Konon pengatur permainan alias playmaker adalah tipe pemain yang sulit didapat di Indonesia, dan konon pula sekarang ini hanya ada 3 playmaker lokal yang bermain di level atas di Indonesia: Eka Ramdani di Persib, Firman Utina di Persija, dan ikon legendaris Persipura, Eduard Ivakdalam. Sementara di banyak klub lain posisi tersebut diisi pemain asing.
Dibandingkan kedua saingan lokalnya, paitua Edu -panggilan akrab Eduard- jauh lebih senior, dan sudah berkarir di Persipura sejak Liga Indonesia pertama atau 14 musim. Selama itu pula Edu menjadi pemain paling berpengaruh dalam tim. Tetapi usia tak bisa dibohongi, pertambahan umur membuat performa Edu juga menurun. Hal ini mudah dilihat dari perubahan peran Edu, apabila dulu bermain sebagai trequartista yang rajin mencetak gol, maka setidaknya sejak 2004 Edu bermain sebagai deep lying playmaker yang daya jelajahnya lebih terbatas di lapangan tengah. Disisi lain, peran yang tak tergantikan membuat Persipura jadi bergantung pada keberadaan Edu dan seolah kehilangan kepercayaan diri apabila Edu tidak bermain, padahal regenerasi mutlak diperlukan.
Persipura bukannya tidak menyadari ini, dan berkali-kali berusaha mendidik pemain-pemain berbakat tuk menjadi gelandang pembagi bola, tapi karena tuntutan untuk selalu menurunkan Edu pada (hampir) tiap pertandingan, maka tiap gelandang yang mendampingi Edu jadi terbatas perannya sebagai “tukang angkut air”.
Komentar Terbaru