Indonesia 0-2 Bahrain; Boaz kok di kanan?

Seluruh rakyat yang nonton SCTV dan yang ke SUGBK pasti sudah lihat sendiri bahwa timnas Garuda kalah lagi. Pertandingan kedua di ntah babak keberapa PPD 2014. Kebobolan dua, dan lagi-lagi gagal mencetak gol. Apa yang salah? Ya gak tau, yang jelas level lawan kita emang beda. Beda dengan negara-negara yang kita hadapi di jaman Alfred Riedl. Iya kan, Kimi? πŸ˜‰
Tapi tiap pendukung timnas tentu punya catatannya sendiri soal pertandingan tadi, dan ini versi saya, pengamat amatiran yang cuma bisa main bola di Playstation.

1] Timnas bermain dengan formasi 4-2-3-1, atau setidaknya begitu menurut ulasan sebelum pertandingan. Jadi mestinya ada dua jangkar, dua sayap, gelandang serang atau second striker, dan centre forward.
2] Bukannya pake dua jangkar, tandem buat Ahmad Bustomi justru Firman Utina. Deep-lying playmaker? Yang jelas Firman kurang bagus malam ini. Ada saat-saat seharusnya dia bisa menggiring bola beberapa meter ke depan dulu untuk memberi kesempatan pemain depan mencari posisi, tapi berhenti tuk melihat lokasi teman lalu mengirim umpan lambung yang gak efektif saat memulai serangan.


3] Soal umpan lambung ini, main tadi sudah seperti kick & rush saja. Bola maunya ditendang jauh lalu penyerang lomba lari. Dari kiper melambung; dari bek melambung; dari dua gelandang tengah juga melambung. Ini apa tujuannya? Lomba lari jelas gagal. Kalo bola jatuh di kaki, jelas gak bisa langsung balik badan ke arah gawang lawan, harus wall-pass dulu ke teman. Tapi wall-pass ke siapa? Lini kedua jaraknya jauh, sementara sayap ke tengah juga selalu putus.
4] BP, di posisinya mestinya jadi pengatur serangan dan penyerang bayangan, selain menjembatani lini tengah dan depan. Apa daya, senggol dikit jatuh. Beberapa kali juga terlihat dia berdiri hampir sejajar dengan Gonzales kalo nunggu bola, padahal mestinya lebih rajin meliuk di tengah.
5] Jadi dari 3 orang di pusat lapangan, hanya Bustomi yang petarung. Terasa kurang “keras” tuk memenangkan perebutan bola di area terpenting.
6] Dua partai lawan Turkmenistan, Boaz jadi penyerang lubang, hasilnya bagus. Berikutnya lawan Palestina dan Yordania, BP main di posisi itu, juga tidak jelek. Tadi keduanya dimainkan bersamaan, malah posisinya rada tabrakan.
7] Boaz tadi dipasang di sayap kanan, yang jelas bukan posisi favoritnya karena dia bukan tipe inverted winger macam Arjen Robben. Mainnya jadi kurang efektif dan cenderung ke tengah (ke poin 6). Kerjasama dengan Benny juga tidak begitu bagus. Tampaknya pelatih Wim (yang mungkin tidak pernah melihat atau memimpin klubnya dahulu melawan Persipura) tidak terlalu paham cara bermain Boaz.
8] Dengan memasang dua inverted winger sekaligus di kedua sisi, Wim mempersempit area permainan. Tapi sayap terbalik memerlukan bek samping yang mampu menguasai tepi lapangan tuk menutup ruang, sesuatu yang sulit dicapai kalau pemain kita kalah lari dan body balance.
9] Pertahanan? Susah diharap tuk bagus kalo lini tengah selalu kalah rebutan bola. Hilang konsentrasi tuk gol pertama, dan gagal offside sementara garis pertahanan terlalu tinggi pada gol kedua. Lawan jadi punya ruang sangat lebar tuk nyelonong. Belum lagi ditambah kebiasaan Hamka meninggalkan posnya tuk ikut menyerang.
10] Bustomi tampaknya belum terlalu fit untuk pertandingan ini, sayang sekali. Pada akhirnya dia mendapatkan Hariono sebagai tandem, tapi ya sudah keburu tertinggal.
11] Dengan segala kekacauan organisasi dan alur permainan, tendangan ke gawang lawan sedikit sekali. Masuk ke kotak penalti lawan saja jarang.
12] Insiden kembang api dan pertandingan yang dihentikan? Sudahlah, males membicarakan kebiasaan buruk itu. 😐

Sedikit pemikiran tuk pertandingan berikut.
1] Apabila tetap bermain dengan formasi seperti tadi, ada baiknya BP kembali dicadangkan seperti melawan Turkmenistan. Boaz lebih efektif bermain di belakang Gonzales. Lagian karena kidal, dia cenderung bergerak ke kiri dan bisa bertukar tempat dengan Ridwan yang (karena berkaki kanan) cenderung menusuk ke tengah. Sayap kanan dikembalikan ke gelandang sayap berkaki kanan macam M. Ilham, Arif Suyono atau Irfan Bachdim. Sayang Ian Kabes, yang paling mengerti cara bermain Boaz, sudah cabut dari timnas karena tidak diturunkan ketika melawan Palestina.
2] Semoga kompetisi cepat berjalan dengan baik, agar pemain-pemain bisa bermain lagi secara teratur tuk memelihara fisik dan tehnik.
3] Umpan-umpan pendek! Ini penting sekali tuk diperbaiki supaya tidak kebiasaan tuk umpan panjang atau berusaha menggoreng bola melewati lawan. πŸ‘Ώ

Akhir kata, ini sepakbola modern. Membicarakan peringkat FIFA tidak membuat lawan jadi lebih kuat, sebaliknya mengandalkan semangat dan dukungan penonton juga tidak membuat kita lebih jago mencetak gol *melirik beberapa pengamat bola pra pertandingan*. Teman-teman punya komentar sendiri soal pertandingan melawan Bahrain? Silahkan berbagi… πŸ˜‰

19 Tanggapan to “Indonesia 0-2 Bahrain; Boaz kok di kanan?”


  1. 1 lambrtz September 7, 2011 pukul 2:58 am

    1) Selama Indonesia kebiasaan long ball, susah naik level kayanya

    2) Mustinya tadi saya ke Jalan Besar Stadium saja, nonton Singapore vs Irak. Penontonnya mustinya lebih damai. 😐

  2. 2 lambrtz September 7, 2011 pukul 3:01 am

    3) Apakah Riedl lebih baik daripada Wim? πŸ˜• Walaupun susah mbandinginnya (musuh2 yang dihadapi beda level), masalah penempatan pemain…? Mungkin musti berguru ke Toni Pogacnik πŸ˜† *eh*

  3. 3 Ando-kun September 7, 2011 pukul 3:28 am

    Saya nggak nonton, tapi baca pembahasan jensen jadinya rada ngerti sangat wajar Bahrain bisa menang di kandang lawan. Masalahnya satu, dgn begitu banyak acak2annya timnas, koq cm 2 gol yg bersarang? Apa karena Bahrain memang mainnya kurang bagus? Atau memang karena level Bahrain tak jauh beda dgn Indonesia, tapi Bahrain sedang beruntung krn timnas Indonesia lagi ancur2an?

  4. 4 nonadita September 7, 2011 pukul 9:18 am

    Pasti gara2 ditonton SBY dan Syahrini!
    #eh

  5. 5 Billy Koesoemadinata September 7, 2011 pukul 12:20 pm

    iya bener, boaz semalem koq di kanan.. heran aja jadinya..

  6. 6 Kimi September 7, 2011 pukul 1:15 pm

    Kebanyakan di TL-ku pada komentar pengen Riedl balik lagi ngelatih timnas. Tapi, pertanyaanku sama dengan Lambrtz sih, apakah dengan Riedl balik ngelatih timnas bisa menjamin timnas bakal menang terus dan lolos ke Piala Dunia? Entar kalo tetap kalahan gimana? Riedl-nya dicaci maki? Mau ganti siapa lagi pelatihnya?

  7. 7 Asop September 7, 2011 pukul 1:37 pm

    Iya ya… kemarin kok rasanya timnas kita lebih banyak memainkan umpan lambung ya? 😦

    Bang, Ferry Rotinsulu cedera ato kenapa sih? Kok gak dimainin? Saya pribadi lebih suka Ferry ketimbang Markus. Ehem, sebenarnya saya dan keluarga sih… pendukung Ferry.. πŸ™‚

    Dan lagi, bek timnas kemarin cupu banget… 😑
    Udah bukan jaman Hamka dan Robby lagi… πŸ‘Ώ

  8. 8 jensen99 September 7, 2011 pukul 4:14 pm

    Sebelum saya bales, ini ada rapor pemain timnas versi goal.com Indonesia http://www.goal.com/id-ID/match/64348/indonesia-vs-bahrain/player-ratings Boleh dibandingkan dengan artikel saya yang “terbit” duluan. Satu catatan kecil, yang masuk menggantikan Nasuha adalah Supardi, bukan Nasir. πŸ˜‰

    @ lambrtz

    1] Bahkan dalam gim pun long ball itu kemungkinan gagalnya besar kecuali striker-nya adalah Ibrahimovic, Toni, Drogba atau sejenisnya. Pemain2 kita sangat gugup kalo di-pressing lawan, jadi mungkin berpikir daripada kehilangan bola di daerah sendiri, mending buru2 dilambungkan ke depan. Toh kalo gagal masih bisa susun barisan tuk bertahan daripada kalo salah umpan di tengah atau belakang. πŸ‘Ώ

    2] Jangan. Biasakanlah nonton timnas kita main. Biar gaul. #eh

    3] Satu yang jelek dari Wim, dia cuci tangan atas dua kekalahan ini. Menyebutkan bahwa pemain2 timnas yang ada sekarang bukanlah pilihan dia, dan tidak cocok main di level tinggi. Katanya bahkan mau seleksi ulang. WTF? Demotivasi banget..

    @ Ando-kun

    Coba lihat lagi raport pemain Bahrain di link diatas. Kalo menurut saya, Bahrain cuma lemah dalam penyelesaian akhir saja dan sering terburu-buru menyerang. Sebagai negara yang sama-sama belum pernah juara piala Asia atau ikut World Cup, sebenarnya level Bahrain sama saja sih dengan kita.

    @ nonadita

    Coba Syahrini kaul bakal striptis kalo Indonesia menang, pasti sesuatu banget tuh buat motivasi pemain kita…

    @ Billy Koesoemadinata

    Itulah Bil. Mo eksperimen kok pas pertandingan penting gini.. 😦

    @ Kimi

    Sebenarnya itu adalah bentuk kekecewaan penonton pada PSSI dibawah pimpinan Djohar Arifin yang seenaknya memecat Riedl dan memilih pelatih yang buta dengan sepakbola Indonesia. Timnas belum tentu menang kalo diasuh Riedl, tapi fans mungkin akan lebih bisa menerima.

    @ Asop

    Ferry cedera waktu maen lawan Yordania, sop.
    Minus Ricardo Salampessy yang tadi malam gak dipasang, keknya gak ada bek lokal yang lebih bagus lagi daripada Hamka+Roby. Ambrizal angin2an, Wahyu belum punya jam terbang, sementara Maman Abdurrahman adalah titik lemah timnas waktu piala AFF. Mustinya ada Victor Igbonefo tuh, tapi proses naturalisasinya macet di SBY. πŸ‘Ώ

  9. 9 Reinhart September 8, 2011 pukul 7:18 am

    1. Long Pass is a FAIL. Indonesia harus kembali ke pola permainan short pass dan mengandalkan sayap lagi, seperti yang pernah diperagakan waktu Tiger Cup dimasa jayanya Boaz dulu karena memang sepertinya fisik pemain Indonesia bisa pakai strategi itu.

    2. Kecepatan Boaz di sisi kanan kurang bisa diimbangi pemain lain, jadinya sering terlihat Boaz seperti menyerang sendiri karena CF dan LMF masih agak tertinggal di belakang.

    3. Dimana Okto? Seharusnya dia bisa dipasang buat mengimbangi kecepatan Boaz di poin kedua.

    4. Gonzales terlihat terlalu gampang capek bahkan di babak pertama, sehingga sering kehilangan bola. Mungkin pengaruh usia juga, tapi bukannya kita punya Bachdim dan penyerang muda lainnya? Mereka malah dipasang di babak kedua, yang mana tidak terlalu membutuhkan banyak stamina.

    5. Persiapan untuk melawan Bahrain terlalu singkat, cuma 1 hari

    6. What the hell with Riedl? Seharusnya pelatih yang sudah membangun tim tetap diikutkan juga dalam kepelatihan, bukan asal main pecat dan ambil yang baru. Dia yang membangun tim, ngerti pemain yang dia ambil, dan tau strategi apa yang pas dengan pemain yang dia pilih. Selain itu dia juga punya disiplin yang bagus, IMO.

    7. Nama besar timnas Belanda dan Wim sama sekali ga ada artinya. So forget about Total Football being implemented in Indonesia. Mereka ya mereka, kita ya kita. Kita punya cara main sendiri.

    Overall, Wim’s strategy is a total fail. Don’t blame the player or supporter, but put the sword on the strategist instead.

  10. 10 Hedi September 8, 2011 pukul 3:29 pm

    di dunia kepelatihan/taktik sepakbola, ada teori yg mengatakan pasanglah pemain di sisi berlawanan dgn kaki utamanya. Jadi kalo dia kidal, maka dipasang di kanan. Arjen Robben contohnya.

    Tapi secara formasi memang kurang pas, sistem zona ga jalan. jarak antar pemain terlalu jauh. Mungkin semua karena stamina dan fisik pemain lagi di bawah standar alias kecapekan.

  11. 11 didta7 September 8, 2011 pukul 8:00 pm

    kecewa saya, benar2 kecewa,
    wing tidak melakukan tugasnya dg baik

    weh pecinta K-ON!

  12. 12 jensen99 September 9, 2011 pukul 12:14 am

    @ Reinhart

    1] Salahnya BP dan Firman tuh, gagal jadi jembatan antar lini. Kalo mau kembali ke jaman Tiger Cup artinya kembalikan Boaz jadi penyerang, bukan sayap.

    2] Itu juga aneh, karena Gonzales seharusnya yang paling depan.

    3] Okto ada di.. lupakan pelatih.

    4] Memang sudah tua kok. Mestinya memang dia gak banyak bergerak. Apa daya, jarang dapat suplai bola.

    5] Seharusnya gak jadi masalah karena Bahrain juga baru main lawan Qatar saat kita melawan Iran.

    6] Nah, itu sombongnya pengurus PSSI baru, menganggap Riedl bagian dari rezim NH.

    7] Memang nama besar saat bermain gak berarti bakal jadi pelatih hebat. Kendala menerapkan Total Football di Indonesia adalah kurangnya stamina, karena total football membutuhkan pemain2 yang selalu bergerak. Makanya konon waktu Hiddink nangani timnas Korsel, dia habiskan sebulan tuk genjot fisik saja, gak nyentuh bola.

    @ hedi

    Betul, mas. Memang sayap terbalik lagi trend sekarang ini. Tapi ini terlalu eksperimental karena di partai2 timnas sebelumnya Boaz tidak melakoni posisi itu. Kalo melihat permainan di klub, justru Okto yang lebih sering main jadi penyerang kanan di Sriwijaya (pola 4-3-3).

    Dan sistem zona memang gak jalan. Pemain tidak bisa keluar dari tekanan.

    @ didta7

    Bukan cuma wing. Semua pemain dan pelatih bahkan sampai penonton pun tidak melakukan tugasnya dengan baik.

  13. 13 alice in wonderland September 11, 2011 pukul 5:52 pm

    Kalau disueuh menganalisis wah saya gak pede, secara saya ini cuma penonton musiman aja… Kalau pas indonesia maen aja πŸ˜› tapi yg bikin gregetan itu ya pertahanannya rada kacau, si Hamka itu bener2 ilang kalau lag dibutuhin, pokoknya geregetan liat gol yang kedua…
    Soal petasan ama sby nonton, gak penting lah πŸ˜›

  14. 14 alice in wonderland September 11, 2011 pukul 5:52 pm

    Kalau disuruh menganalisis wah saya gak pede, secara saya ini cuma penonton musiman aja… Kalau pas indonesia maen aja πŸ˜› tapi yg bikin gregetan itu ya pertahanannya rada kacau, si Hamka itu bener2 ilang kalau lag dibutuhin, pokoknya geregetan liat gol yang kedua…
    Soal petasan ama sby nonton, gak penting lah πŸ˜›

  15. 15 om didien September 11, 2011 pukul 6:24 pm

    yang pasti, Indonesia belum siap untuk menjadi Juara dibidang Sepak Bola gan….
    Sementara bertahan aja dulu jadi Juara dibidang KORUPSI… hehe… πŸ˜€

  16. 16 ChrizManado September 12, 2011 pukul 10:49 pm

    @om didien: wah maaf pak dengan segala hormat saya kurang setuju dgn pendapat bapak (soal juara bola). Potensi pemain kita (keseluruhan Indonesia, bukan cuma wilayah jawa sumatera saja) sudah memadai untuk menjuarai level Asia Tenggara dan meskipun kans kita masih kurang di Piala Dunia, tetapi untuk sudah babak belur di fase grup PPD itu sangat bukan Indonesia masakini. Iran dan Bahrain tidak seharusnya membantai Indonesia, dan kalaupun kita kalah, pertandingannya tdk mungkin se-tragis yang barusan-barusan.
    Saya masih optimis dengan Timnas, asalkan publik tidak memilih-milih suku, PSSI tidak memanfaatkan prestasi mereka untuk kepentingan politik, dan Pelatih benar-benar paham situasi negara dan Persepakbolaan kita.
    -BHINEKA TUNGGAL IKA DI DADAKU, peace πŸ™‚

  17. 17 jensen99 September 13, 2011 pukul 1:21 am

    @ alice in wonderland

    Hamka itu, sebelum jadi bek, posisinya adalah striker. Jadi naluri menyerangnya memang lebih tinggi dari rata2 bek tengah. Gak heran dia sering ninggalin pos-nya tuk ikut naik membantu serangan. :mrgreen:

    @ om didien

    Kita bukan kalah karena tidak siap, tapi karena taktik dan strategi yang tidak tepat sehingga tidak berjalan seperti yang diharapkan. Soal juara korupsi, saya tidak sedang membahas itu sekarang.

    @ ChrizManado

    Makasih tanggapanmu yang penuh semangat. Semoga empat pertandingan berikutnya bisa lebih baik lagi ya, syukur2 menang terus. πŸ˜‰

  18. 18 seli_usel September 21, 2011 pukul 12:32 pm

    . selamat iya

    . ayo semangat jangan pernah menyerah .


  1. 1 Best 2011 Posts Roundup « JenSen Yermi's Weblog Lacak balik pada Desember 29, 2011 pukul 11:01 pm

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s




JenSen99 is

I got a heart full of pain, head full of stress, handfull of anger, held in my chest. And everything left’s a waste of time~
September 2011
M S S R K J S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
252627282930  

Top Posts

Arsip

Follow me on Twitter


%d blogger menyukai ini: