hime: mas jensen masih suka dia?
saya: masih
saya: i never hate herhime: dia apakabar?
hime: apa sudah dengan yang lain? atau masih bleeding sprti mas jensen?saya: oh, justru karena ada yang lain itulah maka dia memutuskan meninggalkanku. Tentunya dia sudah lama sembuh
[…]
Sepotong chatting dengan seorang teman cewek beberapa hari yang lalu, saat-saat saya sedang sering kecape’an dan sulit berpikir dengan jernih. Sebenarnya dia yang sedang kesepian dan curhat, tapi mungkin karena saya juga sedang error akhir-akhir ini (alesan saja. default-nya saya ni memang error), jadinya malah ikutan nostalgia. Ya, klise sih, tentang seseorang yang pernah ada dalam hidup kami masing-masing. Tentang masalah-masalah yang muncul karena orang itu sudah tidak ada lagi, dan bagaimana mencari solusi sementara sambil menunggu proyek “get a life!β’, get a new GF/BF!β’” membuahkan hasil. Well, people cannot win against their loneliness (quoted from Gaara); all we can do is to get used to it then (quoted from Hime); or sitting before Playstation. (my quote) π
Sabtu (19/9) siang, masih lelah sepulang dari mendistribusikan barang antaran hari itu, saya terhenti di garasi, belum masuk rumah. Setumpukan majalah bekas yang baru dikumpulkan dari agen majalah beberapa hari sebelumnya tersusun disitu. Saya mengambil tumpukan teratas, majalah Prevention Indonesia edisi Oktober 2008 (bulan puasa tahun lalu). Saya buka-buka sekenanya, dan terhenti di satu artikel:
The Art of Forgiving
Semua pasti setuju akan anggapan bahwa meminta maaf dan memaafkann merupakan dua hal yang sulit dilakukan. Saya pun punya anggapan yang sama.
Sampai hari ini, saya masih belum dapat juga memaafkan seseorang yang pernah sangat dekat dengan saya. Padahal kejadiannya sendiri sedah berlalu hampir dua tahun. Namun, saya juga masih belum bisa melupakan orang tersebut beserta kenangan-kenangannya.
Pertanyaannya: Apakah kita sebaiknya perlu melupakan (forget) terlebih dahulu untuk bisa akhirnya memaafkan (forgive)? Ataukah justru sebaliknya?Sebenarnya, berbicara soal memaafkan tidak bisa lepas dari konsep βforgivenessβ itu sendiri. Forgiveness dapat berarti dua hal: meminta maaf dan memaafkan. Untuk melakukan dua tindakan tersebut, ada beberapa elemen yang dilibatkan, seperti korban, pelaku, dan berbagai jenis serta tingkat trauma, luka, atau ketidakadilan.
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Leonard Horwitz, seorang ahli psikoanalisa dari Greater Kansas City Psychoanalitic Institute. Sedangkan Enright and Human Development Study Group (1996) menyebutkan bahwa tindakan forgiveness selalu berkaitan dengan tiga aspek. Yang pertama memaafkan orang lain, lalu menerima permintaan maaf dari orang lain, dan terakhir memaafkan diri sendiri. Untuk mencapai tataran forgiveness seutuhnya, ketiga aspek tersebut harus tercapai semua. Sayangnya, kita tidak dapat selalu mendapatkan ketiga aspek tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.Ada berbagai penelitian dan bahkan proyek besar telah dilakukan untuk mempelajari seputar forgiveness. Dari situ bisa disimpulkan bahwa forgiveness memiliki berbagai manfaat, baik secara psikologis maupun kesehatan. Di antaranya adalah memperbaiki hubungan yang renggang antarindividu, menyembuhkan luka batin yang dalam, pemulihan bagi korban maupun pelaku, serta sebagai sarana untuk pengembangan diri ke arah yang lebih baik. Orang yang sulit untuk memaafkan atau meminta maaf ternyata lebih rentan terhadap berbagai gangguan psikologis. Selain itu, mereka juga sulit untuk bisa mempertahankan tingkat kesehatan mental di hari tuanya. π―
Jangan pelit memaafkan
Mengampuni seseorang tidak langsung terjadi saat kita telah mengucapkan, βYa, saya maafkan.β Setidaknya, forgiveness bekerja melalui dua cara:1] Kurangi stres yang muncul akibat dari keputusan untuk tidak memaafkan yang selalu diliputi oleh berbagai emosi, seperti sakit hati, kemarahan, agresivitas, kebencian, penolakan, dan ketakutan akan disakiti atau dipermalukan kembali. Jika emosi-emosi tersebut tidak diredakan, akan muncul gangguan-gangguan yang bersifat fisiologis. Misalnya meningkatnya tekanan darah dan perubahan struktur hormonal yang berhubungan erat dengan gangguan fungsi jantung, gangguan kekebalan tubuh, dan gangguan fungsi saraf dan ingatan.
2] Mencoba memaafkan. Di sinilah kita mungkin akan mengalami masalah, jika kita tipe orang yang sulit memaafkan orang lain. Seseorang yang pendendam dan pelit memaafkan biasanya sulit untuk membina hubungan jangka panjang dengan orang lain. Sebab hubungan yang telah terbina dapat rusak akibat kesalahan kecil. Setelahnya, orang lain pun akan sulit untuk mendekati dirinya karena telah melihat betapa buruknya caranya berelasi dengan orang lain. Lebih lanjut, orang yang sulit memaafkan atau meminta maaf, dan memiliki kebiasaan gemar mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, berpeluang lebih besar mengalami masalah kesehatan fisik dan juga mental.
Memaafkan butuh proses
Ahli teologi bernama Doris Deonneley mengatakan bahwa proses forgiveness membutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:1] Menerima dan menyadari dampak menyeluruh dari peristiwa yang menyakitkan.
2] Memutuskan untuk memaafkan.
3] Menyadari bahwa memaafkan itu sulit untuk dilakukan dan selalu melibatkan suatu proses yang tidak menyenangkan bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya.
4] Memaafkan diri sendiri. Ini adalah hal yang tersulit. Kebanyakan orang memiliki standar ganda: mereka mampu memaafkan orang lain tetapi sulit untuk memaafkan diri sendiri untuk perbuatan yang sama.
5] Mempertimbangkan akibat-akibat yang mungkin muncul jika kita belum dapat atau tidak mau memaafkan.Hal terpenting yang perlu diingat: forgiveness bukanlah kejadian sesaat, melainkan sebuah proses. Menurut Dr. Edward M. Hallowell, seorang psikiater dari Universitas Harvard, Forgiveness adalah suatu proses yang harus ditumbuhkan dan dipelihara karena berlawanan dengan kecenderungan alamiah manusia untuk membalas dendam dan menentang ketidakadilan. Ia menyarankan agar proses ini dilalui dengan bantuan orang lain: teman, keluarga, dan tenaga profesional seperti psikolog dan konselor.
Bagi umat Islam, Idul Fitri yang sebentar lagi datang adalah ajang tepat untuk meminta maaf dan memaafkan. Bagi umat beragama lain, memaafkan adalah salah satu ajaran agama yang terpenting. Saya juga sedang berusaha memaafkan, tetapi baru sampai tahap mencoba memaafkan diri sendiri. Sampai akhirnya, beberapa waktu lalu, saya mendengar orang yang belum bisa saya maafkan itu menikah. Ternyata, saya bisa merasa turut senang ketika mendengar berita tersebut. Memaafkan secara tulus memang sulit, namun kita semua pasti bisa melakukannya.
[Kulihat penulisnya bernama Dinastuti, MSi. Psikolog bidang klinis, dosen sekaligus trainer di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta.]
Ah, artikel yang menarik. Mungkin, ini tidak menawarkan hal baru apapun buat saya. Berdasarkan pengalaman, saya hanya perlu takdir mempertemukan saya dengan separuh nafas yang baru, dan itu akan menjadi alasan yang lebih dari cukup untuk mengubah sudut pandang terhadap masa lalu tersebut, dan semua pihak yang saya persalahkan untuk kejadian itu. Meskipun begitu, saya pikir saya telah melewati akhir minggu dengan pikiran yang lebih tenang karena artikel tersebut. Betapa kebetulan bisa membacanya menjelang Lebaran tahun ini, walaupun saya sendiri tak merayakannya.
Hari ini, Minggu, 20092009, ditetapkan sebagai 1 Syawal 1430 H a.k.a. Idul Fitri. Cewek yang dulu mencintai saya mati-matian itu, pasti tadi sudah sungkem maaf-maafan dengan cintanya sekarang, dan seharian berada dalam suasana gembira selayaknya orang berlebaran. Yah, saya tak perduli. Saya memang belum memaafkan siapapun, karena belum ada alasan untuk itu, tetapi saya juga percaya bahwa saya mampu terus hidup dengan beban itu. Kesepian itu cuma menyakitkan, tidak mematikan. π
Yang paling penting, hari ini banyak teman-teman blogger saya yang berlebaran, saya cuma ingin mengucapkan Selamat Idul Fitri buat semuanya (terutama yang belum kuucapkan Selamat Lebaran secara pribadi via HP, Blog atau Fesbuk). Maaf saya tidak menulis nama teman-teman satu demi satu. Semoga apa yang sudah dilewati pada hari raya ini memberikan kebahagiaan buat kalian semua. π
hime: so
hime: be happy, okay?
hime: Onegaishimasu *bowing*
Ya, saya menikmati malam minggu kemarin dan lebaran hari pertama ini. Semoga besok pagi bisa lebih senang lagi. π
PS:
1] My special thanx for Hime. Talk with you is like a cup of hot chocolate.
2] Tiga kali mati lampu selama saya menulis artikel ini (3AM, 13.30AM dan 2.30PM), dan setiap kali nulis ulang, hasilnya makin “lembut”. Fufufu…
3] May God have mercy upon my ex-girlfriend’s boyfriend, because (for now,) I won’t.
hmm…
…say, I have an odd feeling that I know this ‘hime’ person. bener nggak ya? π
ah, btw. memaafkan, ya. kalau boleh saya bilang, itu adalah hal yang sangat susah, apalagi kalau nggak ada alasan khusus bagi kita untuk memaafkan seseorang. atau lebih parah lagi, kalau ada alasan khusus bagi kita untuk tidak memaafkan seseorang. been around that block one time or two.
tapi, yah, kadang-kadang nggak bisa diapa-apain juga sih. manusia kadang terlalu gampang saling menyakiti, entah sengaja atau tidak. mungkin pada akhirnya semua cuma ‘kesalahan-kesalahan’ saja, dan pada akhirnya nggak ada yang bisa diapa-apain. c’est la vie. π
~life can be complicated, huh
Dan yang paling sulit buat saya adalah memaafkan diri sendiri, betapa banyak hal-hal yang ingin tidak saya lakukan, ingin orang lain tahu apa yang saya rasakan yang ternyata saya terlalu pengecut untuk mengatakannya, memaafkan diri sendiri yang melakukan kebodohan semacam itu sulitnya ampun-ampunan. π
Ps. I enjoyed the hot chocolate as well. For me, it was probably more like a medicine. Bitter, yet healing some wounds. [/halahhhh]
Ehehe, bener, hime-nya nona di atas saya π
“And you’re asking me why pain is the only way to happines.. But I promise you you’ll see the sun again”
Cuma mau ngasih lirik lagu, entah nyambung ato ndak, entah sun-nya telat terbit ato ndak, π
Ini soal memaafkan secara umum atau khusus untuk yang masalah
cintahati?Kayaknya perlu dengerin lagu “kesepian ini abadi” atau “aku lupa aku luka” dari Koil..
@ yud1
Sure you know. She’s your apprentice.
Umm, buat saya sih, alasan memaafkan atau tidak memaafkan itu lebih kepada penyelesaian masalahnya sih. Percuma minta maaf atau memaafkan kalo masalahnya gak jadi beres sesudahnya. Sebaliknya, suatu usaha perbaikan hubungan tanpa banyak bicara dengan sendirinya potensial menghasilkan forgiveness. CMIIW
Tentu saja, karena seringkali kasus2 ini adalah titik tidak balik, maka pada akhirnya lebih realistis tuk mengharap penebusan itu nantinya datang dari orang lain, bukan dari si pelaku, & life goes on. c’est la vie~
Makasih sharing-nya, yud π
@ grace
Penyesalan, ya? Idem, grace. Ntahlah, rasanya semakin banyak kenangan manisnya, semakin menyakitkan perpisahannya, tetapi semakin banyak kenangan-tanpa-kejadian™, semakin besar juga penyesalannya. π
For our best friend slash enemy, bersulang…!
@ Takodok!
Please don’t mourn forever
She’s not coming back
[…]
Do you remember telling me you found the sweetest thing of all
You said one day this was worth dying for
So be thankful you knew her at all
But it’s no more
Ya.. ya… Matahari masih terbit esok, dan esoknya lagi~
Makasih banyak ya, desti, tuk SMSnya tadi. π
@ ManusiaSuper
Oh, yang di artikel sih secara umum, tapi kasus pribadi yang disinggung penulisnya, juga yang dibicarakan saya, memang masalah hati. π
@ Zephyr
Wah… π
Oke, makasih rekomendasinya..
Sejak dulu begitulah cinta, deritanya tiada pernah berakhir (quoted from Biksu Xuanzang kepada muridnya siluman babi Zhu Baji)
Dari pada mikirin cinta dan menderita, mendingan mikirin hal lain yg lbh berguna seperti mencari kitab suci di dunia barat
Time is on my side (quoted from The Rolling Stones)
Karena luka hati hanya bisa disembuhkan oleh waktu, buatlah waktu spy berpihak padamu.
Sympathy to the Devil (quoted from The Rolling Stones again)
You got my sympathy bro……. π
mendingan mikirin karir dan masa depan yah π
cia yooo ~
Ck…ck…ck…!
lagi pade merenung..!
*ikut merengut*
ntah mana yang bisa dibilang lebih menusiawi; mudah memaafkan atau susah memaafkan… mungkin, saya bisa jadi mudah memaafkan, dan terkadang susah memafkan… tergantung mood juga kali ya? toh, saya bukan orang sempurna… π¦
e tapi kadang saya kepikiran, adakah yang namanya The Art Of Losing? dimana kita bisa ikhlas meski kehilangan sesuatu/seseorang yang berharga bagi diri ini?…
*balik ke pojokan*
Well, memaafkan memang butuh proses dan kemauan.
Kalo memang masih mau menyeret beban yg katanya menyakitkan namun tak mematikan itu, what can I say?
Anw, thx for sharing the article π
Kanpaii~
*mabuk sake*
hmmm… maaf lahir bathin ya… maaf baru bisa blogwalking dan kunjungan balik π
Saya memulainya dengan berdamai dengan diri sendiri, mas :). Dengan begitu saya bisa menerima kenyataan dan mulai menata hati kembali. Prosesnya berat sih, pakai perang batin dulu :P. Tapi setelah itu rasanya plong banget. Tapi kalau ditanya apa saya sudah memaafkannya… entahlah. Yang jelas saya sudah maafin diri sendiri
@ Ando-kun
Wah, kitab sucinya sudah dibawa missionaris dari dunia barat kesini. π
Sebenarnya sih luka hati hanya bisa disembuhkan oleh cewek yang baru, nah, nyarinya ini yang butuh waktu! π
Hoo… Thankyou. ^^
@ pitshu
Siap, laksanakan!
@ WAN
Loh, kok jadi trend? ^^;
@ Kurotsuchi
Mudah memaafkan atau susah memaafkan tu rasanya tergantung tingkat kerugian deh. Dan mana2 saja manusiawi. π
Art of losing..? Oh, kalau kata Elizabeth Bishop sih: “The art of losing isn’t hard to master”.
@ Eka Situmorang-Sir
You’re welcome. My pleasure if you like it. π
@ Frea
Kanpaii~
*mabuk teh kotak*
@ Fadhilatul Muharram
Maaf lahir batin juga. Makasih dah nyempetin kesini. π
@ Sukma
Euh, saya blum bisa. Masih belum kesampaian menebus faktor2 kegagalan waktu dulu. π¦
Eniwei, makasih sharing-nya π
perlu waktu untuk memaafkan,
kalo setaon belum cukup, 2taon..
belum cukup juga..yah 5taon..
gak bisa juga.. yah 1dekade deh.
asal jangan sampai akhir hidup baru memaafkan,
terlalu ‘time-wasted’ kalo gitu.. π
benar tuh, harus memaafkan diri sendiri dulu.
dulu ama mantan dendam banget, sampai selalu ngimpi-in secara rutin..isi mimpi yang sama yaitu dia berantem ama istrinya. tapi setelah gw memaafkan semuanya (termasuk myself for being stupid), mimpi itu berhenti..
so..take your times
Sesobek kertas putih terlempar kasar
Dari jari jemari lentik nan indah
Bersama malam tiba
Di awali kesunyian malam
Disìni di ruang hampa ini
Tanpa puisi tanpa cinta
Terkulai lesuh bersama jiwakoe
*memory-01-07-2005*
bagi saya memaafkan itu hal sulit. Tapi, bukan berarti tidak bisa memaafkan sama sekali. Saya cukup mudah melupakan kesalahan orang lain dan kalo ketemu orang tsb ya biasa aja, tidak marah atau dendam. walapun tidak bisa dipungkiri sampai hari ini dan entah sampai kapan saya belum bisa memaafkan seseorang.
Tapi banyak juga orang yang memanfaatkan kata “maaf” itu untuk mengulangi kesalahan. ada beberapa orang yang beranggapan hanya dengan meminta maaf maka semua selesai, ini satu hal yang membuat saya sedikit sulit memaafkan kesalahan-kesalahan fatal.
^
hehehe π
jadi teringat omongan seseorang, “Kalo MAAF menyelesaikan masalah, buat apa ada polisi!”
@ Jensen
ga kusangka, begitu dalam jejak yang ia tinggalkan,
π₯ *terharu*
let the time heal all wound,
and life must go on..
betewe, emang itu si Gres, kecil2 tapi banyak pengalamannya, aku juga sering kok “ditabok” dg kata2nya..
*baca komen mas Andi*
itu… curhat ya? π
Selamat Idul Fitri 1430 H.
Minal aidin wal faizin
Mohon maaf lahir dan batin
Salam hangat dari Surabaya
–Lumiere–
yang berkata begitu klo tak salah tao ming tse dari meteor garden kan? (aslinya mungkin kata-kata dari tokoh di manganya?)
the art of forgiving
saya harus banyak belajar tentang memaafkan, terutama memaafkan diri sendiri…dan setelah itu mudah2an saya bisa mudah memaafkan orang lain. memaafkan jiwa.
terimakasih mas j, postingannya menginspirasi.. ^_^
@ hawe69
Saya tak dendam padanya, dia sudah berjuang bahkan melewati batas untuk menyelamatkan hubungan kami. Saya dendam pada tiap faktor yang membuat perpisahan itu terealisasi, dan pacarnya sekarang hanya urutan keempat. (artinya andai sekarang dia putus dengannya dan balik denganku, kami tetap akan berantakan lagi selama faktor 1-3 belum dieliminasi) π
Makasih, mbak..
@ WAN
Begitu ya~ Ternyata ada pengalaman pribadi. π
/tuang whisky
//bersulang!!
@ rukia^^
Bagi saya itu masalah seberapa besar perasaan dirugikan itu sudah terbayar.
Ya, karena kata “maaf” kadang hanya dipakai sebagai tanggapan atas suatu komplen atau pernyataan khilaf, dan bukan sebagai ungkapan penyesalan atau apologi. π
@ Lumiere
Wait..wait a sec.. time doesn’t heal, but healing needs time (& new GF) instead. π
Sebenernya bukan masalah banyak pengalaman sih, tapi, dia merasa (sedang) menjalani pengalaman yang serupa dengan mantan saya itu. π
@ Pakde Cholik
Saya tidak Idul Fitrian, Pakde, tapi terimakasih. Selamat Idul Fitri buat Pakde yaa~
& salam hangat dari Jayapura.
@ isma
Sama2, makasih kembali. Semoga mencerahkan. π
membaca postingan ini, saya jadi ingat tulisan yang pernah saya buat dulu .
saya memaafkan. tapi tidak melupakan….
^
Aaaah! Artikel itu! Saya pernah baca dulu (waktu masih ngenet di markas) tapi lupa gak save. Trus waktu mau nyari lagi dah lupa di blognya siapa.
BTT, ya kira2 seperti itulah. Kalau suatu saat saya sudah punya gantinya, paling2 saya baru “inget” lagi kalo mendadak ketemu. π
Makasih link-nya ya, mbak…
hmmm…. ngena banget. tapi syukurlah saya juga bisa memaafkan pada akhirnya… butuh proses emang.
Kemaren jalan2 muter2 gak tau juntrungannya di pesbuk malah ketemu account si anu yang udah bertahun-tahun gak pernah ketemu. Pas liat accountnya di pesbuk plus dgn gambar bawa bayi, jadinya antara mau ketawa dan bengong. Ketawa karena ternyata dunia ini dibikin sempit oleh pesbuk, bengong krn koq si anu makin jelek aja (udah berstatus emak2 kali yah).
Seperti kasus jensen jg untuk yg ini saya sulit memaafkan dan butuh waktu sekitar 3 tahun untuk menggencetnya dgn
cewekkesibukan baru. Sulit? yah mgkn krn dia yg memutuskan untuk pergi.*halah… koq jd curhat*
O iya, apakah tidak ingin bertemu (aka berhubungan) lagi (langsung maupun tak langsung)berarti belum bisa memaafkan secara penuh? Toh kupikir kalau bertemu lagi malah bisa bikin urusan makin panjang.
@ Ocha Rahamitu
Yup, butuh proses. π
@ Ando-kun
Sepertinya begitu. Minggu lalu saya juga nemukan satu cinta lama (yang lalu di-overwrite sama yang kemaren ini) di pesbuk. Anaknya dah dua sekarang (Waktu sama saya baru satu).
Kanpaiii~
Saya tak bisa berandai2 soal itu, tapi saya siap kalo terjadi. π