Setelah lima tahun lalu mencontreng, pemilu legislatif tahun ini kembali ke sistem mencoblos. Sebagai warga negara yang kebagian undangan tuk memilih, saya pun memanfaatkan hak suara saya di TPS yang hanya sepelemparan batu dari rumah. Memilih anggota legislatif selalu sulit dengan banyak variabel, tapi tetap harus memilih kan? Maka dengan sejumlah pertimbangan inilah calon-calon yang mendapatkan suara saya di pemilu legislatif 2014 ini:
Tuk DPR-RI:
Laksdya (purn) Freddy Numberi. Partai Gerindra nomor urut 1.
Mantan gubernur Papua ini bukan nama yang asing di level nasional karena beberapa kali menjadi menteri. Menariknya, lima tahun silam saya juga memilih orang ini di level yang sama tetapi dari partai Demokrat. Pilihan yang sia-sia karena sesudah terpilih tuk ke Senayan, beliau dipanggil SBY untuk menjadi menteri perhubungan. Jabatan itu hilang saat reshuffle kabinet terakhir dan sepertinya beliau tersingkir pula dari Demokrat sehingga jadi petualang politik ke Gerindra. Rekam jejak 5 tahun terakhir mungkin tak mengesankan, tapi saya punya alasan tersendiri.
1. Ditengah gencarnya dukungan buat Jokowi lewat PDIP, saya ingin Prabowo bisa jadi kandidat penyeimbang tuk capres, karena itu saya menyumbang suara untuk Gerindra
2. Caleg-caleg DPR-RI tuk Papua dari partai-partai nasionalis lainnya tidak ada yang menarik. Jadi anggaplah ini pilihan teraman dari yang terburuk.
Tuk DPR Papua:
Kamasan Jacob “Jack” Komboy. Partai Hanura nomor urut 1.
Mantan bek Persipura ini orang yang sama yang saya pilih lima tahun silam dari partai yang sama. Seperti diatas, saya juga tidak menemukan caleg lain yang lebih mengesankan. Disisi lain, saya merasa perlu supaya ada mantan atlet di dewan, akan terasa cocok di komisi yang membidangi olahraga. Lagian selama 5 tahun Jack berkantor di DPRP, Persipura juara liga super 3 kali. Anggaplah ini penghargaan saya secara tidak langsung. π
Tuk DPRD Kotamadya Jayapura:
Jimmy Jones Asmuruf. Partai Gerindra nomor urut 5.
Seorang pengusaha swasta, teman baik saya satu SMP dan Universitas. Salah satu misi dia adalah menjadi “pelindung” bagi warga sesukunya di kota ini yang kehilangan figur panutan setelah ayahnya -mantan Sekda Papua- meninggal dunia. Tahun ini ada empat teman sekolah saya yang jadi caleg dari dapil saya. Dua diantaranya bahkan nomor urut 1. Kurasa wajar kalau saya memilih yang paling saya kenal dekat. π
Tuk DPD RI:
La Madi SE.
Memilih DPD adalah pekerjaan tersulit karena semua calon-calonnya relatif asing (walaupun ada teman sekolah juga disitu). Mereka tak banyak mempromosikan diri, dan bahkan masih orang yang tak paham apa yang mereka kerjakan. Orang yang saya pilih adalah direktur Lakeda (Lembaga Analisa Kebijakan Daerah) Institute. Suatu lembaga ilmiah yang mengamati masalah-masalah Papua. Dia juga sudah banyak menulis buku tentang Papua. Seperti kawan saya diatas, saya tak terlalu yakin suara saya akan membuat dia terpilih, tapi tak apa, tak banyak pengaruhnya. Kalo kata Almascatie, DPD itu seperti vas bunga saja dalam sistem pemerintahan kita.
Begitulah cerita pileg hari rabu 9 april kemarin. Semoga hasilnya sesuai prediksi masing-masing. Ada yang tidak keberatan berbagi cerita serupa? π
DPD memang macam vas bunga dalam sistem legislasi kita. Sistem yang tak jelas bikameralnya. Cuma pelengkap penderita belaka. Dibilang “senator” juga berlebihan. Hehe.
Aku juga milih yang kenal–minimal tahu–saja, Mas. Pengecualian untuk DPD. Caleg2nya tak ada yang kutahu. Jadi, kupilih saja yang wanita, titelnya insinyur, dan tampangnya sepertinya baik2 dan kalem. Ya ya ya, tampang memang menipu dan bukan jaminan. π
Wah, komprehensif juga alasanmu memilih pilihanmu π Good luck, semoga org2 yg kau pilih itu terpilih & menjalankan tugas dg baik.
Mantap. Logis dan bisa diterima π
Semoga bisa memberikan perubahan (positif) dan kemajuan untuk Papua.
Pengen ke Papua! #OOT π
kalo aku si no mas jensen #troll
@ AlexΒ©
Gosipnya sih UU untuk menyenatorkan DPD mentok di DPR lex. Partai2 gak mau punya saingan. π
@ Kimiww
Gpp, yang penting sudah milih. Teman saya ada yang nyoblos semua foto di kertas suara DPD saking bingungnya. π
@ Swastika Nohara
KIta lihat saja nanti mbak. π
@ @mamski_
Saya berkontribusi juga membawa Gerindra naik ke 3 besar.
Pengen ke Jakarta! #OOT π
@ Berita Pilihan
ekenapa?
waah, give an applause dulu deh *plok plok*
gue tetep milih, tp ga seantusias itu karena udah hilang kepercayaan sama calon dewan kayak gini π
Kalau mau memilih, sebaiknya memang begini. Cari tahu dulu siapa yg mau kita pilih. Kalau sembarangan, takutnya nanti yg kepilih malah orang-orang yg nggak bener π
Saya baru tau pas mau berangkat ke TPS kalau sistemnya itu “coblos” bukan contreng π
wah keren, sampai dibahas siapa-siapa caleg nya :))
*ga merhatiin pemilu, maklum orang rantau ._.
@ presyl
Haha, makasiiih… π
Saya juga gak antusias pada anggota dewan kok. Tapi bekerja dengan baik atau tidak itu urusan mereka, urusan saya adalah memilih dengan baik karena itu hak saya. Lagian gak sulit dan gratis kok. Iya gak? π
@ Ditter
Mengutip kegalauan kawan saya Rianto menjelang pileg kemarin:
Ribet kan?
@ Zeph
Yang penting tidak mengurangi semangat untuk berpartisipasi. π
@ lindaleenk
Iya nih, sudah 2014 dan pemilu masih masih tidak ramah sama orang-orang yang sedang merantau. Kasihan Linda dan teman2 yang gak kerja di daerah asal KTP ya.. π¦
Akupun mencoblos.. walaupun tidak cukup waktu untuk mencari tau profil calon2 dari dapilku. Jadi baru browsing profil mereka pas udah berada di TPS dan menunggu panggilan dari Panitia.
– DPR ada pilihan calon yg jelas
– DPD nggak kenal semua –> dibikin gak sah
– DPRD Provinsi –> milih yg backgroundnya aktif di WALHI
– DPRD Kabupaten –> nggak milih alias dibikin gak sah
Pertimbanganku:
– Pendidikannya apa/level apa
– Pekerjaannya apa
– Aktifnya di mana
– Kl soal partai, manapun gak ada yg aku sreg. Jadi aku memberikan kepercayaan kepada individunya. Begitupun untuk memilih presiden nanti.
^
Di masa kampanye para caleg memasang baliho yang besar2, tapi selain diisi foto yang kadang2 posenya aneh, nama partai, dapil dan nomor urut, cuma diisi dengan slogan2 dan tagline yang jual kecap. Sedikit sekali yang mau nulis prestasi selama ini apa, kerja apa dan aktif dimana, akhirnya calon pemilih juga kesulitan mendapatkan profil mereka.
Kalo soal partai, saya pokoknya harus partai nasionalis. π
yang penting jangan golput π
terimakasih postingannya