Selama bertahun-tahun sepakbola Indonesia lekat dengan formasi 3 bek, atau lebih tepatnya 3-5-2 yang diajarkan dari generasi ke generasi. Formasi yang bahkan ada di kurikulum pelajaran Penjas atau Orkes tentang sepakbola jaman saya sekolah dulu. Ketika sepakbola Indonesia mulai bergerak maju dengan mengadopsi pola 4 bek dan segala turunannya, sepakbola Papua, dengan Persipura sebagai lokomotifnya, masih belum bergerak dari formasi 3 bek. Keunggulan fisik dan tehnik membuat 3 gelar juara liga Indonesia dalam 7 musim terakhir singgah di bumi Papua, walaupun Persipura bermain dengan formasi yang ketinggalan jaman menghadapi saingan-saingannya. Salah satu kelemahan utama formasi 3-5-2 adalah rentan terhadap serangan dari sayap, yang diakibatkan oleh 1] adanya ruang kosong di sudut-sudut lapangan sendiri yang sulit di-cover, dan 2] situasi 2 v 1 yang dihadapi oleh wing-back menghadapi tim yang menggunakan dua pemain melebar di tiap sisinya (4-4-2; 4-3-3 dan 4-2-3-1).

Arsiran (1) menunjukan area yang tidak bisa dilindungi oleh 3 bek. Ilustrasi tim menggunakan Inter Milan
Kehancuran Persipura melawan Chonburi di babak grup di Bangkok membuktikan kelemahan formasi turun-temurun Persipura ini, ketika umpan-umpan silang dari sayap lawan mengalir deras. Menghadapi Arbil, tim asal Iraq yang diisi oleh pemain-pemain yang unggul postur, pelatih Jackson Tiago pun mengkuatirkan hal yang sama. Mengantisipasi terjadinya lagi kemungkinan itu, Coach Jackson membuat keputusan drastis ketika Persipura turun menghadapi Arbil Rabu sore itu: memainkan formasi 4 bek sejajar. Ya, sepanjang mata saya tidak salah melihat layar RCTI, saya meyakini Persipura bermain dengan pola 4-3-1-2. Suatu sejarah baru bagi Persipura.
Ini skema starting line-up Persipura
Boaz–Tibo
Zah Rahan
Ian–Manu P.–Stevi
Ortizan–Bio–Victor–Ricardo
Y. J. Hoon (GK)
Kedua bek asing Persipura menjadi tembok kembar di depan gawang. Ortizan kembali ke posisi lamanya saat bermain di PSM, Persija dan timnas; begitu juga Ricardo yang sempat bermain sebagai RSB di timnas dan RWB di Persipura 2-3 musim lalu. Immanuel Padwa yang baru bergabung dari Persiwa menjadi tukang angkut air, didampingi Ian Louis Kabes dan Stevi Bonsapia. Sementara segitiga di depan tidak berubah: Zah Rahan menyokong kedua deep-lying forward Persipura Boaz dan Titus Bonay. Hasilnya? Kalah 1-2, dengan kedua gol lawan ternyata tidak satupun yang dihasilkan dari umpan silang. Ini tentu sebuah kerugian besar bagi sebuah partai kandang. π¦
Babak Pertama:
Pola 4-3-1-2 dikenal sebagai pola yang menyempitkan lapangan karena gelandang menumpuk di tengah. Tapi dalam permainan Persipura, bola justru lebih banyak dimainkan di tepi lapangan. Ketimbang memulai serangan lewat Immanuel Padwa, Persipura (apabila tidak memainkan long ball dari kiper) memilih memulai serangan lewat salah satu dari kedua side-backs. Ricardo atau Ortizan akan menggiring bola menyusur garis lapangan, bekerjasama dengan Ian atau Stevi yang bergerak melebar, atau langsung mencoba umpan terobosan ke kedua penyerang. Sementara itu Manu Padwa menutup ruang yang ditinggalkan Ortizan atau Ricardo, sesuai sisi dimana bola berada. Masalah muncul dari kedua (seharusnya) CMF Persipura: Ian Kabes & Stevi Bonsapia. Keduanya terlihat gugup untuk mengolah bola di lapangan tengah dan buru-buru mengumpan ke depan, akibatnya penguasaan lini tengah gagal dicapai. Masalah berikutnya, bola yang sering dimainkan lewat pinggir lapangan membuat Boaz dan Tibo bergerak terlalu melebar tuk menjemput umpan, biasanya Boaz ke kiri dan Tibo ke kanan. Jadinya keduanya harus menyerang diagonal ke gawang lawan. Walaupun tetap menghasilkan beberapa tembakan, tapi separuhnya melenceng, sementara sisanya kandas di kaki bek lawan atau kiper. Sementara itu, serangan-serangan lewat sisi lapangan membuat Zah Rahan praktis terisolir di tengah, pun gagal muncul dari lini kedua, sehingga hampir tidak terlibat dalam permainan di babak pertama. Kurang solidnya gelandang-gelandang Persipura membuat Arbil lebih menguasai lapangan tengah, dan dalam satu serangan balik yang rapi mencetak gol lewat sisi kanan Persipura yang ditinggalkan Ricardo. Manu Padwa terlihat berusaha menutupi celah itu namun kalah lari.
Babak Kedua:
Di babak kedua permainan Persipura jadi jauh membaik, ditambah masuknya pemain-pemain baru tuk memperjelas skema Persipura. Yang paling krusial adalah masuknya Lukas Mandowen sebagai penyerang tambahan. Hal ini membuat formasi Persipura berubah menjadi 4-2-3-1 yang jauh terlihat lebih solid karena keberadaan Boaz sebagai ujung tombak, sehingga ada yang menjadi target man bagi Tibo dan Lukman yang melebar ke sayap. Kerjasama antar pemain dan antar lini jadi lebih lancar sehingga permainan membaik.
Ini formasi di babak kedua setelah dua pergantian:
Boaz
Tibo–Zah Rahan–Lukas
Stevi–Ian
Ortizan–Bio–Victor–Tinus
Y.J. Hoon (GK)
Sayangnya, pemain yang dikorbankan Jackson untuk mengakomodasi striker baru justru sang jangkar Immanuel Padwa. Akibatnya ketika kedua bek tengah Persipura maju untuk membantu tendangan sudut dan terjadi serangan balik, tidak ada pemain tengah yang bisa menghadang lawan. Terlihat Stevi sebagai pemain terakhir yang paling dekat dengan serangan lawan hanya melongo dilewati bola dan pemain lawan untuk menghasilkan gol kedua Arbil (yang sangat cantik). Tetapi walaupun terlambat, setidaknya peningkatan permainan di babak kedua menghasilkan satu gol bagi Persipura yang sangat menolong dalam mengejar misi menang 2-0 di kandang lawan dua minggu mendatang.
Highlight pertandingan
Kesimpulan:
Suatu pertandingan yang menjadi pelajaran berharga bagi Persipura dalam mencari formasi 4 bek yang paling sesuai dengan pemain-pemain yang mereka miliki. Dengan kembali bermainnya Gerald Pangkali pada permainan berikut, ada baiknya Persipura mempertahankan pola 4-2-3-1 dengan Gerald dan Manu Padwa menjadi jangkar kembar, melindungi Tibo, Zah Rahan dan Ian di depannya, dengan Boaz sebagai penyerang tunggal. Atau bisa juga 4-4-2, dengan Zah Rahan kembali bermain sebagai sayap kiri seperti masa jayanya di Sriwijaya, yang jelas harus ada pemain sayap di depan. Sayang sekali Rahmat Rivai (dan Hamka Hamzah) tidak pernah lagi kembali ke tim sesudah musim lalu berakhir (padahal masih terikat kontrak), sehingga mengurangi pilihan penyerang. π
Satu lagi yang tak kalah penting adalah ujicoba. Libur kompetisi yang begitu lama membuat Persipura jadi “dingin”, apalagi ditambah bermain dengan skema baru. 1-2 ujicoba dengan tim yang sepadan saya kira pantas dilakukan, kalau perlu dengan timnas U-23 seperti yang dilakuka Persibantul dan Persebaya. Mari kita berharap yang terbaik di leg kedua nanti. π
Notes: Ilustrasi gambar diatas diambil dari sini.
Wah kemarin bener-bener ngga bisa nonton karena masih jam kerja di sini, untung kamu tayangkan di sini meski hanya highlightnya.
Itu kipernya Persipura dari Korea?
^
Iya mas, Yoo Jae Hoon. Dulu kipernya Daejeon Citizen. π
Wooow… jadi nambah nih ilmu strategi bola saya setelah baca ini. π
Mas, bukankah di formasi 3-5-2, bagian pertahanan bisa dibantu oleh pemain tengah sayap? Hmmm apa ya posisinya, sebut saya LM (left midfielder) dan RM (right midfielder) seperti dalam game PES π . Bukankah sudah tugas LM dan RM untuk maju dan mundur? Memang amat melelahkan.. π¦
Yak,, aku juga merasa aneh dengan formasi 3 bek,, kalau pemain lawan menumpuk di tengah pasti jadi gak susah dong buat menjebol pertahanannya.. Ya mudah2an persipura tetep mempertahankan formasi yang baru ini deh, cuma perlu penyesuaian lagi π
gw kayakk lagi nonton bola bos. hehee
btw banega main di inter yah sekaranG? gw kayaknya ketinggalan berita ni. :p
hii salam kenal iya dari vira .. π
jangan lupa mapir keweb vira iya di http://www.rumahkiat.com/ vira mau berbagi pengalaman nih.:)
wah bagus juga iya blog ka2 … ^_^ good luck iya…..
. terimakasih sudah mau berbagi pangalaman nya
. salam kenal
Salam kenal.
Ga terlalu ngerti bola sih, biasanya cuman ikut teriak2 kalo pas lagi gol π
@ Asop
“Pemain tengah sayap” dalam formasi 3-5-2 itu disebut wing back alias bek sayap. Memang sudah tugas pemain tersebut tuk naik-turun sepanjang sisi lapangan termasuk membantu pertahanan, tapi dalam sepakbola efektivitas tiap pemain di posisinya sangat tergantung dari keberadaan pemain lawan di area bermainnya. Pada kasus 4-4-2 melawan 3-5-2, area bermain seorang wing back (kiri) adalah daerah yang diarsir pada diagram dibawah ini:

Terlihat jelas bahwa melawan pola 4-4-2 yang menggunakan dua pemain melebar, seorang wing back harus menghadapi dua pemain sekaligus di area bermainnya. Ini artinya sekalipun dia turun ke belakang dan membantu pertahanan melawan side midfielder lawan, masih ada full back (atau side back kalo dalam gim) lawan yang akan merangsek maju menyerang di area yang sama. Gitu.. π
@ niee
Iya, memang masih perlu banyak latihan dan ujicoba. Sedikit lagi kompetisi mulai dengan Persipura memainkan pertandingan pembukaan. Nanti kita lihat sama2. π
@ nuel
Menjelaskan analisa pertandingan sepakbola emang musti gitu bos. Sayang aja saya gak bisa buat/nampilkan diagram. π
Enggak, Ever Banega masih di Valencia. Itu kan diagram pinjaman (karena saya gak mampu buat sendiri) dari analisa taktik Inter dibawah pelatih Gasperini, pemain2 yang mungkin akan direkrut beliau saat itu tuk melengkapi formasi 3-4-3 dia. Saat itu Banega diperkirakan akan direkrut Inter.
@ vira | seli_usel | Irfan Handi
Salam kenal juga.
@ Dian
Itu juga penting, biar rame. Saya termasuk yang pendiam kalo nonton bola. π