tl;dr, cerita tentang PC yang rusak, hingga baik kembali. ๐
Sudah dua tahun berlalu sejak terakhir kali PLN sukses merusakkan komputer desktop saya. Sejak saat itu berbagai usaha sabotase lewat padamnya listrik berhasil dilewati hingga akhirnya hari sial itu datang lagi. Jumat, 25 Oktober, sekitar 4pm. Sepulang dari menemani Athoe di bengkel motor, saya tidur sambil membiarkan PC menyala karena sedang merubah konser tur kedua SNSD di Jepang dari .flv ke .3gp supaya bisa diputar di HP kayu. PC padam ketika saya terbangun jam 6pm. Berarti listrik padam saat saya tidur. Segera saya menjulurkan tangan ke tombol start lagi. Belum juga ada gambar apapun di layar monitor ketika PC mulai hidup lagi, PLN yang mungkin memata-matai aliran listrik di rumah kami segera beraksi memutus arus. Blackout. Tidak lama, hanya 30 menitan sudah nyala lagi. Tapi PC tetap sunyi ketika dihidupkan lagi. Tewas. ๐ฟ
Mengingat pengalaman terdahulu, saya 9/10 yakin kalo ini masalah PSU lagi. Kebetulan saat itu teman saya Jack -seorang teknisi PC amatiran yang sudah beberapa kali menangani masalah di PC saya- sedang berada di Jayapura. Tapi dia juga lagi banyak urusan. Jadilah saya yang depresi sendiri gak ada hiburan. Cuma fesbukan dan twitteran di HP kayu yang untungnya sekarang sinyal 2G lancar dari rumah. 6 hari kemudian (31/Okt) barulahย Jack kelar dengan urusannya tuk datang memasang PSU baru (ntah comot dari mana) ke CPU saya. Nyala. Setengah detik saja. Terdengar bunyi letupan, dan PC kembali sunyi. Fuck. Senin 4 Nov, Jack datang lagi dengan PSU baru lagi, ini juga ntah comot dari mana. Setelah utak-atik 2 jam, dia berkesimpulan, motherboard ASUS P4VP-MX saya rusak. Matek. Congratulation, PLN… ๐ฟ
Bagi yang tahu hardware tentunya mengerti kalo motherboard socket 478 seperti itu tak ada lagi di pasaran. Mo dipasang dimana prosesor Intel Pentium4 2,26 GHz saya beserta segala perangkatnya? Tapi Tuhan itu baik. Selasa (5/11) esoknya Athoe memberikan saya motherboard bekas lungsuran kantornya yang sudah lama teronggok di gudang rumah dia. Sebuah ASUS P4B533-X beserta prosesor (Intel Pentium4 2,4GHz) dan casingnya yang juga lebih bagus dari punya saya. Tak ada komponen apa-apa lagi di situ. Bahkan PSU-nya sudah saya kanibal tuk PC saya 2 tahun silam dan kemaren rusak itu. Saya bawa pulang dengan senang, dan 2 hari kemudian (7/11) Jack sudah merakit PC “baru” dengan segala komponen yang tersedia. Melengkapi euforia, saya pun membeli sekeping RAM DDR 1GB tuk melengkapi kapasitas RAM jadi 2GB setelah sebelumnya hanya 1,5GB (1GB + 512MB). ๐
Sempat muncul masalah gimana cara menyelamatkan data dari drive C harddisk saya sebelum instal ulang. Alex dan Amed pun sampai kusms karena saya dan Jack tidak menemukan tombol tuk booting Windows Live CD dari DVD-ROM sesudah start up. Untung bisa teratasi. Setelah pemungutan suara via Fesbuk dan konsultasi di Twitter. Saya dan Jack memutuskan tuk upgrade OS dari Win XP SP2 yangย sudah 9 tahun kugunakan di PC lama, ke Win 7. Win 7 pun terinstal rapi, begitu juga MS Office 2010. Hari sudah larut, kami bubar tidur. ๐
Jumat (8/11) malam, saya menghabiskan waktu 3 jam di warnetnya mas Agun tuk mencari sound driver bagi motherboard lawas itu yang kompatibel dengan Win 7, sementara Jack dirumah saya menginstal berbagai software kedalam PC. Hasilnya nihil, tak ada driver yang kompatibel tuk Win 7. Sabtu (9/11) esoknya Jack akal-akalnya menginstal driver itu dengan settingan kompatibilitas Win XP. Bisa terpasang dan keluar bunyi, tapi tidak demikian dengan driver kartu VGA. NVidia GeForce2 MX400 saya yang drivernya hanya versi XP tidak mau kompromi dengan Win 7. Selalu layar biru tiap kali dicoba memutar video. Gawat ini. Warnet langganan tutup malam minggu, harus nunggu senin tuk nyoba nyari driver yang pas dengan Win 7. Belum tentu dapat dan cocok. Malam itu juga saya putuskan downgrade ke Win XP lagi yang sudah terbukti stabil di hardware lawas. Jack nurut saja dan segera instal ulang. Tak lupa MS Office 2003 sebagai pelengkap. ๐
Hari-hari berikutnya saya sudah sibuk menginstal kembali berbagai program yang saya butuhkan, dan kembali memfungsikan PC sebagai sarana multimedia. Tidak butuh waktu lama tuk memahami bahwa ada yang salah dengan PC baru ini: performanya jeblok! Kemampuan multitasking hilang karena sangat boros memori, dan tidak mampu lagi memainkan banyak file video dengan lancar. Tersendat-sendat. Parah ini, apa guna PC hidup lagi kalo gak bisa putar film HD? Padahal prosesor dan RAM PC sekarang lebih tinggi dari PC lama. Secara teori performa mestinya minimal sama bagusnya, bukan kek gini. Konsultasi kanan-kiri tak ada jawaban memuaskan. Begitu juga curhat di Fesbuk. Sementara itu Jack tak mampu menemukan apa yang salah dan sudah harus pulang ke Ambon, membawa pulang prosesor Pentium4 2,26Mhz saya yang nganggur. Tinggallah saya pusing sendiri. ๐
Saya kembali frustrasi lagi berhari-hari. Mau bersyukur bahwa “seenggaknya ada PC daripada gak ada”, tapi tetap penasaran. Film-film berdimensi kecil masih bisa lancar dimainkan, tapi saya tak puas. Minggu, (24/11). Melihat saya senewen mulu dan mengira-ngira masalahnya mungkin di grafis, Athoe menghibahkan kartu VGA ATI Radeon 9600XT nganggur. 128MB, dua kali lipat kartu VGA yang saya pake sekarang (64MB). Pikiran kami, mungkin bisa mengatasi masalah “gak bisa nonton film kek dulu” ini. Senin (25/11), kartu VGA saya pasang sendiri. Tapi PC gak mau hidup. Ternyata PSU tak kuat ngangkat komponen baru ini. Balik lagi ke kartu VGA lama. Mikir seharian, Selasa (25/11) kucoba lagi, kali ini DVD-ROM saya cabut kabelnya. Sukses, PC nyala. Tapi tak ada gambar apa-apa di layar. Hitam saja begitu. ๐
Putus asa, Rabu (26/11) CPU kunaikkan motor dan kubawa ke mas Agun di warnet langganan. Minta tolong dipasangkan kartu VGA. Sama persis seperti yang terjadi di rumah saya, monitor di warnet pun gelap total. Saya membisu, pasrah. Kartu grafis lama akhirnya dipasang kembali, memberi kesempatan mas Agun menelusuri BIOS. Disinilah misteri terkuak. Suhu prosesor menunjukkan angka 89ยฐ C! Panas sekali. CPU dicek ulang dan terjawablah segala teka-teki. Salah satu dari empat penahan kaitan kipas prosesor (fan & heatsink) ternyata patah. Akibatnya kipas pun miring, menciptakan celah ke prosesor dan menaikkan suhu secara drastis. Tak heran performa jadi turun drastis. Syukur-syukur belum terbakar. Parahnya, bagian yang patah ini tidak dijual terpisah di toko. Syukurlah motherboard lama masih ada di rumah. Saya segera pulang mengambilnya tuk dikanibal pegangan kipasnya ke motherboard yang baru. Cklek. ๐
Dicoba nyalakan kembali, suhu prosesor sudah turun ke 49ยฐ C. PC menunjukan peningkatan performa besar-besaran, dan film-film bisa dimainkan lagi dengan lancar. Terakhir, kartu VGA yang baru dicoba kembali dan kali ini ada gambar di layar monitor. Segera saja driver VGA diinstal dan saya pulang dengan sukacita, membawa PC yang sehat walafiat. Tak masalah walaupun DVD-ROM tak bisa dipakai lagi karena kabel dayanya harus dilepas supaya daya cukup tuk nyuplai VGA. ๐
Dari sejak hari PC rusak itu sampai kelar semua masalah kemarin telah terbuang waktu sebulan penuh. Sungguh sia-sia, tapi semua berakhir baik. Lebih dari sekedar cerita, postingan ini juga ucapan terimakasih tuk semua teman yang sudah ikut repot. Jack yang sudah bongkar pasang hardware semampunya, juga instal ulang OS. Makasih tuk sumbangan PSU darimu. Lalu Pemerintah daerah provinsi Papua via kawan saya Athoe tuk komputer “baru” ini. Hitung-hitung cuma harddisk primer, kabel-kabel CPU, batere CMOS, kedua keping RAM, monitor dan tetikus yang memang milik saya. Motherboard, prosesor, Harddisk sekunder, kartu grafis, sampai casing (plus PSU sebelum ini dan papan ketik) semua sumbangan negara. Makasih. Makasih juga tuk mas Agun yang sudah memecahkan masalah terakhir; dan tak lupa semua teman onlen yang tidak saya sebut satu persatu, yang sebulan terakhir menanggapi segala uring-uringan saya di social media atau sms soal PC rusak ini. God bless you all. ๐
PC saya di rumah malah udah gak dipake lagi bang, hahaha…
Kalo motherboardnya jebol (lagi), kemungkinan juga bakal susah nyarinya.
Dulu aja udah langka nyarinya, apalagi sekarang ๐
Dulu sebab rusaknya juga karena sering padamnya listrik.
PLN emang suka cari masalah, apalagi akhir2 ini.
Semoga aja barang elektronik di rumah saya aman2 aja #nasibluarjawa
^
Syukurnya kamu masih ada laptop (atau netbook?) sih. Dan itu lumayan kebal dari blackout karena pake batere. ๐
Saya cuma punya PC ini nih. Makanya tiap kali rusak stressnya minta ampun. Damn PLN…
Ternyata PLN di mana-mana kelakuannya nyaris sama ya. Tahun lalu tinggal di Bengkulu juga sering ngalami mati listrik, sekarang di Depok masih ngalamin walau jarang. ๐
^
Begitulah masbro. Terutama daerah-daerah diluar Jawa, jangankan sering padam, yang belum dapet listrik pun banyak. ๐ฆ