(Masa Pemerintahan Nederlands-Indië)
Upaya Belanda yang pertama untuk menguasai secara nyata wilayah Nieuw Guinea terjadi pada 24 Agustus 1828 dengan meresmikan berdirinya suatu benteng bernama Fort Du Bus di Teluk Etna pada kaki Gunung Lamentjiri. Saat itu hari ulang tahun raja Belanda Willem I, diadakan upacara yang dihadiri dan disaksikan oleh sejumlah perwira, tentara, pegawai dan penduduk setempat, komisaris pemerintah Hindia Belanda A.J van Delden membacakan suatu proklamasi yang menyatakan bahwa “Atas nama dan untuk Sri Baginda Raja Nederland, Pangeran Oranye van Nassau, Hertog Agung Luxemburg, dan lain-lain, bagian daerah Nieuw Guinea serta daerah-daerah pedalaman yang mulai dari garis meridian 140 derajat sebelah timur Greenwich di pantai selatan terus ke arah barat, barat daya dan utara sampai kesemenanjung Goede Hoop di pantai utara, kecuali daerah-daerah Mansarai, Karondefer, Ambarpura dan Ambarpon yang dimiliki oleh Sultan Tidore dinyatakan sebagai milik Belanda”. Setelah selesai pembacaan Proklamasi, Bendera Belanda dikibarkan di tempat itu disertai dentuman meriam sebanyak 21 kali yang ditembakkan dari benteng Fort du Bus.
Segera setelah selesai upacara, wakil pemerintah Belanda itu mengadakan perjanjian tertulis dengan penduduk pribumi yang ditandatangani oleh Sendawan yang adalah Raja Namatotte, Kassa yang adalah Raja Lakahia, dan Lulu seorang kaya atau penghulu atas Lobo dan Mawara. Tiga orang itu diangkat dan dilantik sebagai kepala daerah dengan surat pengangkatan resmi dan masing-masing diberi tongkat kekuasaan yang berhulu perak. Selain tiga orang itu, diangkat pula 28 orang kepala daerah bawahan. Proklamasi ini merupakan tanda bahwa sejak itu kerajaan Belanda memiliki kedaulatan atas wilayah yang bersangkutan sehingga negara-negara Eropa lainnya tidak boleh lagi menempati dan memiliki wilayah yang disebutkan itu. Keputusan peresmian benteng itu diundangkan dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1885 nomor 2.
Keep on reading!
Komentar Terbaru