2 minggu yang lalu (5/12), saya menulis kritik saya tentang penggunaan kalimat “cinta tidak harus memiliki” pada situasi gagal cinta yang saya anggap tidak benar. Argumen saya tidak lebih dari sepotong flashback percakapan jaman kuliah beberapa tahun silam yang saya rasa sudah cukup mengungkapkan apa yang ingin saya sampaikan. Entri juga kemudian menginspirasi mbak Ira tuk menceritakan kembali pengalamannya menghibur diri dengan kalimat tersebut. Sesuatu yang jujur mengejutkan saya walopun ternyata kisah beliau berakhir happy ending.
Dalam perkembangan yang saya ikuti lewat kolom komentar, juga di entri mbak Ira, ternyata ada banyak pernyataan dan pertanyaan sehubungan dengan premis “cinta tidak harus memiliki” (selanjutnya disingkat CTHM) yang tidak bisa hanya dijawab dengan mengatakan: “cuma orang gagal yang bilang begitu!”
Saya berpikir keras (halah!) untuk menghadapi banyak argumen, dan belajar sangat-sangat banyak dari setiap masukan, kasus, tanya-jawab, serta sudut pandang yang disampaikan oleh setiap blogger. Itu berharga sekali.
Tetapi, hampir seluruh materi berharga itu tercerai berai diantara barisan komentar yang membuat repot untuk mencarinya, bahkan oleh saya sendiri. Karena itu saya coba kompilasikan hal-hal penting yang saya pelajari dan simpulkan dari postingan tersebut. Untuk arsip, mumpung belum lupa, dan supaya tidak perlu lagi capek-capek scroll up & down di kolom komentar.
OK, mari saya mulai saja:
I. “cinta itu apa dulu??” (definisi cinta)
IMO pertanyaan yang paling mendasar dalam masalah ini. Ini ditanyakan oleh ManSup dan Bu edratna di post mbak Ira.
Setau saya, ada dua pengertian cinta yang akhirnya masuk dalam setiap diskusi yaitu: (a). cinta sebagai perasaan afeksi/kasih sayang yang sangat kuat dan (ingin) memiliki terhadap orang lain, lalu (b) cinta sebagai sebuah hubungan asmara antar pribadi/interpersonal. Dalam opini saya, (a) harus mengarah ke (b).
II. Ada berapa bentuk hubungan cinta? (kenapa istilah CTHM itu salah)
Ini harus dijelaskan sejak semula setelah Diaryeki dan Nike berkomentar serupa:
Cinta tidak harus memiliki, tapi lebih indah/bahagia kalo memiliki.
Kalo kata Kopral geddoe analoginya seperti ini:
Sama aja saya kalah mulu main catur terus ngeles; “kemenangan bukan segalanya”.
Doh…! Sour grapes banget laa~ 👿
*facepalm*
Jadi, kalimat CTHM menurut saya salah karena mengisyaratkan bahwa ada dua macam hubungan cinta yaitu: (a) cinta yang memiliki/berbalas/dua arah, dan (b) cinta yang tidak memiliki/tak berbalas/searah. Orang yang sedang jatuh cinta (seolah-olah) bisa memilih dan menjalani salah satu dari dua bentuk hubungan itu. 😐
Pendapat yud1, sang dokter cinta, selalu menjadi acuan saya tuk menjelaskan ini:
technically, this (CTHM) is hopeless. karena sebenarnya cinta itu hubungan dua arah, alias dari pihak cewek dan cowok yang bersangkutan.
Kalo kata CY:
Cinta tidak harus memiliki, tapi harus mengakuisisi.
Yang disimpulkan Catshade:
Cinta sejati sesungguhnya adalah merger.
ThankU brothers!
Jadi, cinta harus saling memiliki; dua arah. Tidak ada pilihan lain. Titik! 😎
III. Kapan CTHM terucap
Meskipun saya sebelumnya berpendapat bahwa semua kegagalan asmara bisa berujung pada menghibur diri dengan CTHM, mayoritas blogger menekankan hanya pada kegagalan pra pacaran, yaitu: (a) gagal menyatakan cinta, dan (b) gagal diterima/ditolak saat menyatakan cinta. Gagal menyatakan cinta bisa disebabkan karena kurangnya keberanian, atau keduluan pesaing (seperti kasus TS di postingan saya). Tetapi penyebab yang kedua tidak pernah muncul dalam komen dimanapun.
IV. Bertaruh. (katakan cinta)
Seperti kelakar bang Fertob di post mbak Ira:
makanya, berani mengungkapkan perasaan…. 😆
Penting sangat untuk mengungkapkan perasaan. Karena orang yang ditolak punya kepastian tuk nyerah dan move on, tetapi orang yang gak bisa mengungkapkan perasaan, tidak punya kepastian tuk nyerah dan move on. Ini bisa saja berlangsung sia-sia bertahun-tahun. Saya menegaskan ini karena sempat ada usul tuk jadi stalker saja kalo tak mampu nyatakan cinta. Semboyannya:
daripada mati karena cinta, lebih baik matiin orang karena cinta.
😆 😆
Desti kemudian membahas sendiri topik ini dari sudut pandang cewek melankolis. Mantap! 😀
Tentu saja ada kemungkinan ending lain: yaitu yang dicintai menyadari sendiri dan merespon (ntah positif atau negatif); atau yang mencintai mencapai tahap “unconditional love”, tak mengharap balasan lagi. Tapi ini tetap sia-sia buat saya.
V. Lalu harus bilang apa? (Alternatif pengganti CTHM yang rasional)
Menghibur hati yang kosong dan luka saat gagal cinta, memang sebaiknya ada hal yang bisa dikatakan buat nabah2in diri™ tetapi tidak “salah kaprah”. Sejauh ini kelihatannya “masih ada/cari saja yang lain” dan berbagai variasinya menjadi favorit para blogger.
Ada juga yang bagus dari Resi Bismo:
I’m a loser, but I won’t be fail again
sudah, pake tangan saja…
dari saya (tidak direkomendasikan):
cintaku tak bisa memiliki
Tapi kalo dari sudut pandang pria, kata-kata yud1 yang terhebat:
if you love her, just do. stand tough, don’t take the fall. karena apa yang menjadikan seorang laki-laki bukanlah air mata dari hati yang remuk redam, melainkan penghormatan dan pengakuan akan keterbatasan diri.
*sembah-sembah* m(_ _)m
Saya juga spendapat dengan mbak hawe kalo kalimat: “ah, bukan jodoh saya kali ini” juga tidak layak dipakai, mengingat pengertian jodoh yang makin kabur.
Ada yang punya ide lain? 😀
VI. Cinta dan Benci
Masalah ini diangkat oleh Mina dengan pernyataan berikut:
jangan terlalu mencintai atau membenci orang, karena bisa jadi nanti kita berbalik mencintai orang yang kita benci atau membenci orang yang kita cintai.
Catshade, yud1 dan Rukia mengklaim bahwa hubungan sebab-akibat tersebut itu bisa terjadi dalam kehidupan nyata, sementara pengalaman saya baru sebatas cinta tapi benci, jadi saya tidak komentar banyak disini. Silahkan yang mau menambahkan. 😛
VII. Selingkuh wannabe
Ini variabel yang orisinil karena tidak terpikir oleh saya sebelumnya. Disampaikan oleh Memeth dan Mina, juga oleh jijie di post mbak Ira. permasalahannya adalah, apakah dalam dua kasus berikut ini, orang bisa merasa jadi pecundang?: (a) seseorang yang mencintai/naksir orang yang sudah punya pasangan; dan (b) seseorang yang sudah punya pasangan yang mencinta/naksir orang ketiga. Kita anggap saja bahwa keduanya gagal mendapatkan yang dicintai.
Menurut saya, orang dalam kasus (a) jelas gagal, karena niatnya mengisi kekosongan hati (bolehlah menghibur diri); sementara dalam (b) tidak gagal, karena niatnya mendua hati. 😉
VIII. Arti memiliki (komitmen dan seks)
Ini pokok bahasan yang dewasa. Teman kuliah saya, sunsettowner, mengangkatnya lewat studi kasus: apabila ada dua orang yang menjalin hubungan lalu bercinta di hotel, sementara salah satu (atau keduanya?) adalah pasangan orang lain, sehingga mereka tidak bisa saling memiliki secara utuh. Patutkah itu disebut CTHM?
Well, IMO walaupun itu hubungan gelap, HTS or whatever, tetap saja itu hubungan dua arah dan dengan komitmen. Kedua pasangan itu adalah pemenang, bukan pecundang. 😉
Fritzter melengkapi postulat ini dengan beberapa variabel tambahan:
Meniduri tak harus cinta; Ditiduri tak harus cinta; Meniduri tak harus memiliki; Cinta tak harus ditiduri; dan Memiliki tak harus cinta.
(contoh tiap istilah bisa dilihat di post prequel)
IX. Pertukaran posisi
Masalah ini diposting Nike di blognya sendiri. Saya bahas karena ngomong CTHM juga. Kasusnya demikian:
lebih pilih mana, (a) mencintai seseorang yang tidak mencintai kita atau (b) dicintai seseorang yang tidak kita cintai?
Berdasarkan pengalaman sendiri pada kedua kasus, saya memilih (b). Tak terlalu sulit bagi saya tuk membaca sinyal dari cewek, menolaknya (bahkan sebelum mereka menyatakannya), memastikan mereka baik-baik saja, dan (kelak) melihat mereka bahagia dengan pasangannya yang sekarang. Saya juga sudah memverifikasi beberapa diantaranya tuk tau bahwa mereka tidak sakit hati dengan saya. Tidak ada masalah buat saya.
Sebaliknya tuk kasus (a), hadooh… setiap kali menanti orang berikutnya yang mau mengumpulkan kepingan-kepingan hati saya lalu menyatukannya kembali itu kok, memakan resource pikiran dan perasaan yang besar sekali… 😐
*malah curhat sendiri*
*dibakar massa*
Segitu dululah, mungkin nanti ada apdet kalo tiba-tiba teringat hal baru lagi, atau ada masukan lagi.
Yak.. masih dibahas rupanya…
curhatnya kali ini panjang bener 😀
Whoa…rekapitulasi yang komprehensif sekali! 😯
*bingung mau mengomentari apa lagi*
ah itu.. kebetulan saja itu happy ending…
tapi intinya adalah berani mengungkapkan perasaan… IMHO, hal yang paling menyedihkan kalau kita jadi lumutan dan bertahun-tahun hanya berandai-andai tanpa sempat menyatakan perasaan kita…
eh tapi, berpikir keras sekali dirimu untuk postingan ini nak…
Uwauw! Komplit!
Pertanyaannya, apakah rantai postingan masih akan berlanjut?
Wekekeke…
Kok dicoret? Tapi terlalu vulgar memang. 😛
Sebentar, sepertinya postingannya Guhpraset juga masuk deh…
Dan menginspirasi sedikit untuk dekonstruksi cinta.
Seperti, apakah cinta hanyalah salah satu metode evolusi untuk memastikan kelestarian manusia?
err…
saya suka sama yg dibilang Catshade 😛
*berpikir keras di bagian VIII* “shock:
hmm,mau komen apa yah… ga jadi dulu deh 😛
i think YOU are really expert in this kind of field! kompilasi yang bagus !
*tepuk tangan plok plok plok*
di bagian II ada yg krg>> cinta itu konsolidasi dua pihak..
*halah*
hhmm, menyoroti yg bagian V.. *tertohok*
cara-a utk lupain cinta tak bs memiliki gmn yah??! 😕
Pilihan apa itu? 😕
*setel ampli*
*main gitar*
Itu baru jalan yang benar.
*dilempar kaleng*
^
BTW yang diatas itu ngayal. Saya nggak bisa main gitar. 😛
*dilempar kaleng lagi*
Beuh… pake kompilasi segala, apa karena CTHM itu sudah jadi hukum kah? 😆
Komen apa ya… 😕
(c) mencintai seseorang yang mencintai kita
Saya pilih c
quote mas Yud1 emang bijak
(a) mencintai seseorang yang tidak mencintai kita
begitu tahu dia enggak cinta meskipun sudah berusaha. Ya udah.. mencoba melupakan meskipun berat 😀 daripada membuang waktu mikirin seseorang yang belum tentu dia mikirin kita.
atau (b) dicintai seseorang yang tidak kita cintai?
yang ini juga pilihan yg enggak enak. Tapi bikin ge’er hehehe…
Bisa jadi sekarang enggak suka, tapi siapa menduga kalau nanti dia bisa jodoh kita.
djalanin lagoe Mercy’s poenja berdjoedoel Love
😆
*ikut nyembah yud1*
Sebelumnya kiranya saya dimaafkan karena lama merespon. Speedy di rumah saya error 678 sejak kemarin, sekarangpun masih, sehingga komen ini harus dilakukan dari warnet. 😦
@ Nike
Cuma kompilasi kok, tak ada yang baru. 😛
Tapi gak seberapa dibanding semua post+komen yang jadi bahan kan?
@ Catshade
Wah, saya dipuji Catshade… 😳
*berboenga-boenga*
@ itikkecil
Mungkin ya, membuat seseorang merespon positif cinta kita hanya lewat konsistensi keberadaan kita disisinya itu… Siapa sangka? 😉
Doh, level saya mentok segini mbak. Kalo topik yang sama ditulis blogger lain pasti jadinya lebih bagus.
@ Takodok!
Tergantung inspirasi dan provokasi. 😀
@ dnial
Yang mana, masbro? Ada link?
Hmm…
*berpikir dari sudut pandang kreasionis*
*hang*
Nanti dipikirkan lagi di rumah deh. 😆
@ och4mil4n
Wanna curhat?
NomorHapeBisaMintaDiMemeth😛@ hawe69
Hohoho! Masa sih? 😀
Makasih, mbak. 😳
@ dEEt
Sebentar lagi akan ada yang datang dengan kata “kolaborasi” dan “invasi”.
Memori & perasaan yang tak bisa di-delete, sesungguhnya hanya bisa di-overwrite. (baca: menemukan/ditemukan cinta yang baru) 😉
@ sora9n
Nah, satu lagi ahlinya datang. 😀
Sesungguhnya itu ditanyakan oleh komentator pertamax di post ini, semoga beliau sudi menjawabnya. 😀
*ikutan setel ampli*
*main gitar*
*headbanging*
*lospokus*
@ alex©
Lebih tepatnya karena sudah jadi sourgrapes pop. 😆
@ Rukia
Pengalaman menjawab “mau” saat dilamar? 😛
*dikirimi undangan*
@ liroesdy
Habis nyanyi “Risalah Hati” bareng sora ya?
@ frozen
Amboi, lagoe tempo doeloe jang romantisch. Saja poen ada tertegoen membatja dia poenja sjair.
@ gentole
[mode mengendus isi hati = on]
Mas… kalau ada masalah, curhat aja mas. Nggak usah colong-colongan lewat lagu… ^^;;
[mode mengendus isi hati = off]
Ini kalimat… kayak-kayaknya asalnya dari yud1 lagi, deh. Bener gak nih? 😎
setelah ada provokasi, dan kemudian kompilasi?
but anw, nice written, mas jensen!
ternyata kalimat ‘cinta tidak harus memiliki’ itu sebenarnya memiliki makna yang puanjanggggg…. 😛
@ sora9n:
beliau itu rasa2nya kok bener2 perlu buat buku ya, sora?

Yang ini kakak :
ini
jadi pakar cinta nih, mas?
oot
besok singgah ambil salak di rumah waena ya
@ sora9n
Yee, kalo curhat mah, lagunya mellow:
*ambil gitar bolong*
*dilempar ampli*
Tidak, ini orisinil saya. Andai sama dengan kata2 yud1 itu tak lebih dari great minds think alike. u_u
@ grace
Ow, makasih grace.. 😀
@ dnial
Makasih linknya. Saya kurang rajin maen ke tempat beliau sih. 😛
@ eMina
Cuma amatiran kok. Blum bisa mendatangkan duit maupun pacar baru. 😛
@ sunsettowner
Nyem.
Ini udah bisa dibikin buku. 😛
@ K. geddoe
Halah, kopral yang karya2nya jauh lebih berbobot dan tenar saja blum ada yang dibukukan. 😛
Tak ada apa2nya tulisan saya ini… 🙂
Sebuah entry pembelaan… 😎
*kabur les MS Word*
*baru dateng*
*ngakak guling-guling*
😆 😆 😆
btw… itu kenapa pula saya tiba-tiba dibilang dokter cinta? sungguh salahlah itu bung, seandainya pun saya bisa memahami misteri cinta dan terlebih hati wanita, tentulah saya sudah bisa memahami dunia dan seisinya, an sich! 😆
saya kira bung punya risalah adalah suatu yang luhur, bagian dari pencapaian manusia, diskusi tentang perasaan manusia yang tak kunjung terjelaskan! sungguhpun demikian bung, saya pun tak merasa layak tuk dianggap sebagai doktor, ataulah pakar hebat nan ahli!
[/kesambet gaya bahasa kuna]
~saya ini hanya pemuda biasa,
~sungguh u_u
@ Goen
Ini.. kumpulan kesimpulan tentang pembahasan kritik, kok bisa larinya ke pembelaan?!? 👿
Gun, isinya dibaca yang bener dong! Fas.rid tuh!
@ yud1
Oh, itu terinspirasi Apret.
Hoax!!
Ho ho ho saluuuuut 😀
saya jadi mengerti mengapa banyak yang suka curhat sama situ
Ah…
Keren…
*tapi bingung mo ngekomen apa*
Tapi tetep, yang bikin aku ngerasa aneh..
KEBANYAKAN (bukan semua) mantan pasti jadi musuh
Yah, seengaknya dihidari gitu
==a
@ secondprince
Beliau bener dokter cinta, kan? 😛
@ Reina Lunarrune
Yaa, namanya saja putus dek. Temen bisa “naek” jadi pacar, tapi pacar hampir mustahil “turun” jadi temen, jadinya musuhan deh. Apalagi kalo putusnya bukan putus baik2. 😉
jadi, pada akhirnya….
saya tetep aja sulit untuk mengerti
duh…membahas cinta kenapa rumit amat sih @_@
cinta itu harusnya mempermudah, bukan menyulitkan.
buktinya, setelah aku melihat cinta dg kacamata yg simpel. sesimpel itu pula kisah cintaku, hihihi…
😳 *pentung jensen*
@restlessangel:
setubuuuuuh.
mbak memeth… (cozy)
@ Snowie
gapapa, gapapa…
@ restlessangel
Kalo semua orang mampu nembak, trus jawabnya pasti “ya”, trus gak pernah konflik/putus, ya pasti mudah.
Kan tidak semua happily ever after… 😉
sesimpel… merger?
*digebuk batang pohon kelapa*
@ och4mil4n
Lah, saya kok dipentung? 😛
padahal gratis lho..Rasanya, tidak bisa mempertahankan cinta tanpa memiliki. Karena tanpa memiliki sulit untuk mengenal orang itu lebih jauh, sehingga hanya bisa menyukai sebatas yang bisa dilihat saja. ‘ ‘a
*nggak jelas*
Eh saya masih nggak ngerti lho maksud yang pakai tangan saja itu *dipentung*
Sudahlah… que sera sera >D
mengapa kok ga mampu nembak ? takut ? kenapa takut ? takut sakit ? kl udah sakit trus kenapa ? mo bunuh diri ? ga tahan malunya ?
duh…yg mempersulit itu seringnya kita sendiri.
kalo putus emang kenapa ? susah cari yg baru ? susah jatuh cinta lagi ? kok bisa ? males sendiri ? kenapa ?
halah, yg begini ini yg namanya mempersulit.
belajar dr alam sekitar aja.
matahari aja menyinari ya menyinari aja. ibu bumi memberi ya memberi aja.
masalah konflik, tenhkgkar, dll, nikmati aja sbg prosesnya.
putus ya cari lagi. kl sdg ingin sendiri, ya udah ga usah riwil.
@ Infinite Inficio
Ah, saya dikunjungi Infi… 😀
Jadi, cinta itu harus memiliki kan? Sepakat! 😀
Itu… maksudnya sih ini.
Makanya dicoret…*dihajar dnial*
He? Cintamu lagi suxes kan? 😛
@ restlessangel
Duh, yang cintanya sedang bermekaran, komentarnya ituu~
*Duduk tenang disebelah Memeth*
*nyeruput kopi susu*
^
orang yang pernah patah hati tingkat parah, sangat mungkin berubah jadi orang baik; orang yang sedang jatuh cinta tingkat parah, sangat mungkin berubah jadi orang optimis.
itu kekuatan cinta, betul?
*
koreksiikut nimbrung*orang yang
pernahpatah hati tingkat parah, sangat mungkin berubah jadiorang baikseorang psikopat…u_u
maka janganlah engkau dekati itu makhluk bernama cintaspooky…*ditembak di tempat*
lah, tag strike-nya lupa ketutup 😕
mas jensen, tolong diedit ya, dari “maka” sampai “cinta”.
*malah ngasih tugas sama empu blog*
@ yud1
😯 *bingung*
Bagaimana bisa begitu, yud? & yang dimaksud “orang baik” itu apa? (o_0)”\
Saya pernah patah hati tingkat parah, & sesudah itu memang ada berbagai perubahan, tapi saya gak merasa jadi “baik” e. 😕
Ini lebih mudah dipahami. Saya sepakat. 😀
@ frozen
Menghubungkan situasi negatif dengan reaksi negatif sepertinya lebih cocok.
*menanti yud1*
psikopat? itu hanya alasan untuk orang berjiwa lemah…
kenyataannya, masih lebih banyak cowok normal yang nggak rusak karena patah hati sekali dua kali kok.
yang jelas sih, biasanya orang akan jadi lebih paham bahwa perasaan seperti itu nggak enak, dan cenderung lebih bisa dan mau memahami keadaan orang lain. nggak selalu juga sih, tapi orang-orang berhati kuat kayak begini yang nggak akan jadi psikopat, apalagi sampai macam lagu ‘Always’-nya Bon Jovi.
btw, kalau katanya Goenawan Mohamad,
that, I heartily concur. u_u
@ yud1
mmm… sepertinya begitu. 🙂
Psikopat itu minoritas, gitu ya?
Ah, saya mengalaminya… 😛
& soal tulisan GM itu, IMO memang lebih baik mencari lagi apa yang sudah hilang itu daripada berusaha membalaskan kehilangan itu. 🙂
@ yud1 :
*menjura*

sungguh takjub saya bagaimana bung ini benar2 selalu punya kata-kata yang “tepat” mengenai hal-hal seperti iniSecond that, yud1 .
BTW, itu saya cuma niru kalimat yang pernah saya temukan di majalah gaul, lho

.
rrr… mas yud1, apa Anda membuka kursus privat soal no-no ini?