Sejauh ini usaha untuk lebih banyak membaca di 2019 tampaknya berjalan cukup baik karena terlihat dari lebih sedikitnya film yang saya tonton sampai akhir April, meskipun ini juga lebih banyak selusin dari perkiraan. Semoga kedua target berjalan konsisten.
1. Ralph Breaks the Internet
Pilihan yang tepat tuk membuka 2019. Plotnya bagus, dramanya menghangatkan hati, visualisasinya -terutama bagaimana internet bekerja- jenius, karakter-karakternya menyenangkan -para putri Disney! Lalu Shank, tentu saja-, dan humornya kocak. Balapan di slaughter race keren total. Jangan lupa cek ulang cameos abis nonton.
2. The Equalizer 2
Sekuel yang lama ditunggu. Beda dengan informasi dulu, Mack ternyata ex USMC/DIA. Ceritanya bagus, walo butuh waktu tuk plot utamanya berkembang dan terpisah dari subplot lain. Klimaksnya seru pake badai, dan ending penyintas holocaustnya bikin haru. Ada banyak pesan penting dalam film ini.
3. They Shall Not Grow Old
Karya restorasi yang luar biasa, dokumenter perang yang juga luar biasa. Melihat kembali brutalnya PD 1 di front barat, mendengar tuturan puluhan veteran Inggris, dan belajar lagi banyak hal menarik (atau memilukan) dari perang parit, dan bahkan kehidupan sesudah perang. Salut, Peter Jackson!
4. Venom
Berbeda dari opini pedas kritikus film, Venom ternyata kisah antihero yang asyik. Nunggu lama tuk lihat Brock dan Venom menemukan simbiosisnya, tapi terbayar lunas melihat aksi mereka menyelamatkan dunia. Masing-masing juga menjadi karakter yang mendapat simpati. Dua pecundang bersatu tak bisa dikalahkan.
5. Detective Conan the Movie 7: Crossroads in the Ancient Capital
Sekali lagi Kyoto menunjukkan daya tarik kunonya, kali ini bertema Minamoto Yoshitsune dan Benkei. Tentu saja ada Geisha cantik juga. Lagu anak-anak yang dinyanyikan Kazuha magis sekali rasanya. Selalu suka plot yang ada Shinichi dan Heiji kerja sama.
6. Detective Conan the Movie 8: Magician of the Silver Sky
Cerita detektifnya dikit, sisanya petualangan menegangkan mendarat daruratkan pesawat. Kedua pilot menurutku bakal dihukum berat. Kecelakaan besar terjadi karena mengijinkan penumpang masuk cockpit. Tanpa pilot lalu lintas ke cockpit malah makin buruk. B 747-400 probably written off. Suka pertunjukan drama Josephine, terutama saat Napoleon dimahkotai Paus. Sayang gak ditunjukkan utuh.
7. Milly & Mamet
Ngebioskop di XXI Mal Jayapura. Salut tuk Ernest Prakasa, bikin film yang sangat menghibur bahkan sampai credit title usai. Kocak banget. Senang lihat Cinta dan kawan-kawan lagi. Julie Estelle masih mempesona abis, idola dari jaman kapan dulu.
8. Detective Conan the Movie 9: Strategy Above the Depths
Heran 2 penumpang bisa lolos masuk kapal masing-masing bawa high explosives, dipasang pula. Menarik lihat flashback masa kecil Ran dan Shinichi. Subplot gelang kerang mestinya gak perlu. Ran ceroboh dan konyol balik ke kapal mau karam cuma buat perhiasan receh begitu. Kogoro tumben cerdas, walo mungkin efek penjahatnya mirip Eri.
9. Mowgli: Legend of the Jungle
“The Jungle Book” 2016 masih yang terbaik mengadaptasi kartun klasik Disney, tapi Mowgli lebih setia ke tulisan Rudyard Kipling, termasuk bagian interaksi Mowgli di desa manusia. Menarik ceritanya jadi lebih gelap, lebih brutal, hilang nostalgia klasik masa kecil tentang kisah ini. Ada fokus kuat soal hukum rimba. Klimaksnya epik, dalam sekali aksi Mowgli menyelamatkan hutan dan desa bersamaan.
10. War and Peace (2016)
Akhirnya ngerti juga apa yang diceritakan Leo Tolstoy dalam mahakarya dia. Bahkan dalam visualisasi kompresan plot pun masih bercerita banyak sekali tentang Rusia era invasi Napoleon. Memperhatikan banyak hal dari kehidupan kaum aristokratik Rusia. Suka karakter Sonya, sedih dia menjomblo abadi. Masih menyesali mengapa Napoleon berperang menuju Moskow. Andai saja dia menuju Konstantinopel bareng Tsar.. 🙄
11. Isle of Dogs
Ceritanya bagus; animasi stop-motionnya keren; jejepangannya menarik, walo agak overload; penceritaannya unik, gimana penonton diajak mengerti dialog jepang tanpa teks. Kagum pada detail adegan-adegan seperti cara penyajian sushi dan operasi transplantasi ginjal.
12. The Spy Who Dumped Me
Plotnya biasa saja, komedinya juga sesuai yang diharapkan, tapi tuk film eksyen komedi eksyennya brutal penuh kekerasan. Ini melebihi harapan. Suka interaksi Audrey dan Morgan. Suka juga setting eurotrip ke kota-kota eksotis Eropa, dengan berbagai istana sebagai latar.
13. The Gifted Hands
Lama pengen nonton ini, baru dapet akhir tahun lalu. Thriller detektif yang melibatkan psychometri tuk mengungkapkan pembunuhan. Lumayan plotnya, elemen superhuman ability-nya pas, dan diselipi humor khas Korea. Ada Esom yang sayangnya cuma sekilas saja.
14. Detective Conan the Movie 1: The Time Bombed Skyscraper
Yah nontonnya gak urut lagi karena filmnya baru dapet. Mestinya sejak diketahui semua insiden terkait arsitek yang sama, bangunan lain karya arsitek itu sudah harus langsung diperiksa. Conan bermain penjinak bom itu ceroboh.
15. Detective Conan the Movie 10: The Private Eyes’ Requiem
Suka misteri plotnya. Gak langsung mencari pembunuh, kita bahkan gak tahu kasusnya apa. Bagus Conan sejak awal langsung terlibat sebagai detektif setara Kogoro. Menarik bahwa Kid berperan aktif sepanjang cerita, selain Heiji tentu saja. Adegan Sato ngasi german suplex ke pencopet keren banget. Kuat si pencopet, dihajar Ran dan Kazuha masih bangun.
16. Orang Kaya Baru
Ngebioskop di XXI Mal Jayapura. Bagaimana orang miskin menghabiskan 30 milyar kemudian miskin lagi. Dah gitu aja. Kali ini saya gak dapet selera komedinya Joko Anwar dan si sutradara. Bisa dibilang saya nonton ini cuma demi menikmati Raline Shah.
17. Rampage
Baru tau kalo ini adaptasi dari video game, jadi mestinya saya fokus pada seberapa sukses monster-monsternya mengamuk, sementara sepanjang film saya stress pada berbagai kesalahan prosedur yang membuat misi menghentikan para monster jadi gak efektif dan efisien, misalnya: kenapa gak hancurkan saja pemancar di puncak gedung?
18. Skyscraper
Ketemu The Rock dan aksi heroiknya (lagi). Setting pencakar langitnya menakjubkan. Seperti Rampage kemarin rasanya ada sejumlah plothole tapi yawdalah, cukup tuk menjadi plot eksyen eskep keren yang sesuai harapan. Kebakaran hebat dengan sejumlah ledakan tapi hebat sistem elektronik dan pemadam masih jalan.
19. Taylor Swift: Reputation Stadium Tour
Bukan fans Taytay sebagai artis walo menganggap dia sangat cantik, tapi merasa perlu menonton rilisan Netflix ini dan segera paham mengapa Reputation Tour memecahkan rekor highest grossing US tour. Pertunjukan yang sungguh owsom dan menghibur. Wow banget, walo cuma akrab dengan 2-3 lagu.
20. The Captain (Der Hauptmann)
Dramatisasi kisah nyata petualangan Willi Harold, Kopral yang nyamar jadi Kapten melakukan serangkaian kejahatan di akhir PD2. Kejahatan karena ada kesempatan. Filmnya hitam putih, klasik. Melihat suasana kacau di belakang front barat Jerman.
21. Detective Conan the Movie 11: Jolly Roger in the Deep Azure
Settingnya lemah. Gimana itu gua bisa tenggelam di kedalaman, tapi dikelilingi sumber gas metana, lalu ruang harta di dalamnya utuh bahkan lengkap dengan mekanisme pintu, lalu ada lorong rahasia dari pulau tuk ke situ tanpa perlu nyelam. Lah? Plotnya juga kurang kuat. Gak puas dengan motifnya.
22. Detective Conan the Movie 12: Full Score of Fear
Suka cerita ini. Banyak musik-musik klasik dari Beethoven, Handel, Bach dll. Suka karakter Reiko Akiba. Tersentuh banget dengar dia nyanyi Amazing Grace, a song of redemption. Baru sadar kalo bisa dial telpon pake nada suara yang sesuai. Kurasa Sato blunder dengan tidak memborgol dan menggeledah tersangka segera sesudah dilumpuhkan.
23. Detective Conan the Movie 13: The Raven Chaser
Ajaib bener Conan bisa lolos diberondong kanon “Apache”. Soal ini lagi, kenapa helinya gak Mi-24 sekalian atau UH-60 dengan door gunner daripada Apache modifikasi gitu? Baru sekali ini lihat Ran kalah berkelahi, tapi menunjukkan beratnya melawan agen Organisasi Hitam. Plot kriminalnya bagus dan menarik walo tenggelam dengan subplot Irish. Suka penggambaran Detective Boys dalam sampul-sampul album The Beatles.
24. Detective Conan the Movie 14: The Lost Ship in the Sky
Zeppelin airship yang bagus, tertarik desain interiornya. Rencana heist yang kelewat rumit cuma tuk pengalih perhatian dan menyisakan pertanyaan: bakterinya kemana? Kali ini lagi Conan gak mati setelah berkali-kali ditembaki plus dilempar dari langit. 😮
25. The Predator
Rame, penuh aksi, penuh darah juga, tapi ya begitu saja. Kacau dan tidak berkesan. Bagus juga sudah ada agensi khusus alien ala Transformers tapi kesannya mereka tidak mempelajari apa-apa soal bagaimana prosedur menghadapi alien, bagaimana bisa menembus zirahnya etc. Grup tentara sakit ini juga maksudnya apa? Mau melawak ala The A-Team? Apa juga gunanya anjing alien error itu? 🙄
26. Alita: Battle Angel
Ngebioskop di XXI Mal Jayapura. Adaptasi manga yang bagus. Belum baca manganya, tapi rasa jejepangannya dapet di karakter Alita dan berkelahinya. Alita sungguh cantik, wajah dan teknologinya. Teringat hal-hal familiar di manga-manga lain seperti Air Gear, Gunslinger Girl, Astro Boy, Chobits etc. Saya terkesan adegan Alita menyatakan cinta dengan memberikan jantungnya. So deep. Sayang banget ceritanya digantung di saat yang salah, mestinya biarkan penonton melihat pertarungan klimaks dan Alita cs naik ke Zalem.
27. Operation Finale
Reboot kisah penangkapan Adolf Eichmann setelah “The Man Who Captured Eichmann” yang kutonton jaman rental VCD dulu. Kukira bakal membosankan karena cerita yang sama, ternyata dramatisasinya bagus, terutama adegan-adegan flashback ke masa perang. Suka klimaksnya El Al pake Bristol Britannia sesuai sejarah, dulu pake B-707. Sejarah yang sangat penting dari Mossad dan Holocaust.
28. Hell and Back – Special Ops Ranger
Dokumenter singkat proses Ranger Assessment and Selection Program (RASP). Bagaimana bergabung ke Resimen 75 Rangers. Bagus, tapi karena durasinya cuma 46 menit susah juga mengkompres 8 minggu seleksi dan latihan. Padahal makin lama latihannya makin menarik.
29-30. Surviving the Cut
2 musim dokumenter menarik program seleksi dan latihan di berbagai sekolah unit-unit elit militer AS. Penuh latihan fisik gila-gilaan. Lama sekali berusaha nyari serial ini gak dapet-dapet, sampai di warnet-warnet Jogja sekalipun, sampai disupplai mas Eko Juniarto.
31. Foxtrot Six
Ngebioskop di XXI Mal Jayapura. Eksyennya seru brutal, tapi secara logis banyak bikin kening berkerut. Plot keseluruhan banyak lubangnya, walo idenya saya ngerti. Bahasa Inggrisnya kadang aneh. Kenapa Reform disebut separatis? Kenapa panggil menteri dengan secretary? Mungkin saya nonton ini cuma kangen idola Julie Estelle yang sayangnya dimatikan dengan gak perlu padahal mestinya bisa ditolong. Saya gak paham gunanya karakter Spec dibuat misterius, lalu ekstra scene itu tentang apa?
32. Project Gutenberg
Ekyen thriller bagus dan seru tentang sindikat pemalsuan dollar. Lama gak lihat Chow Yun-fat dan Aaron Kwok. Agak terkendala subtitel yang buruk tapi paham juga. Suka plot twist (ini wadefak) dan kenyataan cinta segitiganya, juga wajah sendu Zhang Jingchu, dan tentu saja visualisasi bikin uang palsu.
33. Mumon: The Land of Stealth
Dramatisasi sejarah Tensho Iga War. Film yang sangat menarik, menampilkan eksyen ninja super keren sekaligus pendidikan dan gaya hidup ninja yang tanpa kemanusiaan sama sekali dan menghamba pada uang. Yang nonton jadi simpatik tapi juga benci.
34. 1971: Beyond Borders
Nonton film perang Hindustan-Pakistan pas kedua negara lagi panas. Ini film dengan dramatisasi adegan-adegan pertempuran infantri dan tank yang konyol tapi pesannya bagus, berusaha nunjukin kalo India dan Pakistan sama-sama cinta damai. Tribute bagus juga tuk prajurit-prajurit yang jadi inspirasi film ini. Jadi kenal karakter Kolonel Mahadevan. Kutipan dia menarik:
There’s no enmity between us, we are just soldiers, and if there is, it is because of borders and orders
35. Bohemian Rhapsody
Dramatisasi bagus banget sejarah Queen dengan fokus pada Freddie Mercury. Lupakan akurasinya, gak terlalu penting juga. Nostaljik banget, karena ini band favorit masa koleksi kaset dulu, dan saya masih selalu dapet kredit dari teman karena memperkenalkan Queen ke dia.
36. Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald
Ceritanya lebih gelap, dengan banyak karakter, banyak potongan puzzle yang bahkan setelah disatukan pun cuma menjadi pengantar ke film berikutnya. Kaget ada Nicolas Flamel. Claudia Kim cantik, tapi gak pas dibilang dari Indonesia. Oh well.. 🙄
37. Captain Marvel
Ngebioskop di XXI Mal Jayapura. Nonton pas hari libur, banyak anak-anak, ya jelas banyak yang kena bentak. 😆 Brie Larson memang jauh dari pesonanya Gal Gadot, tapi film ini bagus dengan caranya sendiri. Eksyennya nanggung tanpa antagonis berat, tapi dah menunjukkan kalo kekuatan super Captain Marvel ini kelas berat.
38. Two Weeks in Hell
Dokumenter proses seleksi fisik masuk US Army Special Forces a.k.a. Green Berets, sekaligus edisi spesial pembuka serial Surviving the Cut. Menarik dan brutal. Adegan merakit gerobak air itu tantangan menarik. Salah ya ambyar dan buyar.
39. Detective Conan the Movie 15: Quarter of Silence
Conan sudah menyelamatkan berbagai keadaan darurat, tapi mengalihkan banjir bandang ini terasa beda level dari krisis-krisis sebelumnya. Suka plot dan rangkaian misterinya, juga setting desa bersalju jauh dari Beika tanpa inspektur Megure dan polisi-polisi kota lainnya, bahkan tidak melibatkan Kogoro tidur atau pertunjukan analisa lainnya.
40. Detective Conan the Movie 16: The Eleventh Striker
Segitu mudahnya jadi teroris lokal hingga kali ini Conan mesti nanya: “dapet bom dari mana?”
Menarik temanya J-League, dengan tim asli dan pemain-pemain asli termasuk King Kazu. Peran Detective Boys agak maksa, berlarian dan kalem mencari Conan di stadion yang penuh ledakan. Kali ini jarum bius Conan nganggur.
41. Kahaani
Misteri thriller intelijen yang bagus banget. Plotnya menegangkan, dengan karakter utama heroine yang simpatik dan kuat di India yang budayanya merendahkan perempuan. Setting Kolkata menarik, ada banyak pemandangan kumuh, kehidupan sehari-sehari dan interaksi dengan jelata. Suka karakter Khan. Perayaan Durga Puja di latar klimaks menjadi gambaran klimaksnya sendiri yang luar biasa.
42. Kahaani 2: Durga Rani Singh
Temanya penting sekali tentang pelecehan seksual di dalam keluarga: pelaku yang tidak dicurigai, korban yang tidak bisa lapor, aparat yang tidak membantu etc, tapi plotnya tidak semenarik yang pertama. Lebih kacau lagi film ini bahkan gak ada hubungan cerita dengan yang pertama, dan ini bikin bingung lama. Citra Vidya dari film pertama ilang. Kehadiran Arjun Rampal gak membantu, tapi saya suka Manini Chadha.
43. Aquaman
Alternatif judul bisa: “Atlantis: Civil War” nih. Suka durasinya panjang, banyak yang bisa diceritakan. Agak terganggu lihat Amber Heard setelah kasus dengan Johnny Depp kemarin, tapi dia memang bagus. Setting Atlantisnya memukau, walo teknologi dan pesta kostumnya agak meh. Keren dan epik.
44. Mary Poppins Returns
Karakter nanny misterius yang menakjubkan dengan banyak petualangan magis menyenangkan, plus musikal nyanyi-nyanyi, makin mempesona karena diperankan si cantik Emily Blunt. Jadi baca-baca soal cerita anak-anak klasik ini, dan prekuel film ini tahun 1964 silam.
45. Hunter Killer
Satu kisah lagi gimana Amerika menyelamatkan dunia, bahkan Russia. Banyak hal gak masuk akal secara logis dan prosedur militer (misal CIWS nembak Kh-35 di klimaks), tapi ceritanya sendiri menegangkan abis dengan visual bawah air yang keren.
46. Sisi
Drama biografi Elizabeth of Bavaria, Empress of Austria. Bagus banget. Tergambar jelas otoriternya Franz Josef memerintah Austria, kakunya protokol istana, dan berbagai masalah yang muncul sebagai efeknya. Narasinya penuh sejarah: penyatuan Italia, penyatuan Jerman, berdiri (dan runtuhnya) Kekaisaran Meksiko, dan berdirinya dual monarki Austro-Hungaria. Tentu saja tokoh-tokoh besar terkait juga muncul. Sayang aja bajetnya gak cukup tuk membuat adegan perang. Sebagai penyuka sejarah, bermacam tragedi yang di masa depan akan menimpa Franz Josef dan Austria juga terlihat petunjuknya. Christiana Capotondi cantik sekali, dan tata busananya keren, khas film periode yang digarap serius.
47. Detective Conan the Movie 17: Private Eye in the Distant Sea
Film ini benar-benar pamer kekuatan JMSDF, menampilkan Aegis Destroyer sebagai pusat cerita, bagaimana kapal ini menjadi garis depan pertahanan Jepang. Terkesan lihat operasi anti-air, anti-submarine, SAR, dan radar rahasia SPY-1 yang jadi judul. Plot dan twistnya seru. Kogoro tidur beraksi lagi. Suka lihat Ran dapet porsi bertarung serius walopun kalah.
48. Detective Conan the Movie 18: Dimensional Sniper
Dengan tema penembak jitu gini kliatan jelas betapa kacamata Conan adalah keajaiban optik. Plotnya menarik tentang intrik medali Silver Star di Perang Irak, melibatkan US Navy SEAL, FBI “cabang Jepang”, Subaru, dan Sera. Kogoro dan kepolisian Jepang jadi figuran saja. Sayang Sera gak kebagian bertarung, tapi Ran mantap duel dan combonya.
49. The Resurrection of the Little Match Girl
Kesampaian juga nonton ulang. Dulu nonton di TV dan melongo saking absurd ceritanya, tapi penasaran banget karena merasa ini interpretasi ulang dongeng klasik yang menarik. Terngiang di memori gadis penjual korek yang menembaki rangorang yang nolak beli korek dia. Sekarang jadi paham kenapa film ambisius ini flop ancur.
50. Mojin: Worm Valley
Lebih jelek dibandingkan prekuelnya. Gak ada hubungan cerita dengan judulnya (worm? What worm?), durasi lebih pendek, penuh pertarungan melawan monster tanpa persiapan memadai hingga dua orang gugur percuma, puzzlenya gak menantang, dan paling absurd endingnya menggantung tuk sekuel. Why? 👿
51. The Incredible Hulk
Belum lama sadar kalo saya melewatkan satu film dari MCU. Bagus ceritanya, menarik lihat respon militer AS yang lebih lembek ketimbang film Hulk 2003. Ide nembaki Abomination pake door gunner MH-53 yang terbang rendah itu bodoh sekali . Sayang Hulk gak pernah dapet sequel, cerita dia (atau Leader misalnya) jadi gak berkembang. Karakter Dr. Elizabeth Ross lovable sekali, mestinya dikembalikan jadi love interest Banner.
52. T-34
Gak nyangka ada film Rusia bertema tank yang lebih seru dan lebih realistis dari ‘Fury’. Ini seperti Fast and Furious + bullet time pake tank. Plotnya standar fiksi patriotik dengan protagonis heroik relijius dan antagonis nazi. Ketemu si jelita Irina Starshenbaum lagi usai ‘Attraction’.
53. Pacific Rim: Uprising
Banyak beda dari prekuelnya, banyak kurangnya juga, tapi lebih seru dari yang kubayangkan. Gak paham kenapa butuh 10 tahun tuk sadar kalo semua kaiju menuju gunung Fuji, nemunya eureka moment pula. Lebih bodoh lagi kenapa mesti dicegat di Tokyo kalo arenanya tidak menawarkan keuntungan? Kecuali macam setting Evangelion dimana NERV sembunyikan berbagai senjata di berbagai bangunan Tokyo tiruan ya kan mending dicegat di timur Kanagawa yang lebih sepi. Ultraman banget jadinya.. 🙄
54. Avengers: Endgame
Ngebioskop di XXI Mal Jayapura. Film ini terlalu bagus tuk bisa diceritakan, memang harus disaksikan sendiri. Karya luar biasa yang merangkai ulang dan menutup kisah tim Avengers. Kalo cuma bilang epik saja rasanya understatement. Nonton ini sungguh menolong menghibur hati yang saat itu sedang kacau. 😥
0 Tanggapan to “Film-film 2019 (Januari-April)”