Seperti postingan sebelumnya, yang ini juga ditulis dalam keadaan internet blackout terkait situasi keamanan di Papua dan Papua Barat. Kalo sebelumnya diposting dengan koneksi Astinet di kantornya Athoe sehari sebelum kerusuhan 29 Agustus merusak kantor itu, kali ini pakai koneksi Indihome di rumahnya Jones. Ini film-film saya di caturwulan kedua tahun ini.
55. Master Z: The Ip Man Legacy
Spin off dan sekuel bagus dari Ip Man 3 tanpa Ip Man. Plotnya standar dan klise, tapi deretan pertarungannya disajikan dengan koreo yang mengesankan, juga gak perlu bumbu asmara berlebih. Max Zhang dan Liu Yan sama-sama terlihat awet muda.
56. The Night Comes for Us
Plot dan motifnya kurang jelas, tapi eksyennya juara dunia, bahkan para ‘cannon fodder’ pun menyuguhkan adegan mati yang menghibur. Menarik karakter-karakternya berbicara dengan berbagai bahasa. Gak nyangka ada Julie Estelle dengan penampilan misterius yang keren betul, juga Salvita Decorte. Konon bersambung karena masih ada tokoh-tokoh Six Seas lainnya. Joe Taslim dan Iko Uwais semoga jadi aktor kelas dunia.
57. Detective Conan the Movie 22: Zero the Enforcer
Intriknya menarik sekali antara Biro Keamanan Publik, Kejaksaan, dan Kepolisian, yang menyeret Kogoro, Eri, dan Conan, dan takjub bengong klimaksnya mesti sespektakular itu melibatkan wahana NASA dan melawan gravitasi. Haha, gila, JSDF kemana saja.
58. Manikarnika: The Queen of Jhansi
Waktu liat posternya kukira film animasi. Biografi drama periode tentang Rani Lakshmibai, kehidupan dia sebagai ratu dan kemudian memimpin pemberontakan melawan Inggris 1857. Bagus, epik, dan sangat patriotik tuk membakar nasionalisme. Karakter Rani kuat dan dominan banget.
59. Spider-Man: Into the Spider-Verse
Sempurna ni film. Ceritanya seru dengan ide multiverse menarik; animasinya bagus, dan macam komik bergerak; lagu-lagunya asyik; rame jagoan dengan kepribadian unik masing-masing, dan humornya segar. Suka lihat ada Gwen Stacy di sini.
60. The Girl in the Spider’s Web
Gak paham kenapa filmnya flop. Suka cerita dan eksyennya, berasa Jason Bourne, walo setelah dibandingkan plotnya ternyata cukup berbeda dari novelnya, bukan cuma dikompres. Dibanding film sebelumnya karakter dan pemeran Lisbeth juga lebih pas. Suka rangkaian adegan di bandara dan klimaks, kombinasi pas antara peretasan dan eksyen.
61. Mirage/Durante la Tormenta
Scifi thriller Spanyol bagus. Setelah akrab dengan konsep multiverse di Endgame atau Spider-verse, balik lagi ke konsep Back to the Future. Frustrasi karakter utamanya kerasa banget ketika sejarah berubah. Banyak subplot saling berkaitan, termasuk drama romansa.
62. Mother
Sungguh terpesona lihat J-Law dengan karakter yg manis lembut dan penuh close up shots. Itu saja motivasi nonton ini. Psikologi horror jelas bukan selera saya, bahkan lebih mengganggu dari nonton Black Swan dulu dari sutradara yang sama. Gak peduli temanya dari Alkitab, tetap bikin mual. 3 hari baru kelar.
63. The Wandering Earth
Bumi akan baik-baik saja sekalipun separo populasi kena snap Thanos, tapi ini level masalahnya jauh lebih brutal. Plot dan visualnya luar biasa, epik dan cantik. Suka ceritanya mengedepankan kerjasama antar bangsa meski fokus dan jagoannya RRC. Bagus ada cerita sekaliber ini temanya bukan Amerika menyelamatkan dunia. Sungguh wajib tonton.
64. Banda: The Dark Forgotten Trail
Dokumenter bagus kisah kepulauan Banda dari perebutan pala era kolonial, pengasingan Hatta Sjahrir dkk, perang sipil Maluku, hingga situasi sekarang dan harapan masa depan. Penuh sejarah, cerita, dan visual menarik. Sayang tidak ada cerita dari warga Banda asli di diaspora, turunan dari para penyintas pembantaian di Banda era VOC.
65. Chronicles of the Ghostly Tribe
Satu lagi adaptasi Ghost Blows Out the Light tapi beda studio dari seri Mojin. Konon plotnya banyak berubah dari novelnya jadi agak membingungkan. Timelinenya lama juga kalo Hu Bayi ketemu Shirley 1979. Suka eksplorasinya, tapi banyak plothole dan klimaksnya kurang memuaskan. Apa gunanya membawa banyak senjata dan peluru perak kalo tidak terlihat ada hyena yang sukses terbunuh?
66. Shoplifters
Sebuah drama Jepang tentang kemiskinan dengan cerita yang sangat kaya. Awalnya lambat dan sukar memahami hubungan antar karakter, tapi jadi menarik ketika Yuri/Lin ‘menemukan’ keluarga baru. Sungguh nonton ini jadi berharap ada happy ending tuk semua, terutama Yuri, Shota, dan Aki.
67. Mortal Engines
Adaptasi novel tentang imperialisme Inggris yang akhirnya gagal menjajah China. Haha. Visual dunia steampunknya luar biasa imajinatif, tapi cerita dan karakter-karakternya gagal memikat hati. Filmnya jadi datar saja bahkan ketika para jagoan beraksi heroik. Menarik memperhatikan petanya, sepertinya Laut Hitam nyambung sampai Laut Kaspia.
68. Miniscule: Mandibles from Far Away
Petualangan si ladybug berlanjut lagi hingga ke seberang Atlantik. Gila banget operasi penyelamatan pake kapal terbang. Cerita kali ini lebih melibatkan manusia dan ada isu lingkungan juga. Bagus banget, sesuai yang diharap.
69. Late Afternoon
Film pendek tentang dementia. Salah satu fitur sedih dari menjadi tua. Menarik melihat Emily menyelami kembali memori dia.
70. Sobibor
Samar-samar teringat dulu nonton versi Inggris 1987 Escape from Sobibor di TV. Versi Rusia kali jauh lebih bagus dan terasa akurat dalam banyak detil, termasuk penggunaan bahasa Yiddish dan politik internal kamp. Selalu sedih liat adegan kamar gas.
71. Extreme Job
Film terlaris kedua dalam sejarah Korsel cukuplah menjelaskan bagusnya film ini. Plotnya menarik, kocaknya standar Korea, dan eksyennya (terutama klimaks) seru. Cepat suka juga dengan kelima karakter utama. Dapet subtitles gak mutu tadi tapi gak masalah.
72. Kesari
Dramatisasi Battle of Saragarhi dari sudut pandang komandan unit Sikh Havildar Ishar Singh. Konon salah satu last stand terhebat dalam sejarah. Sejam awal hanya buang waktu saja, tapi 90 menit sisanya sungguh pertempuran brutal penuh heroisme, nasionalisme, patriotisme, dan spirit relijius Sikh. Keren.
73. Mongol
Walopun ada 1-2 bagian yang gak akurat sejarahnya tapi ini dramatisasi awal karir Genghis Khan yang sangat epik menarik. Terbuai dengan bahasa asli yang dipake, pemandangan alam dan budaya, pertempuran brutal, dan interaksi antara Temudgin, Borte, dan Jamukha. Sayang sekuelnya gak jadi.
74. Laputa: Castle in the Sky
Akhirnya kesampaian juga nonton anime legendaris ini. Teringat skypea arc di Wanpis. Bagus ceritanya, seru banget petualangannya dalam tema steampunk yang menarik. Jadi penasaran apa yang akan dilakukan Pazu dan Sheeta sesudah cerita ini. π
75. Detective Conan the Movie 23: The Fist of Blue Sapphire
Ngebioskop di CGV GI Jakarta. Gak paham gimana Conan bisa mendadak menjadi Arthur begitu saja. Suka settingnya di Singapura. Plotnya menarik tapi ujungnya agak berbelit terutama setelah Sonoko menjadi target. Keputusan Makoto tuk bertarung ‘bareng’ Sonoko sungguh berbahaya walaupun alasannya dimengerti.
76. Parasite
Ngebioskop di CGV GI Jakarta. Plot dan ceritanya jenius. Kemiskinan bisa membuat orang menjadi kreatif bertahan hidup dengan bermacam cara, tapi yang seperti ini gila juga. Komedi gelap bertema ketimpangan kelas sosial yang sungguh menarik. Plot twistnya gak ketebak.
77. Spider-Man: Far From Home
Ngebioskop di XXI Gandaria City Jakarta. Keren banget. Serasa Spider-Man menghadapi Genjutsu. Film ini menunjukkan salah satu ancaman terbesar militer di masa depan: swarming drone with AI. Gak paham kenapa tuk skenario itu Peter tidak memilih kostum tempur dengan tangan ekstra yang dipake melawan Thanos. Setelah dua film, saya masih belum bisa terpikat pada MJ.
78. Hobbs & Shaw
Ngebioskop di XXI Mal Jayapura. Sesuai harapan, penuh eksyen dan teknologi keren khas tradisi Fast and Furious. Motor transformer Brixton Lore (lengkap dengan suara berubahnya) jadi fokus utama, lalu jet siluman yang mengantar kedua protagonis ke Ukraina. Karena jagoannya dikit, jadi bisa lebih mengeksplorasi tema rekonsiliasi keluarga tuk keduanya dan bagus banget. Karakter Madame M menarik dan misterius, semoga muncul lagi kelak.
79. Asterix: The Secret of the Magic Potion
Ngebioskop di XXI Mal Jayapura. Lama juga nunggu sampai versi dubbing Inggrisnya maen di bioskop. Cukup menghibur. Ketawa lihat parodi Yesus. Suka dengan pemilihan Pectin yang cewek sebagai pewaris Druid.
80. Squadron 303/Dywizjon 303
Satu film lagi tentang Skadron 303 RAF saat Battle of Britain yang murni produksi Polandia. Penuh dogfight yang lebih realistis. Diselingi sejumlah flashback tuk membuat subplot karakter lebih menarik. Suka adegan Raja George VI mengunjungi mereka. Sayang ceritanya tidak sampai akhir perang, tapi ada statistik dan profil para pilot utama.
81. Bumblebee
Prekuel, spin off, dan konon reboot Transformers yang jauh lebih bagus dari yang kukira. Adegan-adegan tarungnya terbaik. Suka banget lihat Blitzwing jadi F-4 Phantom, lalu Shatter dan Dropkick triple changer jadi GTX -> Harrier dan Javelin -> SuperCobra. Asyik nuansa 80annya, termasuk para robot dalam mode klasik.
82. Hotel Transylvania 3: Summer Vacation
Bagus ini ceritanya berkembang hingga bisa muncul Abraham van Hellsing, Segitiga Bermuda, Atlantis (dua ini lokasinya asyik), dan bahkan Kraken. Ada petualangan ala Indiana Jones juga dan ‘DJ Tiesto’. Menghibur.
83. Bumi Manusia
Sekarang saya ngerti kenapa novelnya (yang gak pernah kubaca) disebut mahakarya. Yang divisualkan mungkin tidak sedetil yang diinginkan pembaca novel, tapi saya menikmati setiap adegannya, dan mata saya basah di akhir film. Sepertinya saya bisa suka film ini karena belum pernah nonton kedua film Dilan sehingga gak terpengaruh kuaitas akting Iqbal. Apa sesudah ini nyari Dilan ya?
84. Hotel Mumbai
Dramatisasi bagus dari peristiwa 2008 Mumbai attacks. Dua jam yang menegangkan tuk mengkompres kengerian 4 hari serangan teroris Lashkar-e-Taiba dengan ratusan korban jiwa. Salut buat para staf hotel yang berani mati demi mendampingi para tamu.
85. Ignacio de Loyola
Drama sejarah biografi Ignatius of Loyola dan perjalanan spiritual dia dari seorang perwira Navarre hingga menjadi pendiri Jesuit. Lumayan menarik melihat latar belakang playboy Inigo, juga visualisasi spiritual exercise dan pertemuan dia dengan Lucifer dan Yesus.
86. Mirai
Anime sebagus ini bodohnya kubiarkan ngendap lama di laptop. Suka banget ceritanya, bagaimana kamu mengerti posisimu di tengah keluarga dan berbagai hal kecil dalam sejarah keluargamu yang berkontribusi menciptakan dirimu sekarang. Menghangatkan hati.
Segitu saja, lebih sedikit dari daftar Januari-April. Empat bulan terakhir ngegas baca buku dan jalan-jalan soalnya. π Semoga di postingan berikut koneksi internet di sini sudah normal lagi. Kalo gak ya mungkin saja Papua sudah merdeka. π
0 Tanggapan to “Film-film 2019 (Mei-Agustus)”