timur mulai tahun ini dijadikan lokasi permanen Latihan Gabungan TNI. Buat persiapan? 😉

    Oh ya, saya sudah sering dengar/nonton kehidupan masyarakat di perbatasan kalimantan yang secara ekonomi lebih bergantung ke negara sebelah. IMO pemerintah kita selama ini memang terlalu jawasentris sentralistik untuk mengurusi banyak daerah diluar Jawa dengan layak. Jadinya ya seperti itu. Semoga saja ini bisa segera diatasi karena Kaltim adalah provinsi yang sangat kaya. 😉

  51. 51 lambrtz September 9, 2009 pukul 11:08 am

    Will you write something about Malaysia-Indonesia too?

    Waduh saya ga banyak ngerti je, selain stik cokelat di meja saya yang bikinan Melaka, Malaysia. 😕 *gapenting*

  52. 52 AnakJawaMalaysia September 12, 2009 pukul 6:27 pm

    Hati2 Pak ! Kalau apa2 terjadi, 3 juta TKI di Malaysia dalam bahaya. Orang Malaysia tidak guna bululh runcing tp Machine Gun. Senjata yg lebih effective dr buluh runcing kamu.


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s




JenSen99 is

I got a heart full of pain, head full of stress, handfull of anger, held in my chest. And everything left’s a waste of time~
September 2009
M S S R K J S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
27282930  

Top Posts

Arsip

Follow me on Twitter


%d blogger menyukai ini: