Pakabar? Setengah tahun (lebih) 2021 berjalan, pandemi malah makin parah walau vaksinasi juga makin meluas. Semoga yang masih baca blog ini dilimpahi kesehatan dan panjang umur selalu. Tidak lupa turut berdukacita untuk setiap anggota keluarga, sahabat, teman, dan kenalan yang menjadi korban wabah berbahaya ini. Karena pandemi bioskop jadi sepi, film-film baru makin banyak yang rilis di kanal streaming. Saya jadi sering lebih cepat juga mengakses film baru. Sedikit ini saja yang saya nonton di semester pertama tahun ini, seperti biasa disertai sedikit komentar.
1. Soul
Animasi bagus dengan musik jazz bagus, tapi tema dan filosofinya terlalu memusingkan. Yah mungkin saya saja yang nggak menikmati konsep great beyond/before. Bingung Joe bisa ke the zone memanfaatkan flow state tapi nggak bisa pulang lagi sehingga menyatakan diri mati. 🙄
2. Tenet
Bukan film yang mudah dimengerti tapi suka idenya, segar dan menarik dalam soal time travel. Salut tuk Nolan. Cerita dan eksyennya bagus walo karakter antagonis ‘penjahat Rusia’ agak membosankan. Tenet sendiri organisasi yang luar biasa, bisa menyerbu ke Siberia pake helikopter Chinook. Dari mana itu forward airbase-nya?
3. Wonder Woman 1984
Ngerti ide utamanya, tapi eksekusinya ancur. Plot dreamstonenya keberatan dan klise, apalagi ditambah plot perang nuklir AS-USSR, makin klise dan chaos. Steve, pilot era WWI, nyuri swing-wing fighter jet dari museum adalah bagian termustahil. Mana diterbangkan Washington DC – Kairo bolak balik pula. Plot Diana, Steve, dan Dreamstone mengingatkan pada Sasuke, Kakashi, dan Edo Tensei pada kisah Naruto. Nyaris mustahil orang rela berbesar hati membatalkan keinginan yang sudah terkabul meskipun sebesar apapun biayanya. Lebih masuk akal kalo jadi musnah ketika Max Lord dikalahkan. Klimaksnya salah.
4. Joker
Dari semua adegan, bisa relate ketika Arthur ternyata hanya berimajinasi pacaran sama Sophie. Film menarik tentang karakter yang tidak pernah diselamatkan. Opsinya memang jadi penjahat saja. Keseluruhan cerita mungkin bisa berubah kalo Arthur beli gun holster usai diberi revolver.
5. The Eight Hundred
Dramatisasi Pertahanan Gudang Sihang dalam Battle of Shanghai 1937, ketika PD2 mulai duluan di China tapi negara-negara barat masih jadi penonton (termasuk secara harfiah). Situasi ketidakberdayaan komunitas internasional menonton perang dari seberang sungai dalam kemewahan terasa seperti sindiran terhadap berbagai situasi konflik dunia saat ini. Film ini jadi kontroversi dengan pemerintah RRC karena menggambarkan heroisme perjuangan pasukan Nasionalis. Komprominya terlihat dari bendera Kuomintang yang ‘disensor’ (matahari putihnya hilang) dan hanya tampak dari jauh. Ceritanya sangat heroik tapi akurasi sejarahnya dipertanyakan. Endingnya terasa menggantung. Tidak jelas nasib pasukan yang ditinggalkan untuk menjaga garis belakang. Tidak diceritakan juga nasib pasukan utama setelah berhasil mencapai konsesi internasional.
6. Vanguard
Satu lagi dari Jeki Cen, kali ini membentuk tim sekuriti internasional. Tentu penuh eksyen seru tapi plot dan prosedur militernya berantakan. Tim Vanguard markasnya terlalu canggih tapi sebenarnya kekurangan personil. Brotherhood of Vengeance berlokasi di Timteng tapi bermarkas di istana yang jelas bergaya India. Nggak masuk akal ada cenderawasih di Afrika. Hostage rescue tanpa rencana exfiltrasi matang. Saya menghargai usaha menghadirkan kapal induk dan arsenalnya (bahkan armada), tapi begitu lihat F-35C langsung tahu landing gearnya salah. Usaha menembak kapal induk yang terlalu ribet, keknya terinspirasi video youtube propaganda Rusia. Sebaliknya usaha armada mempertahankan diri juga terlalu ribet. Drone sebesar itu cukup pakai rudal hanud. Suka lihat Miya Muqi.
7. Detective Dee: Solitary Skies Killer
Tidak semewah 3 film Di Renjie yang pernah kutonton sebelumnya, terlihat dari cast, setting, dan fight scenes yang lebih sederhana, tapi ceritanya lumayan menarik. Di Renjie sering kehilangan arah dan kecolongan kali ini. Tahu-tahu dia muncul sudah plot twist di klimaks. Ular di posternya sungguh menipu. Tipikal FTV.
8. Chasing the Dragon II: Wild Wild Bunch
Cukup nostalgik lihat setting dan teknologi 90an seperti pager dan handphone dengan sim card besar. Ceritanya seru, penjinak bom + polisi undercover. Terpesona lihat keseksian Sabrina Qiu sepanjang film. Sayang Fiona Zhen hanya sekilas. Akar segala kejahatan ialah cinta uang.
9.The New Mutants
Seri terakhir dari franchise X-Men di 20th Century Fox. Idenya segar, tapi ceritanya nggak berkembang dan nggak heroik tanpa musuh. Ntah mengapa mereka diawasi Cecilia Reyes dan Essex Corp. Tanpa sekolah Prof. Xavier, jadi kehilangan kesempatan mengenal tiap karakter sebagai Cannonball, Sunspot, Wolfsbane, Magik, dan Mirage.
10. The Pacific
Senang akhirnya kesampaian kelarin ini. Musiknya megah sekali. Sebagai warga Pasifik merasa sangat relate dengan cerita dan settingnya. Serial perang yang sangat bagus. Melihat bagaimana brutalnya perang membentuk (atau membunuh) tiap karakter. Terkesan dengan karakter Lena Bassilone yang setia menjanda hingga meninggal.
11. Monster Hunter
“Kapten” Milla Jovovich, 45 tahun. Wow. Ceritanya membuat US Army dan persenjataan modern terlihat konyol, tapi susah dikomentari karena seperti Rampage, ini adaptasi dari game. Aneh kan monsternya kebal peluru tapi bisa dibacok. Lumayan seru walo kelamaan menanti Artemis bertransformasi dari ranger menjadi hunter. Banyak penjelasan yang hilang, misalnya mengapa persenjataan di new world bisa mengeluarkan api atau petir. Desain Kaijuu-nya bagus, tapi nggak paham fungsi tangannya diablos buat apa.
12. Knives Out
Film misteri pembunuhan yang panjang tapi bagus, dipenuhi banyak karakter menarik (diperankan banyak bintang juga). Paling unik jelas Marta yang punya fitur muntah kalau berbohong. Ceritanya sungguh bikin penasaran. Suka bagimana trik dan motif diungkap oleh detektif Blanc.
13. The Question of Love
Film pendek tentang definisi cinta menurut filosofer Alain Badiou. Mencintai adalah mengambil resiko bergantung pada orang lain, pilihan yang berlawanan dengan individualistis era modern. Menarik. Memberi kekuatan untuk menjalani hubungan.
14-16. Saint Seiya: The Hades Chapter
Kelar juga 3 musim OVA Hades. Seperti biasa helm para karakter mudah sekali rusak dan lepas. Klimaksnya agak terburu-buru setidaknya dari sinopsis manganya. Gak kelihatan misalnya gimana Seiya dilempar pedang atau Shun dkk transfer cosmo ke Athena. Eniwei, puas nontonnya dan terjawab misteri kakak Seiya yang hilang.
17. Sword of the Stranger
Anime bagus tentang persahabatan anak lelaki dan anjing shiba inu, dihiasi banyak pertarungan seru dengan darah bermuncratan. Menarik bahwa para antagonisnya dari Ming China.
Quote: “If you’re going to be so temperamental, you shouldn’t rely of others.” Nanashi ke Kotaro.
18. Ghost in the Shell Arise – Border 5: Pyrophoric Cult
Setelah nyaris 3 tahun akhirnya bisa nonton seri 5 dari GitS: Arise. Sudah lupa Kolonel Hozumi itu yang mana tapi senang bertemu Mayor Kusanagi dan timnya lagi, terutama Tachikomas. Ending songnya bagus.
19. Summer Wars
Satu anime jenius lagi dari Mamoru Hosoda. Selalu menikmati kisah (akhirnya) romansa dengan cewek kakak kelas. Suka lihat desain dan konsepnya VR OZ. Bagus ceritanya combo konflik keluarga dan terorisme siber, dengan bumbu sejarah era Perang Sekigahara.
20. Night is Short, Walk on Girl
Anime komedi romantis yang sangat absurd tapi menarik. Menarik bagaimana Otome fokus pada menikmati masa mudanya dengan sangat ceria dan alkoholik, tapi dia juga sangat baik. Rasa kesepian menjadi penyakit yang menulari banyak orang karena hidup manusia saling terkait.
21. Generation War
Miniseri PD2 yang sungguh epik. Bersinar dan padamnya third reich dari mata tentara Jerman, perawat, artis, gerilyawan Polandia, Yahudi Eropa, dan tentu saja masyarakat, dalam brutalnya medan Front Timur. Drama perang tanpa heroisme layaknya film perang Amerika, hanya tragedi.
22. 1944
Film perang Estonia yang sangat menarik. Bagaimana pemuda-pemuda Estonia di PD2 direkrut paksa menjadi tentara Jerman atau Sovyet dan terpaksa saling berperang; Bagaimana pengawasan brutal rezim komunis dengan ancaman gulag; dan drama dua surat ke Aino Tammik, yang ternyata menjadi penghubung kedua bagian cerita.
23. Fortress of War
Dramatisasi pertahanan benteng Brest di Belarussia ketika awal operasi Barbarossa. Sangat heroik, tapi tidak sadis. Pertempurannya brutal dan berat. Menarik bahwa penutur kisahnya masih 15 tahun. Baca-baca usai nonton lalu jadi tahu kalo Veranika Nikanava pemeran si cantik Anya wafat 2019 karena hanyut di Alaska. Sedih.
24. Downfall
Kesampaian juga nonton film wajib ini setelah bertahun-tahun hanya terpapar memenya. Dramatisasi bagus dan menarik. Menyimak runtuhnya mimpi third reich dan nasib (sebagian) aktor utamanya. Memahami kejahatan Hitler dalam balutan kharisma dan pesona pribadi dia.
25. Aircraft Carrier Ibuki
Dramanya menarik, menunjukkan mental anti-perang Jepang dalam situasi konflik supaya pertempuran tidak menjadi perang, dan mencegah menang mutlak demi diplomasi masa depan (walaupun terlihat sangat konyol). Eksyennya gagal mengimbangi karena bukan Holiwud, tidak terlihat pertempuran yang menarik kecuali sedikit dogfight, bahkan flightdeck sangat sepi. Sebagai adaptasi manga kurasa sebaiknya cerita berbentuk anime. Minimal kalo ceritanya meleset, eksyennya kena. Sempat baca dua chapter pertama, jelas di situ musuhnya RRC.
26. Valley of Tears
Tribute keren dan menegangkan mengenang heroisme Israel dalam Front Utara Perang Yom Kippur. Klimaksnya cukup tuk menggambarkan mengapa Battle of the Valley of Tears termasuk most important tank battles in history. Drama dan perkembangan karakternya bagus. Saya suka detilnya, termasuk decit tank Centurions ketika bergerak.
27. Funan
Animasi Prancis bagus tapi getir menceritakan perjuangan satu keluarga di Kamboja melewati 4 tahun rezim Khmer Merah. Menyesakkan menonton satu demi satu anggota keluarga patah semangat dan tewas. Sungguh rezim komunis paling ekstrim sepanjang sejarah.
28. Mosul
Film eksyen dengan judul sama dengan dokumenter yang kutonton 2019 silam. Tribute bagus mengenang anggota tim SWAT Nineveh yang gugur dalam Battle of Mosul. Secuplik pertempuran brutal membebaskan kota Mosul dari kekuasaan ISIS. Sangat seru, sangat realistis, sangat heroik. Banyak aspek konflik Irak dan ISIS yang bisa dipelajari dari realistisnya film ini, termasuk penggunaan SVBIED, drone kamikaze, keterlibatan PMF dan penasihat militer Iran, dan strategi ISIS.
29. Zack Snyder’s Justice League
Nah ini baru bener filmnya. 120 menit di Justice League dibagi untuk 6 protagonis termasuk 3 karakter baru jelas konyol, 242 menit lebih adil. Sebuah contoh bagus studio film mau introspeksi dan menerima masukan dari pemain, kru, dan fans. Gal Gadot mempesona sekali.
30. The Lion King
Animasi komputernya luar biasa tapi karakter jadi kekurangan ekspresi. Di klimaks saya nggak bisa membedakan Simba dan Scar. Memang berasa NatGeo+dubbing. Dengan visualisasi realistis, jadi aneh lihat singa nggak makan daging atau minimal berburu. Ada nostalgia di ceritanya yang familiar tapi OST-nya kalah berkesan dari TLK asli, bahkan dengan lagu yang sama.
31. Mulan
Remake yang mengecewakan. Walau plotnya relatif sama tapi perubahan elemen-elemen pentingnya sangat merusak. Chi, phoenix, penyihir, pertempuran, gak jelas semua. Bertarung dan menghadap kaisar tu iket rambut kek. Disneynya jadi gak dapet, period Chinanya juga nanggung.
32. Raya and the Last Dragon
Lebih keren dari yang kuharap. Animasinya sungguh cantik, elemen ‘asia tenggara’nya pas dengan dunia fantasinya dan terasa familiar, karakter-karakternya menyenangkan dengan komedi menghibur. Ceritanya bagus. Agak berasa RPG dengan peta dan mengumpulkan items.
33. EXIT
Gak heran ini film terlaris ketiga di Korsel 2019. Emang bagus. Eksyennya menegangkan, komedinya juga kocak. Ada banyak hal yang terasa relate dari karakter utamanya misalnya dia pengangguran dan jomblo patah hati. Senang lihat YoonA jadi pemeran utama.
34. Tazza: One Eyed Jack
Film ketiga dari seri judi bertaruh nyawa Tazza. Masih sangat seru, penuh intrik, menegangkan, dan dihiasi wanita cantik; kali ini Choi Yu-hwa. Masih nggak paham motif Madonna dan hubungan dia dengan Mata Satu. Ending Madonna dengam Il-chul juga gelap. Jadi selama ini ibunya Il-chul low profile jaga rumah makan dengan duit sekulkas?
35. Master
Eksyen kriminal yang sangat seru. Plotnya bagus, karakter-karakternya menarik, twistnya juga oke. Ternyata sampai ujung film ada adegan ekstra. Andai saja semua penipuan berkedok investasi di negara sendiri juga bisa berakhir bahagia seperti ini.
36. Collectors
Film heist+caper Korea yang menyenangkan. Cerita “tomb raider”nya seru dengan plot twist bagus; komedi khas Koreanya juga pas walau filmnya serius. Shin Hye-sun dan Park Se-wan jadi pemanis penting. Suka temanya penyelamatan relik budaya dan sejarah.
37. Generation Kill
Tidak disangka miniseri ini menyegarkan. Memberi gambaran apa saja yang salah di Perang Irak mulai dari invasi. Banyak hal menarik sepanjang perjalanan 1st Recon Bn, misalnya motivasi dan interaksi para karakter. Penuh jargon militer.
38. The Last Vermeer
Dramatisasi dari adaptasi buku tentang Han van Meegeren yang ternyata adalah tokoh sejarah Belanda yang sangat menarik dan terkenal. Jadi belajar tentang belio dan persidangan kasus lukisan belio. Sayang penceritaan film membuat belio hanya jadi karakter kedua sementara protagonisnya adalah si kapten Yahudi dan kisah cintanya yang problematik.
39. Karbala
Dramatisasi Battle of Karbala City Hall 2004 antara pasukan Polandia & Bulgaria versus milisi Sadr. Bukan Hollywood jadi low budget tapi cukup seru walau tanpa banyak SFX. Susah juga cari sejarah peristiwa ini, konon tidak diakui. Adegan favorit: tentara menembak hancur speaker mesjid. 😉
40. A Private War
Drama biografi kehidupan (dan kematian) jurnalis perang Marie Colvin. Cerita luar biasa tentang perjuangan menceritakan penderitaan warga dari berbagai lokasi konflik dan perjuangan diri sendiri melawan PTSD. Rosamund Pike sangat mengesankan.
41. Panipat
Dramatisasi Third Battle of Panipat antara Kekaisaran Maratha versus Kekaisaran Durrani alias India versus (penjajah) Afghanistan. Sejarahnya menarik, tapi sinematografi dan efek khususnya kurang memuaskan. Dengan durasi 3 jam pun kesulitan mengkompres seluruh perang jadi epik. Narasinya ala Pearl Harbor: kalah tapi heroik dan kemudian (di masa depan) balas dendam. Semangat propaganda nasionalisme Hindu juga sangat kuat.
42. The Warrior Queen of Jhansi
Produksi Inggris tentang Rani Laksmibhai dengan banyak narasi politik dan diplomasi. Sayang ceritanya kaku dan keberatan dialog, sekaku karakter utamanya yang pahlawan feminis tanpa cela. Aneh Ratu Victoria punya ajudan India. Film ini punya kelebihannya sendiri tapi tetap masih lebih epik Manikarnika tentang karakter yang sama.
43. Tanhaji: The Unsung Warrior
Satu film saffronization lagi: Maratha sebagai terjajah dan Mughal sebagai penjajah. Kali ini dramatisasi Battle of Sinhagad dan heroisme Tanaji Malusare. Bagus ala 300 + Prince of Persia walau agak heran nelihat Udaybhan memakai pedang seperti menggunakan halberd dan meriam raksasa yang nggak sekalipun operasional. Bisa dimengerti mengapa jadi film terlaris di India 2020.
44. Kama Sutra: A Tale of Love
Kesampaian juga nonton kisah erotis ini setelah 25 tahun walo bagian-bagian yang disensor harus ditonton terpisah di web. (Syukurlah masalah sensor mudah diatasi di era internet). Samar=samar teringat dulu film ini heboh sekali ulasannya di media cetak. Di luar bayangan saya ceritanya menarik. Saya juga suka setting sejarah dan kehidupan istananya. Somehow I can relate with Jai Kumar.
Di harddisk masih menumpuk banyak serial dan film bagus misalnya Wandavision dan Rurouni Kenshin the Final tapi nantilah semester berikut. Stay safe teman-teman, pandemi masih panjang.
Asyik! Banyak dapet referensi baru! 😀
^
Semoga ada yang cocok. 😉